Bab 20 : Regu Pengintai

38 4 0
                                    

Beberapa minggu lalu di tempat padang rumput yang membentang sangat luas amat indah ketika dilihat oleh mata telanjang. Malam itu, Rouqar keluar dari hutan Galdmoudra. Ia melihat padang rumput diterpa angin dan disinari cahaya rembulan yang tak tertutup awan hitam lagi.

Rouqar terperengah melihat tempat seindah itu, namun ia akhirnya tidak menghiraukan keindahan padang rumput tersebut. Ia terus berjalan lurus menelusuri padang rumput itu.

Berjalan terpincang seraya membawa daging sapi mentah yang akan menjadi persediaan makannya kelak. Tak tahu arah mana yang harus ia tuju.

Akan tetapi, insting dan tubuhnya terus membawanya berjalan lurus. Seperti kemarin, terpaan angin malam yang kencang tak bisa menahan tubuhnya terhadap dingin. Badannya mulai menggigil kedinginan.

Ada satu penjelasan di sini. Padang rumput yang megah dan membentang luas itu adalah—wilayah perbatasan—dengan hutan Galdmoudra yang sakral. Bila seseorang telah melihat padang rumput itu, maka tak lama lagi dia juga akan melihat hutan Galdmoudra.

Telah lama Rouqar berjalan menelusuri padang rumput tersebut, tetapi tak kunjung juga menemui ujungnya. Malam semakin gelap, cahaya bulan juga mulai meredup dan tak seterang tadi. Rouqar pun terus berjalan dengan susahnya, seraya terus menyeret-nyeret daging sapi mentah yang dibawanya.

Entah kapan akan dimakannya, karena ia tak mempunyai pemantik api untuk memanggangnya. Pikirnya, bila ia menemui seseorang, ia akan meminjam korek api untuk memanggangnya dan memberi beberapa potong daging sapi mentahnya itu kepada orang yang ditemuinya kelak.

Beberapa waktu telah berlalu dan akhirnya Rouqar menyerah berjalan, lalu tertidur di padang rumput itu. Malam berganti pagi dan Rouqar terbangun akibat pancaran sinar matahari yang mengenai tubuh dan wajahnya. Ia terbangun dan berdiri.

Ia terperanjat ketika melihat padang rumput yang ia telusuri tadi malam, sangat asri bila dilihat di pagi hari atau dalam keadaan sinar matahari yang menyinari padang rumput tersebut.

Akhirnya, sekali lagi, ia tak menghiraukan keindahan padang rumput itu dan terus berjalan lurus, kendati perutnya telah berbunyi dan menandakan dirinya sudah mulai lapar.

Tak ada cara lain baginya, berharap menemukan seseorang untuk membantunya—padahal, kemungkinan adanya seseorang di padang rumput semegah ini sungguh mustahil.

Malam pun tiba lagi, hari ini berlalu dengan sangat cepat, dan dirinya telah amat kelaparan. Ia berpikir harus memakan daging sapi itu dalam keadaan mentah.

Akan tetapi, daging tersebut masih berlumuran banyak darah, dan kalau ia memang benar-benar terpaksa harus memakannya. Tak terbayang bagaimana keadaanya nanti, atau besok setelah memakan daging sapi mentah tersebut.

Rouqar Ingin mencari batu untuk membuat api seperti orang zaman dahulu. Tak ada satu pun batu yang ia lihat di padang rumput ini. Dia berpaling ke belakang dan sudah tak melihat hutan Galdmoudra lagi, lalu berpaling ke depan tak melihat ada tanda-tanda bahwa perjalanannya di padang rumput ini akan berakhir.

Karena ia masih melihat padang rumput yang membentang luas di sekitarnya. "Apakah aku akan mati di tempat seperti ini? Karena kelaparan dan kehausan? Seperti apa mayatku nantinya, ya?" gumamnya.

Brukkk!

Tubuhnya seketika pingsan akibat kelaparan, dan ia terlelap lagi di padang rumput tersebut.

Esokan harinya. Rouqar terbangun dan membelalak telah ternaung oleh bayangan binatang-binatang yang berada di dekatnya. Sampai-sampai ia tak bisa menggerakkan tubuhnya saking ketakutan.

Beruang coklat besar, kira-kira setinggi tiga meter, serigala biasa seperti yang pernah bertarung dengannya di hutan Galdmoudra, dan burung merak albino setinggi satu setengah meter, belum membuka ekornya.

The Secret XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang