"Camille! Ayo kita pulang!" Aku menghampiri Cam a.k.a adikku yang sedang duduk di tengah-tengah hamparan dandelion.
I'm Rosie Meverdeen. Kalian bisa memanggilku Rosie or Rose for short. My mom is Mandy Meverdeen. And that's Camille Meverdeen. My cute lil sister.
My dad? He's in heaven. Dia sudah meninggal, Nick Meverdeen.
Camille yang baru berumur 9 bulan itu tak mengindahkan perkataanku. ia masih sibuk dengan beberapa tangkai dandelion ditangannya.
"Cam, ayo kita pulang. Ibu sudah menunggu di sana,"ujarku sambil mengangkat tubuh ringan adikku.
Sambil berjalan, kuperhatikan helaian dandelion yang mulai berterbangan. Dandelion...
------------
(another side)
"Zayn! kau mempermalukan ibu! Untuk apa kau berkelahi dengan Jimmy?"bentak ibu padaku.
"Dia merusak robotku buuu,"jawabku malas
Ibuku baru saja dipanggil Mrs. Mowrent karena aku berkelahi dengan Jimmy, anak nakal yang merebut robotku dan merusaknya.
I'm Zayn. Zayn Javaad Malik. My mom is Trisha Malik. And my dad is Yaseer Malik. Don't ask me about my sister(s). I have so many sisters, i guess.
------------
"IBUUUU! Dadaku sakittt! I can't breath! Buuuuuu!!"aku melihat seorang gadis kecil mengerang kesakitan ditengah hamparan bunga dandelion. Not so far from me.
Dimana ibunya?
"MOOOOM HELPP!"gadis itu mencoba untuk berjalan mendekat ke arahku. Oh bukan. Mungkin ia ingin mencari ibunya.
Awalnya aku mencoba untuk menghiraukan raungan gadis yang tak ku ketahui namanya itu, but..
She fell! Right in front of me!
Aku segera menghampirinya, "Oh c'mon, kau akan baik baik saja," Aku mencoba untuk menenangkannya. Tapi ia tetap berkata, 'I can't breath..' dengan sangat lirih.
I'm confused. Where the heck is her mother?!
Oh right. Aku akan mengubungi ibuku saja.
"Bu, seorang gadis kecil jatuh pingsan di hadapanku sekarang. Aku tidak tahu harus berbuat apa dan aku berada di Taman Dandelion. Come pick me up!" dan aku langsung memutuskan sambungan telepon.
"I can't breath.. help me.." lirih gadis ini.
"Don't worry. Ibuku akan datang dan membawamu ke rumah sakit,"ujarku menenangkannya.
"Mom where are you.." Aku bergumam dengan kesal.
"Zayn! What happened?!" Aku menghembuskan napas lega. Akhirnya ibuku datang.
"Bu bawa dia ke rumah sakit! akan ku ceritakan di mobil!"
-------------
"ugh.." I groaned.
Where am i? Apa ini rumah sakit? Bau obat-obatan menyeruak memasuki hidungku. Ugh I hate this.
Apa yang terjadi? Oh God. I remember. Aku merasakan sakit luar biasa di dadaku saat aku bermain di Taman Dandelion. Rasanya sulit bagiku untuk bernapas. Aku hanya bisa meraung kesakitan. Entah dimana Ibuku berada. Aku mencarinya namun aku malah menemukan seorang bocah lelaki yang sepertinya seumuran denganku. Ia berkata sesuatu padaku dan aku hanya bisa meraung kesakitan. Kemudian aku pingsan.
Dan aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu.
Kreek..
Seorang suster datang masuk ke dalam ruanganku. Ia tersenyum ramah dan berdiri di samping ranjang. "Hai adik manis, siapa namamu?" tanyanya.
"I'm Rosie. What happened to me?" tanyaku.
"Sebelumnya aku ingin menanyakan beberapa hal padamu. Apa kau pernah mengalami kejadian seperti ini? Pingsan karena dadamu sakit?"
"Tidak," jawabku.
"Atau kau pernah sesak napas saat berlarian?" tanyanya lagi.
"Sering. Aku sering mengalami sesak napas saat sedang berolahraga. Memangnya ada apa denganku?" Kini giliranku yang bertanya.
"Dimana ibumu?" tanya suster itu lagi. Mengapa pula ia banyak tanya sih.
"I don't know. Just tell me what happened to me."
Ekspresi wajah suster itu menjadi murung mendengarnya. Kemudian ia membuka suaranya, "Sorry to say but, kau mengidap penyakit jantung bawaan."
"oh-?"aku bingung. bagaimana bisa aku mengidap penyakit seperti itu? Bukankah kalau penyakit bawaan itu seperti menurun dari garis keturunan? Ah sudahlah, aku tidak mengerti.
"Ohiya, siapa yang membawaku kesini?"tanyaku lagi.
"Seorang ibu-ibu bernama Trisha,"ujar suster itu.
Who is she?
------------------
7 years later.
Kejadian 7 tahun lalu itu masih melekat dalam otakku. aku harus mengetahui siapa Trisha itu. aku harus berterima kasih padanya.
Oh, hi! I'm still the same Rosie. I'm 16 now. Hampir berumur 17 tahun karena ulang tahunku bulan depan. Not that I care though.
"Rosie.."Cam memecah lamunanku.
"Iya? ada apa?"tanyaku sambil tersenyum ke arahnya.
"Aku ingin boneka.."she said.
A doll?
"Aku ingin teddy bear.. Teman temanku memilikinya..." Aku tidak tega mendengar suaranya. Begitu sedih untuk di dengar.
"Don't worry, aku akan membelikanku teddy bear saat aku mendapat gajiku nanti," Ujarku sambil memaksakan senyum. Bagaimana aku bisa membeli boneka saat aku belum membayar uang sekolahmu, Cam...
"Pinky promise?" Ia mengulurkan jari kelingkingnya, dan aku mengaitkan kelingkingku denganya.
"Promise."
-------
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion // z.m [EDITING]
RandomThere are times when we have to stop lying to ourself. No matter how we try to continue to lie, lie it will be seen by itself, without us knowing.