4- Malam

73.3K 1.6K 5
                                    

Jangan cuman dibaca vote dan coment juga ya ...

Enjoy reading :)

Edited; 1915 Word (21/12/2016)

***

Mata Anggi membulat sempurna ketika dirinya menghadapi sosok tegap Kakaknya yang berdiri di ambang pintu.

Menatap nyalang Kakaknya—Gio. Mata Anggi penuh dengan sarat ketidakpercayaan saat pria itu mulai nyelonong masuk tanpa kata-kata dan langsung kabur menidurkan diri di kamar yang dulunya memang milik pria itu.

Rumah yang ditempati Anggi sekarang memang asli rumah keluarga mereka. Karena kedua orang tua mereka memutuskan tinggal di negeri liberti , dan alasan Gio tinggal diapartemen yang katanya rumah ini terlalu jauh dari kantor , akhirnya Anggi yang menempati rumah itu sendiri dengan beberapa asisten rumah tangga , tukang kebun dan satpam rumah.

Tentu saja Anggi kaget saat Gio tiba-tiba saja datang tanpa undangan—kembali mengunjungi tempat nya berada.

Sudah lama ini—pria itu tak pernah sekalipun pulang saat kedua orang tua mereka pergi lima bulan yang lalu.

"Kenapa lo?" Anggi bertanya , melipat kedua tangan nya dipinggang—bersandar di engsel pintu kamar Gio , menatap pria itu dengan penuh tatapan heran.

Gio menutup wajah dengan kedua tangan, merebahkan setengah badannya diatas ranjang—mulai menerawang.

"Gak papa kok."

"Kayak cewek perawan lo!" Anggi mendengus—kesal mendengar jawaban Gio. "Di tanya jawabnya 'gak papa'. Mati aja sono , mati."

Dari ekspresi wajahnya , Gio nampak tak mau membalas apa yang dikatakan Anggi. Pria itu seperti nya malas tarik urat menghadapi kenyolotan adiknya itu.

"Gue mau tidur Nggi ...sebaiknya lo cepet minggat dari sini."

Mendengar apa yang dibilang Gio barusan—Anggi mendapatkan firasat kalau dia ini sedang diusir.

"Ini rumah gue oii , terserah gue mau ngetem dimana. Lagian tumben amat lo pulang , biasanya juga kalo gak ngebo di apartemen paling banter di kantor."

Gio tak menjawab. Rasanya dia sangat lelah hanya untuk membalas perkataan Anggi yang menurutnya sangat tidak penting.

Belum Anggi kembali bicara , sahutan ponsel Gio membuat perempuan itu bungkam. Dengan malas , Gio merogoh kantung celana nya tanpa sekali pun dia berniat bangkit dari posisi nya saat ini.

Samar-samar Anggi dapat mendengar apa yang dikatakan Gio pada ponsel yang kini tertempel ditelinga kanan.

"Kenapa Lia?"

"..."

"Di kantor."

"..."

"Sebaiknya jangan. Aku lagi rapat penting sama klien , nanti aja yaa? Setelah selesai aku janji akan menghubungi mu lagi."

"..."

"Iya. Sampai nanti."

Ekspresi Anggi sekarang tak terbaca. Lihat bagaimana Kakaknya dengan santai bicara kalau dirinya sedang rapat penting di kantor , padahal sih berleha-leha di rumahnya sendiri.

Gio kembali menutup wajahnya dengan lengan kiri. Menaruh ponselnya di dada dan berniat akan memasuki alam mimpi. Di detik selanjutnya , giliran ponsel Anggi yang menyahut.

When there [is] Hope (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang