12- Explanation

28.1K 720 0
                                    

Kembali dari acara makan siang tadi bersama Keyla—yang tak sengaja bertemu dipedagang bakso pinggir jalan. Gio sontak membuka pintu ruangannya tanpa sekalipun tertarik melirik kesekitar.

Langkah kaki gaduhnya membuat alis Anggi terangkat heran. "Kenapa lo?"

Jantung Gio hampir saja copot saat suara tanya dan keberadaan Anggi mengejutkan dirinya saat ini.

Anggi yang melihat itu menurunkan ponsel yang sedari tadi dimainkan nya dan mencibir.

"Biasa aja kali , lo pikir gue hantu?"

Gio menghela napas kasar setelah dapat menetralisirkan pompa jantungnya kembali normal. "Anggi ...bisa gak sih kalo masuk ruangan orang , ketuk dulu. Kalo gue punya penyakit jantung terus ko'it ditempat gimana?"

"Kubur." Celetuk Anggi lugas membuat Gio melotot. "Gue udah di sini dari tadi tau. Lo nya gak ada." Rengut perempuan itu kemudian. "Lo abis dari mana?"

Gio menghela nafas dan duduk dikursinya. Bersandar disana. "Makan."

"Heehh...sama siapa? Temen kencan lo?"

"Kalo boleh dianggep temen kencan juga gak papa."

Mata Anggi menyipit , memperhatikan Gio. "Kenapa tampang lo? Jelek amat."

"Enak aja!"

Perempuan itu terkekeh. Membuat Gio makin dongkol. Ingat pembicaraan tadi siang bersama Keyla? Perempuan itu bertanya hal-hal yang diluar dari skenario Gio. Tentu saja. Sebagai seorang pria , Gio tak mungkin bisa menceritakan detailnya karena itu dia menjawab setengah-setengah.

"Apa sakit? Kok banyak pasangan yang suka banget gitu-gituan?" Itu salah satu pertanyaan yang diajukan Keyla pada Gio tadi.

"Kalo mau tau , kenapa gak nyobain aja sama pacar lo? Mumpung kalian berdua entar tunangan , kawin dulu sebelum nikah kan bisa."

Kening Keyla mengkerut. "Bedanya kawin sama nikah tuh apa?"

Itu dia. Gio jadi sebal mendengar pertanyaan penasaran dan tampang polos Keyla yang entah sejak kapan menjadi sangat menyebalkan.

"Kalo nikah tuh di KUA sedangkan kawin tuh di kamar." Gio menjawab asal yang langsung kembali mengerutkan kening Keyla makin dalam.

"Gitu...?"

Gio menyeruput es tehnya hingga tandas dan mengiyakan spontan.

Keyla masih sedikit bingung hingga entah sadar atau tidak , rona wajah Keyla kini terbit setelah dimenit-menit terakhir bakso yang dipesan Gio habis. Gio yang melihatnya tentu saja heran.

"Kenapa Key?"

Keyla kaget. "Hah? Enggak."

"Muka lo merah."

"Mana? Ini kepedesan."

"Kalo kepedesan mah dibibir bukan di pipi."

"Bakso gue pedes. Coba aja."

Saat itu Gio tau benar kalau Keyla sama sekali tak berniat memakan bakso dan makanan malang itu menjadi kambing hitam atas kesadaran nya yang lola alias loading lama.

Gio baru tau lagi sifat Keyla hari ini. Berpikir kritis dan agak menyebalkan.

Padahal Gio yang melihat sifat datar perempuan itu saja sudah membuatnya dongkol. Ditambah sifat menyebalkannya. Perempuan itu tak sesuai bayangan Gio sebelumnya.

Yeah...walaupun soal menyebalkan Keyla belum tentu demikian. Buktinya Elang sepertinya baik-baik saja dengan perempuan itu.

Selera mereka memang jauh berbeda. Sangat.

When there [is] Hope (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang