Bab 34 : Keganasan Romy Raven

40 3 0
                                    

Sudah terlalu lama hujan deras mengguyur desa Lazuarh dan sekitarnya. Kedua prajurit penjaga gerbang timur telah mengambil tali di dalam posnya. Mereka berdua menghampiri orang-orang berjubah hitam di dekat pintu gerbang.

"Huuh," salah seorang prajurit menyeka air hujan di wajahnya. "Wajah orang ini menghitam dan kondisi mulutnya terbuka, tetapi matanya terpejamkan." Dia memberi tahu kondisi orang di balik jubah hitam kepada rekan di dekatnya.

"Yang ini matanya hanya satu yang melotot, satunya lagi terpejamkan," sahut rekannya melaporkan keadaan orang berjubah hitam lainnya.

Kedua prajurit tersebut tak tahu dengan apa yang terjadi kepada orang-orang berjubah hitam ini. Mereka juga tak banyak memikirkan kondisi orang-orang berjubah hitam yang aneh tersebut. Mereka hanya menjalankan perintah dari Janz untuk menangkapnya, tanpa harus mengambil pusing dari apa yang mereka lihat.

Beberapa orang berjubah hitam yang kondisinya aneh-aneh tersebut sudah diikat dan dibawa ke dalam pos gerbang timur. Mereka disandarkan berjajar di dalam ruangan pos ini. Hanya tersisa tiga orang berjubah hitam lagi, termasuk Romy Raven.

Sial, kedua prajurit itu sebentar lagi akan melihat dan menangkapku juga. Romy Raven membatin panik, ketika melihat kedua prajurit tersebut berjalan ke arahnya.

Ketika seorang prajurit tersebut membangunkan Romy Raven dari posisi terbaring hingga sekarang posisinya terduduk, dan ia ingin melihat wajah di balik tudungnya. Romy Raven dengan cepat mencengkram leher prajurit tersebut.

Prajurit itu terkejut seketika. Romy Raven pun menarik jakunnya hingga keluar. Darah segar dan berbau anyir itu keluar leluasa sampai membasahi wajah dan jubahnya.

Kontan, rekan prajurit satunya melihat kejadian itu dan membelalak tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Dia bergeming dan menjatuhkan seorang berjubah hitam yang sedang diikatnya.

"Akh, darah segar ini mengganggu penciumanku," kata Romy Raven beranjak berdiri dari duduknya. Dia melemparkan sebuah potongan tulang leher yang dipegangnya ke jalan. Dia menyeka darah di wajahnya, menaruh kedua telapak tangannya membuat seperti mangkuk, dan membasuh mukanya dengan air hujan. "Lama sekali aku berperan sepertinya." Dia menambahkan.

Prajurit tersisa itu menelan ludah. "Si-siapa kau?" pekiknya keras. "Tega sekali kau membunuh temanku!"

"Tak usah banyak bicara," ujar Romy Raven melotot dan menyeringai kepadanya. "Jika kau tak ingin bernasib seperti temanmu, maka patuhilah perintahku."

"Aku tidak sudi menerima perintah dari iblis sepertimu!" teriak prajurit itu, dia memasang kuda-kuda sekarang dan dia sedang tidak memegang senjata saat ini.

"Oh, maka ajalmu akan segera menjemput kalau begitu," kata Romy Raven menyeringai lebar.

Prajurit itu berlari. "HEAHHH!" Dia meninju ke arah wajah Romy Raven. Namun, Romy Raven dapat menghindar dan menangkap tangannya. Dengan cepat dia patahkan tangan prajurit itu. "Arrghhhhh!" pekiknya seraya memegangi tangannya yang dipatahkan oleh Romy Raven.

Dughhh!!

Romy Raven menendang dada prajurit itu hingga dia terjatuh. Prajurit itu menutup wajahnya dari guyuran air hujan yang deras. Menahan air mengenai mata, hidung dan mulutnya yang sedang mengerang kesakitan.

Romy Raven berjalan perlahan menghampiri prajurit tersebut yang sedang berteriak-teriak menahan sakit. Romy Raven telah berdiri di dekat prajurit tersebut seraya tersungging senyum seringai di bibirnya.

"Uuuu ... uuuu ... uuuu." Suara vogel geest-nya berbunyi lagi.

Romy Raven merogoh kantong jubahnya lalu mengambil vogel geest-nya. Ketika badan burung roh itu ditekan, dengan tiba-tiba burung tersebut membuka matanya dan bersuara. "Wraok!"

The Secret XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang