Bab 21 : Kakek Misterius

34 5 2
                                    

Malam hari ketika Rouqar telah tersadar, ia terbangun dan memegangi kepalanya yang merasa sakit. "Di surgakah?" gumamnya seraya mengucek-kucek matanya.

"Wah, wah, kau telah bangun rupanya nak." Terdengar suara seseorang di dekat Rouqar, namun tak ada eksistensinya.

"Siapa itu? Malaikatkah?"

"Wah, wah, dasar bocah bodoh. Kau itu belum mati tahu." Masih perkataan dari suara yang sama.

Zrakkk!! Zrakkk!!

Langkah derap kaki terdengar, semakin lama kian besar suaranya.

Muncul seorang pria paruh baya di hadapan Rouqar, sehingga ia terbelalak ingin pingsan. Ketika memindai sesosok kakek berambut dan berjanggut panjang tergerai, berwarna putih. Bertubuh kurus, matanya sayup, kira-kira tingginya dua meter.

Ia mengenakan jubah putih hingga menjuntai ke tanah dan membawa tongkat berpegangan sebuah bola kristal. Dia langsung menampakkan senyum sangat lebar, sehingga matanya seperti terpejam di hadapan Rouqar.

Rouqar pun berteriak saking takutnya. "Ha-ha-hantu!"

Plak!

Kakek itu langsung memukul kepala Rouqar dengan ujung tongkatnya.

"Dasar bocah kurang ajar, tak tahu diuntung, tak tahu sopan santun dan tak tahu rasa terima kasih, karena sudah ditolong," ucapnya cepat.

"Aduh, sakit sekali." Rouqar mengaduh kesakitan, seraya mengelus-elus kepalanya.

"Aku lihat kau cukup tangguh dan hebat nak," puji kakek itu.

"Maksud kakek apa?"

"Kau dapat bertahan hidup beberapa hari di wilayah dua tempat sakral terhadap kemunculan buaya raksasa itu, di hadapanmu," ucapnya, seraya memuji Rouqar lagi. "Aku tak menyangka kau sangat tangguh di usiamu yang sebelia ini." Dia menambahkan.

"Tunggu, bagaimana kakek bisa tahu kalau aku—"

"Kau tak perlu tahu, bagaimana aku mengetahuinya bocah," selanya, "yang menjadi pertanyaanku, siapa namamu?"

"Rou ... Rouqar Aucresh." Rouqar memberi tahu dengan suara lantang.

"Nama yang sangat bagus, Nak," pujinya lagi, "makanlah daging sapi yang telah kau bawa susah payah itu, lalu tidurlah. Karena besok, ada yang ingin kubicarakan kepadamu."

"Wah, akhirnya daging sapi mentah yang kubawa telah menjadi daging sapi panggang yang baunya sangat nikmat," ujar Rouqar tak menghiraukan pujian kakek itu, dan bagaimana ia bisa selamat, juga dengan daging sapi yang ia perjuangkan tersebut akhirnya bisa sampai dipanggang....

"Jadi begitu ceritanya," ujar Janz. "Lantas, bagaimana kau bisa sampai ke desaku setelah diselamatkan oleh kakek misterius itu?"

"Esok paginya ia telah menghilang dan hanya meninggalkan beberapa daging sapi panggang saja," ujar Rouqar cepat. "Setelah itu aku melihat sepucuk surat, lalu membacanya. Setelah aku selesai membaca surat itu, dalam isi surat tersebut—ada beberapa makanan yang katanya telah ditinggalkan oleh seorang prajurit desa Lazuarh yang melihatku, saat ketiga binatang dari hutan Galdmoudra sedang bertarung di dekatku, tetapi aku tak tahu siapa prajurit tersebut. Surat tersebut barangkali dari Kakek misterius itu. Padahal, katanya Kakek itu ingin berbicara padaku ketika pagi menjelang, tapi nyatanya dia malah pergi, dan ada satu pesan lagi di surat itu yang membuatku sekarang teringat kembali—'temui aku nanti saat dirimu telah dewasa Rouqar, mungkin saat kita bertemu lagi. Kita bisa berbincang kembali'—yang kuingat, kakek itu menulis pesan seperti itu untukku." Rouqar menjelaskan pertemuannya dengan kakek tua yang amat misterius dan telah menolongnya. Sekaligus melanjutkan cerita yang terpotongnya, akibat ia tertidur kemarin.

The Secret XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang