22- Wound [1]

21.4K 513 1
                                    

Gio mengusap wajahnya kesal saat ketika ponsel yang tergeletak di samping tempat tidur tak berhenti menyahut. Dengan geram dia menyambar ponsel itu dan mengangkatnya.

"Apa sih??!!"

"Gak papa sih ," jawabnya langsung. "Kangen aja yo ..." Tambahnya lagi , manja.

"Lo gak ada bosannya ya ganggu kehidupan gue?! Ini masih pagi , jangan mancing emosi!"

Terdengar kekehan tak bersalah di sebrang sana yang membuat Gio jadi dongkol. "Udah sarapan Yo? Mau aku bawain sarapan ke kantor mu gak?"

"Gak usah! Makasih." Tanpa babibu pria itu memutuskan sambungan secara sepihak , belum ada setengah menit ponsel itu sunyi , dering nya kini memengakkan kembali kedua kuping.

Tanpa melihat layar id , Gio mengangkat nya dengan amarah yang belum pun sirna. "Apa lagi sih??!!"

"Whoaa santai Bos! Barusan abis makan apa lo?"

Gio mengernyit dan menatap ponselnya yang bertuliskan nama Alex di sana. "Sorry bro , tadi ada nenek lampir gangguan gue , gak sengaja .." Pria itu terkekeh menempelkan kembali benda persegi itu ditelinga seraya bicara dan terdengar dengusan geli dari arah sebrang sana sebagai respon.

"Nenek lampir yang lo sebutin tadi cinta pertama lo kan?"

Kini giliran Gio yang mendengus , tapi terdengar jelas tidak ada nada geli dalam suaranya. "Lex kalo lo bahas ini lebih lanjut keknya gue bakal jadiin lo sarapan gue entar ,"

Alex tertawa , terbahak di sebrang sana membuat Gio memutar bola matanya sebal. Dalam beberapa menit Alex masih setia dengan tawa hingga Gio pun yang kini jengah mengambil alih pembicaraan.

"Ngapain lo nelpon gue pagi-pagi?" Tanya nya sedikit kesal.

Tawa Alex perlahan berhenti , menghembuskan nafas pendek. "Seperti yang kemarin kita rencanain. Gue udah bilangin Keyla soal deskripsi feeling something Anggi pada tunangan nya."

"Dan apa katanya?" Gio bertanya mendesak. Entah kenapa dia begitu penasaran. Mengingat sangat susah sekali membujuk adik nya yang keras kepala itu , Gio mengharapkan kalau yang akan dikatakan Keyla sedikit membantu , lagi pula di sini dirinya lah yang jadi penghubung antar kedua orang itu agar tetap berhubungan seperti ini.

"Sedikit mengecewakan karena dia pergi gitu aja tanpa banyak bicara. Well kayak nya dia tipe cewek yang lebih suka berpikir dari pada mengungkapkan nya secara lisan."

Mengetahui keahlian Alex yang sudah di cap sebagai pria yang dipuja-puja bani hawa. Gio sama sekali tak terkejut mendengarnya. Awal pertemuan nya dengan perempuan itu juga , Gio sempat berpikir kesana. Tapi berubah ketika pertemuan selanjutnya untuk ke tiga kali. Sikap Keyla jadi sedikit mencair dan terbuka.

"Gue harap dia ngerti. Walau hanya sedikit." Gio tidak buta ketika menyadari perasaan Elang dan Keyla itu sama. Saat ketika melihat mereka saling pandang , ada sebersit perasaan memuja dikedua mata berbeda gender itu.

Anggi sudah tidak ada lagi harapan. Namun yang satu pasti , Gio ingin adiknya itu jujur pada dirinya sendiri untuk berani mengungkapkan perasaan. Bukan hanya mencintai nya diam-diam.

Alex menghela nafas tidak bersuara lagi , hingga Gio memutuskan untuk menutup teleponnya dengan balasan iya dari sebrang.

Pikiran nya sekarang ruwet.

::::::::::::

"Hasil tes nya akan keluar lusa." Ilham menutup pemeriksaannya dan mulai melempar tatapan pada sosok perempuan pucat didepan nya.

When there [is] Hope (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang