"Perut Mama lucu," Keyla nyengir saat Mama nya muncul dengan perut nya yang buncit.
"Kamu mau ngejek Mama ya?"
Keyla yang mendengar nada sebal Mama nya, sekarang tertawa, menarik perhatian sang Ayah, bersama dengan Ilham dan Elang yang tengah duduk di sofa.
"Anggi mana?"
"Dia lagi ngejenguk Kak Vanya." Keyla menjawab pertanyaan Ilham. Lelaki itu bangkit, mendekati Keyla lalu mulai mengelusi puncak kepala perempuan itu lembut.
"Gimana kabar lo?"
"Seperti yang dilihat." Keyla menunjukkan senyum dua jarinya. "Kepala gue sekarang botak."
Ilham yang ingin tertawa karena ekspresi lucu Keyla berubah bungkam begitu dapat pelotottan Diana--Mama Keyla dan yang paling seram pelotottan Elang. Sedangkan Johan--Ayah Keyla hanya menyandar nyaman di sofa, tak sekalipun terusik dengan kelakuan anarkis istri dan menantunya itu pada Ilham.
"Sayang sekali... Rambut lo dulu itu bagus," Ilham meringis bersuara. Keyla hanya mengangguk-angguk saja, tak sadar suasana sekitarnya tengah menegang.
"Kalo gitu, gue mau jenguk Vanya juga." Ilham mengakhiri, menoleh pada Elang. "Lo mau ikut juga?"
Elang sebenarnya enggan menjauh dari tunangan nya itu. Mengingat kedekatan nya dulu bersama Vanya, sudah seharusnya Elang pun ikut menjenguk. Yeah, sekali-kali, tak apa.
"Gue juga ikut Kak!" Keyla menyahut, mengagetkan Mama dan Ayahnya.
"Kamu gak boleh kemana-mana Keyla–"
"Kenapa? Ruangan Kak Vanya masih satu daerah rumah sakit kok."
Mama nya yang hendak protes, di selak lebih dulu Elang. "Aku akan menjaga nya, Keyla boleh ikut."
Setidaknya ada Keyla, Elang tidak akan keberatan bila berjam-jam di sana. Lagi pula sudah lama ia tak jalan-jalan keluar ruangan bersama tunangan nya itu. Mendengar bahwa Elang setuju, senyum Keyla terukir indah. Senang.
Mungkin perjalanan ke ruang rawat Vanya tak terlalu jauh, namun yang pasti, Keyla senang bila Elang yang mendorong kursi rodanya.
Pada akhirnya karena tak tega menghilangkan wajah bahagia sang anak. Diana dan Johan merelakan Keyla pergi. Pintu putih itu di ketuk tiga kali sebelum orang di dalam membuka daun pintu.
Sosok Gio lebih dulu terlihat begitu mereka masuk. Ilham memandang kaget. Sedang Elang dan Keyla tampak tidak heran sama sekali. Sebelumnya, Keyla sudah menceritakan segalanya pada Elang. Jadi keberadaan Gio di sini adalah mungkin, rencana sukses mereka berdua.
"Hai Kak.." Keyla tersenyum lebih dulu menyapa Vanya yang sedang duduk di atas ranjang.
Sedikit kaget, Vanya balas menyapa Keyla. Melihat keberadaan Elang dan Ilham, kekagettan Vanya menjadi, kedua matanya menyipit mengarah pada Keyla. Sedang Keyla nampak acuh, menjalankan kursi roda nya sendiri, mendekat ke arah Vanya.
"Lo sehattan." Keyla berujar. "Atau mungkin karena bahagia ngebuat tampang orang sakit jadi sedikit terlihat bersinar, terlihat sehat?"
Vanya ingin bersuara, membalasku dengan jurus sinisnya. Namun kedatangan Anggi lebih dulu menginterupsi semua.
"Eeh.. Baru di tinggal bentar udah ramai aja." Katanya menaruh kresek hitam di nakas samping bangsal.
"Dari mana Nggi?" Keyla bertanya, sedikit heran.
"Beli bubur ayam di luar. Katanya Kak Vanya gak terlalu suka bubur buatan rumah sakit."
"Bubur buatan rumah sakit emang gak enak. Hambar." Keyla membenarkan, sejenak menciptakan kediaman Anggi. Saat sadar akan sesuatu, perempuan itu menoleh pada Elang yang tengah berdiri disebelahnya, menyapa basa-basi Vanya diikuti Ilham. Gio memilih duduk di kursi samping bangsal tempat Vanya tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
When there [is] Hope (COMPLETE)
RomanceCOMPLETE// - Keyla's Story ::::::::::::: Sekarang tujuan Keyla hanya satu... Membahagiakan orang yang telah peduli kepadanya dengan melepaskan nya. ::::::::: Ada beberapa part yang mengandung unsur dewasa , tanggapi dengan bijak. Terima kasih. _____...