42- Fōurty Twö

14.4K 399 2
                                    

"Hai Hellen."

Perempuan karir yang duduk dengan tatapan mengarah pada buku sukses mengangkat kepala Hellen karena panggilan nya.

Wanita kurus pucat tapi tak sekalipun tak terhapus kecantikkan nya itu sekarang tengah tersenyum kearahnya. Dikarenakan penyakit yang tak bisa mengharuskan dirinya bisa berjalan kali ini, memaksa dirinya duduk diatas kursi roda.

Tidak hanya itu, dia memiliki riwayat penyakit jantung yang sangat konstan. Tidak boleh ada yang mengejutkan ataupun memberi kan kabar buruk pada wanita ini jika masih ingin beliau tetap hidup.

"Ya. Ada apa Nyonya Irma?" Hellen bangkit dari duduknya, mendekat pada Irma. "Anda perlu bantuan?"

"Ya." Irma tersenyum. Lembut dengan mata teduh yang menyorot hangat. "Mau kah kamu mengabulkan keinginan terakhir ku?"

Hellen terkejut, memandang Irma kaget. "Apa?"

"Ini bukan demi aku. Tapi demi putriku." Irma mendongak, menatap Hellen yang balas menatapnya tidak mengerti. "Jadilah Ibunya dan bahagiakan dia. Aku tidak tau sampai kapan batas waktu yang diberikan Tuhan untuk aku terus berada di samping nya. Hanya kamu lah harapan ku satu-satunya."

Hellen syok. Memandang Irma dengan mata membulat sempurna. "Nyonya.."

"Nikahi Nicholas, dan jadilah istri juga Ibu untuk suami dan anakku di masa depan."

"Tapi Nyonya–"

"Ku mohon." Irma memegang erat tangan yang kini tertaruh diatas kursi rodanya, memandang Hellen dengan tatapan sendu yang pasti membuat siapa saja tak mampu menolak seberapa menderitanya wanita dihadapan nya sekarang.

"Ini permintaan terakhirku... Aku memohon padamu, Hellen,"

Hellen mengusap air matanya yang tanpa sadar sudah meluruh ke pipi. Mengingat kejadian beberapa tahun kembali membuat hatinya mendadak nyeri.

Permohonan dan keiinginan Irma–teman sekaligus Nyonya itu membuat Hellen tak dapat berpikir dengan jernih dan dengan bodohnya menerima tanpa perlawanan.

Hellen pikir akan lebih mudah bila Vanya tau semuanya sedari awal, tapi Irma menolak tegas. Katanya belum waktunya Vanya tau yang sebenarnya.

Setiap kali Hellen mendesak untuk memberitahukan hal ini pada Vanya. Hellen dan Nicholas sudah menikah secara rahasia, Hellen tak sekalipun ingin menyembunyikan sesuatu dari gadis manis yang humoris seperti Vanya.

Lagi-lagi Irma menolak, hingga ajal menjemputnya. Bukan tangis haru yang dilayangkan Vanya karena tau dia memiliki Ibu lain, tapi tangis kebencian yang tak pernah sekalipun Hellen lihat sebelumnya.

Hingga Vanya pergi dan Nicholas jatuh sakit. Hellen harus ekstra merawat suaminya yang entah sejak kapan diterima dengan senang hati keberadaan nya oleh Hellen. Sesekali Vanya terlihat menjenguk Nicholas, tapi perempuan itu tak sedikitpun ingin bertatap mata dengan Ayahnya.

Hingga Hellen mendengar bahwa Vanya mengajukan diri untuk menjadi penyumbang hati untuk Ayahnya yang memiliki penyakit liver.

Sayang nya permintaan Vanya di tolak. Hellen tidak tau mengapa Vanya bersih keras ingin menyumbangkan hatinya. Jika ia behasil mendapat persetujuan, nyawa Nicholas pasti akan bisa diselamatkan, tapi tidak nyawanya. Apa yang ada di dalam pikiran Vanya saat itu sebenarnya?

Tentu saja keselamatan orang yang disayanginya.. Batin Hellen mulai berprasangka. Dia rela lebih memilih mati untuk membahagiakan orang yang di sayanginya, dari pada kehidupan nya sendiri. Tidakkah kau mengerti?

When there [is] Hope (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang