11- Come

26.7K 766 10
                                    

Edited; 1532 Word (21/12/2016)

***

Suara pintu diketuk menyadarkan Elang dari kefokusannya memahami berkas-berkas.

Wajah nya yang semula keras berubah terkejut begitu melihat siapa yang datang. Diluar dugaan , sosok Elf nya disana. Di balik pintu. Menyipitkan mata tersenyum kearahnya.

Apa Elang sedang berimajinasi?

"Makan siang?" Perempuan itu melebarkan senyuman memikatnya—menampakkan lesung pipit yang kini bagai jurang keindahan cukup dalam dimata Elang.

***

Keyla's POV

Setelah sebelumnya aku berbincang cukup lama dengan Gio—kakaknya Anggi , kuputuskan untuk mampir ketempat Elang.

Biar bagaimana pun juga aku sudah berjanji pada diri sendiri untuk peduli padanya. Ini kali pertama aku datang kekantornya ngomong-ngomong.

Sedikit sulit membuat janji sebelumnya karena Elang ini seorang CEO. Karena itu aku memutar otak untuk menyelinap masuk tanpa sepengetahuan orang-orang.

Dan disinilah sekarang aku. Di ruangan nya yang begitu luas , melebihi ruang tamu apartemenku , dua—tidak , empat kali besarnya.

"Elf ...kamu kok di sini?" Elang bangkit dari kursinya dan langsung mendekatiku dengan langkah panjang memasang mimik muka masih dalam kondisi kaget.

"Aku ngeganggu ya?" Aku sedikit tak enak , apalagi masuk ke sini sembunyi-sembunyi.

"Kamu bilang apa sih?" Elang menarikku duduk disofa ruangan yang empuk dan ikut duduk disampingku. "Kuliah mu udah selesai?"

Aku menanggukkan kepalaku.

"Udah makan? Obatnya udah diminum?"

"Udah semua." Jawabku sedikit jengah. Lihat ...dia begitu amat peduli denganku.

"Bagus. Kamu kesini naik apa? Anggi nganterin?"

"Enggak. Anggi masih ada jadwal kelas siang. Aku naik taksi kemari sendiri."

Elang yang mau bicara lagi mendadak bungkam ketika ketukan pintu dan bukaan pintu selanjutnya menolehkan kepala kami.

Di sana sosok wanita cantik dengan pakaian serba minimnya menunduk sopan dengan senyuman mengarah pada Elang. Astaga ...blouse yang dipakainya memiliki belahan dada rendah sekali. Dari sini aku bisa melihat jelas belahan dua gunung kembar itu yang mulus tanpa bulu.

Dia ini sedang kerja atau pamer tubuh sih???

"Journal untuk dua minggu kedepan sudah selesai saya atur ulang pak."

Dengar ....suaranya bahkan terdengar dibuat-buat.

Selama ini aku tak pernah melihat wanita-wanita jalang di dalam bar yang tidak punya rasa malu mulai merayu siapapun hanya agar ia diberi uang dan meninggalkan kesucian dirinya.

Ketika mataku menangkap sosok wanita ini , sepertinya dia sebelas duabelas mirip dengan wanita jalang di bar yang masuk kedalam daftar kamus dikepalaku sekarang.

"Apa ada yang perlu saya bantu lagi pak?"

"Tidak. Itu saja. Terima kasih Resa. Kau bisa kembali ketempatmu." Elang menjawab dengan nada datar.

Oh. Betapa aku mencintai pria bossy ini.

Wanita bernama Resa itu sejenak melirik ku dengan pandangan...err entah. Aku jadi seperti seorang maling yang ketangkap basah oleh massa. Pandangan Resa sangat tajam dan begitu sarat intimidasi.

When there [is] Hope (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang