41- Perangainya

14.8K 414 4
                                    

Keyla mendorong laju kursi rodanya keluar dari tempat chek up saat matanya sadar oleh kehadiran seseorang.

Vanya bebarengan keluar dari tempat chek up nya. Saling bertukar pandang dengan Keyla untuk sejenak, hingga pada saat Vanya tersenyum lembut kearahnya. Keyla masih terpaku ditempat.

Vanya memutuskan berbalik tanpa mengucapkan apa pun. Berjalan pergi menjauh. Dan Keyla baru sadar saat Vanya menghilang dibelokan koridor.

"Aku akan ke sana." Pamitnya pada perawat Emi yang membantu mendorong kursi rodanya tadi. "Jangan ikuti aku." Segera Keyla menyusul Vanya tak menunggu respon yang perawat Emi lakukan.

Tapi mendadak suaranya hilang saat Keyla tanpa sengaja menyadari sosok asing didepan Vanya sekarang. Sosok asing yang bentuk wajahnya seperti orang cina. Seorang wanita paruh baya muncul, membekukan Vanya dari rasa kekagettan yang luar biasa.

"Anya..."

"Bagaimana...?" Vanya bertanya dengan suara tercekat. "Bagaimana bisa kau datang ke sini?!!!"

Untuk kali ini, Keyla memilih mundur teratur tak ingin ikut campur. Vanya terlalu menahan amarahnya. Jika dia tau keberadaan Keyla dibelakang, tentunya dia akan sangat malu.

Vanya marah. Dan Keyla tidak seharusnya melihatnya. Tanpa bicara ataupun menyapa, Keyla berbalik pergi meninggalkan dua perempuan yang kini saling menatap satu sama lain dalam ekspresi kontras berbeda.

:::::::::::::::

Gio mengetik sesuatu dilaptopnya dengan serius saat ketika Anggi muncul ke ruang kerjanya.

"Kak, gue mau ke rumah sakit."

"Kenapa ngasih tau ke gue?" Gio tampak bosan mendengar perkataan Anggi yang kegiatannya selalu sama setiap pagi, ke rumah sakit.

"Kali aja lo mau jenguk Keyla lagi."

"Kerjaan gue masih banyak. Sorean aja ya, sekalian gue jemput lo."

Anggi tampak berpikir dan akhirnya mengangguk. "Oke deh," tanpa bicara lagi, adiknya itu pergi meninggalkan Gio.

Sedikit Gio merasa heran dengan tingkah adiknya yang terlampau kalem itu. Biasanya dia akan cerewet bila berbicara dengannya. Lalu kenapa hari ini, kecerewetan seorang Anggi mendadak lenyap?

Satu praduga sejenak melintas dalam otaknya. Gio tanpa sadar mengeratkan pegangan pada mouse nya dan mulai mendesah kesal.

Tentu saja, siapa yang tak kesal bila adik yang kau sayangi kini harus setiap paginya melihat kedekattan orang terkasihnya saling bermesraan satu sama lain didepan matanya sendiri?

Anggi mungkin sudah menyerah dan merelakan Elang nya pergi berbahagia dengan perempuan lain. Tapi Gio tau, jauh dilubuk hatinya, Anggi merasakan sakit. Bukan kah perasaan perempuan itu lemah?

Dan Gio luput menyadari itu semua.

"Dasar bodoh!" Umpat Gio pelan, menggeleng-gelengkan kepala tampak tak habis pikir, sekuat apa sebenarnya hati yang dimiliki adiknya itu.

::::::::::::::::::

"Anya.. Akhirnya aku bisa melihat mu lagi," senyuman cantik dari si orang bermarga cina itu membuat aliran darah Vanya mendidih hingga sampai ke titik tertinggi.

Vanya tidak menyangka, orang yang selama beberapa tahun ini ia benci. Dengan wajah tampak polos dan tanpa rasa bersalah sama sekali tersenyum kearahnya.

Apa dia gila???!!

"Bagaimana bisa kau datang kesini?!!!" Vanya setengah histeris, memandang nyalang wanita di hadapannya.

When there [is] Hope (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang