Di ruangan Raja Durnst. Beberapa prajurit kerajaan beserta jenderal berada di hadapan raja. Sang Jenderal maju ke tempat raja yang sedang duduk dengan ekspresi wajah yang amat serius, lalu jenderal memberikan sebuah amplop dari seorang prajurit desa Lazuarh. Raja membaca tulisan yang terdapat pada amplop tersebut, ini sebuah pesan penting dan berisi kejadian yang kalian saksiskan lewat layar monitor pada rekaman cctv di depan pos pusat penjagaan desa Lazuarh. Matanya selesai membaca kemudian mengerling ke arah jenderal mengisyaratkan ia ingin tahu langsung penjelasannya dari Sang Jenderal.
Jenderal telah mengetahui isyarat dari Raja Durnst. "Sebenarnya ada sesuatu yang telah terjadi di desa Lazuarh, Baginda Raja," ujarnya, sembari matanya menatap ke lantai marmer karena tak berani menatap mata raja. "Janz," mata raja semakin melotot ketika mendengar nama itu keluar dari mulut jenderal, tetapi raja tak berniat memotong sampai mendengar seluruh penjelasan dari jenderal. "Dia bertarung dengan seorang wanita misterius di depan pos pusat penjagaan desa. Sayangnya saya tidak bisa melihat seluruh rekaman cctv pada desa Lazuarh karena sebelum saya bisa mengakses seluruh cctv-nya, pos pusat penjagaan desa telah hancur akibat pertarungan mereka berdua."
"Iya, benar Yang Mulia Raja Durnst," seorang prajurit menyahuti.
"Saya menyaksikannya juga dari cctv Yang Mulia Raja Durnst." Seorang prajurit lainnya menimpali.
"DIAM!" Raja memekik ke arah prajurit di belakang jenderal. "Maaf, aku tidak bermaksud kasar kepada kalian, tetapi saya mohon kalian keluar sekarang. Saya ingin bicara empat mata dengan jenderal."
"Siap, Yang Mulia Raja Durnst!" Seluruh prajurit memberi hormat kemudian berpaling dan keluar dari ruangan raja.
"Lanjutkan," ujar raja. Dia masih sedikit shock ketika mendengar keadaan desa Lazuarh menjadi kacau. Namun, ia tetap menenangkan diri sebelum penjelasan dari jenderal selesai.
"Raja, sepertinya ada yang tak beres di sana, sebab Janz mengeluarkan jurus terlarangnya—"
"Maksudmu jurus michoti zafi?" potong Raja Durnst.
"Ya, benar, raja,"
Raja mengenyakkan punggungnya ke belakang sembari memejamkan kedua matanya. "Lanjutkan," ucapnya, sembari memijat keningnya.
"Ada banyak prajurit dan penduduk desa Lazuarh yang berada di pohon kenyamanan, raja—"
"APA!" Raja lalu bangkit lagi dan memelototi jenderal. "Apa kau bercanda?"
"Aku serius, raja," jawabnya.
"Lanjutkan ... lanjutkan," ujar raja menarik napas lalu menghembuskannya, mencoba membuat dirinya tenang.
"Terakhir, wanita misterius itu mati tertusuk akar-akar pohon kenyamanan, raja." Sang Jenderal dengan secara singkat langsung menjelaskan kepada Raja Durnst.
"Jadi begitu, lalu apa kau sudah membaca surat dari seorang prajurit desa Lazuarh ini?"
"Belum, raja ... aku tidak mungkin membacanya sebelum Anda yang memberi perintah." Sang Jenderal memberi hormat.
Raja memberikan surat tersebut kepada jenderal, "Kenapa Anda berikan lagi kepada saya?" ujarnya agak terkejut.
"Bacakan surat itu, kuharap tak ada yang membuat darah tinggiku naik saat mendengar setiap kalimat-kalimat yang berada dalam tulisan surat tersebut," Raja Durnst memijat jidatnya agar bisa mengurangi beban pikirannya.
Sang Jenderal membuka segel pada surat tersebut lalu mengambil suratnya dan membuka lipatan secarik kertas itu dan siap untuk dibacakan.
"Kepada Yang Mulia Agung Raja Durnst, saya seorang prajurit tingkat tiga ingin memberitahu kalau sebagian prajurit dan penduduk desa yang ingin melawan Janz telah diperlakukan dengan tidak baik olehnya. Mereka semua tiba-tiba saja terikat pada sebuah ranting pohon yang amat besar yang muncul di depan pos pusat penjagaan desa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret X
FantasySuatu dunia yang mengisahkan banyak rahasia bertebaran di dalamnya, sungguh membuat orang-orang di dunia itu ingin mencari tahu semua tentang rahasia tersebut. Rahasia itu terdapat dari orang, benda, tempat, dll. Hanya ada segelintir orang yang hamp...