Bab 27 : Hao Do Revolver Keramat

27 2 0
                                    

Esokan harinya, Romy Raven bertemu dengan Janz di depan ruang makan para prajurit. Memang tak jarang kalau Janz suka sarapan bersama para prajurit dari tingkat spesial sampai prajruit tingkat empat. Janz memang orang yang suka berbaur, dan sepertinya ia tidak membeda-bedakan semua bawahannya baik yang sudah senior maupun yang masih junior.

"Oh, Romy Raven," sapa Janz.

"Hai, Janz." Romy Raven balas menyapa, "aku baru melihatmu hari ini."

"Ya, aku kemarin harus ke suatu tempat untuk mengurus sesuatu." Janz menerangkan.

"Oh, mengurus an—" Romy Raven berkata terputus dan ia segera mengulum mulutnya untuk tak melanjutkannya.

"Ada apa?" tanya Janz mengerutkan alisnya. "Sepertinya kau ingin mengucapkan sesuatu." Dia menambahkan seraya tersenyum simpul.

"Tidak ada Janz, lupakan saja." Romy Raven menyengir di hadapan Janz. "Oh, iya, aku ingin segera sarapan. Kalau begitu aku duluan masuk ya, Janz."

Aneh. Janz membatin tak terlalu mengindahkan.

Romy Raven memasuki ruang makan prajurit dan diikuti oleh Janz di belakangnya. Sesampainya mereka berdua di dalam ruangan tersebut.

Semua prajurit yang sedang sarapan maupun sedang mengantre mengambil sarapan langsung menyapa Janz girang. "Janz!" Mereka semua berteriak menyebut namanya.

Janz hanya melambaikan tangan dan mengantre di belakang Romy Raven. Namun, salah satu koki menghampiri Janz. "Silakan ambil sarapan sesukamu terlebih dahulu, Janz." Koki itu menawarkan kepada Janz untuk mendahului para prajurit yang sedang mengantre.

"Aku akan mengantre sesuai kedatanganku, chef." Janz berujar tersenyum. Dia menolak menggunakan hak istimewanya sebagai atasan, dalam mendahului para bawahannya yang sudah lebih dulu mengantre.

"Aku akan mendahuluimu ketimbang para prajurit yang berada di sini Janz." Koki itu memaksa Janz untuk menerima tawarannya.

Janz bergidik seakan mengeluarkan aura karismatiknya di dalam ruangan ini, ia seolah-olah seperti menghipnotis para prajurit yang sedang sarapan, mengantre dan koki lainnya yang sedang melayani para prajurit.

Mereka semua menoleh menghadap ke arah Janz; Romy Raven menoleh ke belakang; Zion, Zagan dan temannya satu lagi, serta prajurit lainnya juga melakukan hal yang sama seperti Romy Raven, dan semuanya tampak tak melewati suasana ini.

"Aku tidak suka menyerobot hak orang lain di mana pun aku berada chef." Janz berkata dan semua yang berada serta menyaksikan ucapannya itu terperanjat seketika.

Semua orang pun lalu menelengkan kepalanya tak percaya dengan perkataan Janz yang sangat menyejukkan hati itu. Hanya Romy Raven dan Zagan yang menganggap perkataan Janz seolah hanya pencitraan saja.

Akhirnya dengan perkataan sederhana, tetapi berarti yang Janz keluarkan, tampak menyihir koki yang ingin mendahului dirinya daripada para prajurit yang sudah mengantre lebih dulu untuk mendapatkan haknya, alias sarapannya.

Zion kelihatan bergeming setelah itu; Zagan tak menghiraukan omongan Janz, dan terus melanjutkan sarapannya; temannya yang bersama dengan Zion dan Zagan juga tampak tersenyum menghargai apa yang diucapkan oleh Janz, yang istimewa itu.

Sementara beberepa spesial prajurit dan prajurit tingkat satu bertepuk tangan, kecuali Romy Raven yang tak memerhatikan Janz lagi.

Setelah Janz selesai mengambil sarapannya, banyak prajurit yang menawarkan tempat duduk untuknya. Janz tetap mengerling dan menoleh ke sana-kemari melihat tempat yang cocok dengannya.

"Janz kemari!" seru teman Zion dan Zagan yang selalu bersama ketika ketiganya sering bertugas.

"Hei, diam. Janz tidak akan mau duduk bersama prajurit tingkat tiga seperti kita," tukas Zagan.

The Secret XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang