Menjunjung tinggi keadilan itu sangat penting, terlepas dari siapa mereka.
Someone_
***
"Iya bagus, kalau kamu cocok yang itu langsung ambil yang itu aja," ucap Edward.
"Ya udah deh aunty, aku ambil dua dress ini aja. Papa sama kak Kenny juga udah setuju," ucap Fenny.
"Nisa, kamu bungkus deh dua dress ini!" ucap Elisa menyuruh salah satu pegawainya.
"Ya udah aunty, kami pulang dulu ya!" pamit Fenny setelah bajunya dibungkus.
"Kami pulang dulu, aunty!" pamit Kenny.
"Bye, adik kecil!" pamit Edward.
"Aku bukan adik kecilmu lagi, Kak!" ucap Elisa sambil memonyongkan bibirnya.
"Kamu tetap akan jadi adik kecilku selamanya, ingat umur kita beda 14 tahun loh. Jadi kurasa panggilan yang cocok untukmu adalah adik kecil," ucap Edward.
"Ya, ya apa katamulah kak. Bye, keponakan kesayangan aunty!" ucap Elisa pasrah.
Merekapun segera pulang dan beristirahat.
---
Ting ... tong ...
"Biar aku yang buka aja, pa," ucap Fenny.
"Cie ... yang udah gak sabar!" ledek Kenny.
"Enak aja, aku itu mau buka. Karena aku yakin itu adalah opa, oma, tante, om, and cousin-cousin," ucap Fenny.
"Tahu darimana kamu? Orang kamu ada di kamarmu dan tiba-tiba bilang biar kamu yang membuka pintunya," Tanya Kenny.
"Aunty Elisa baru aja telepon aku, kalau mereka langsung datang bersamaan dan sudah dekat," jawab Fenny kemudian memeletkan lidahnya.
"Iya deh, aku kalah!" balas Kenny sambil mengangkat kedua tangannya tanda bahwa ia menyerah.
Kemudian Fenny pun langsung berlari membukakan pintu rumah.
"Hallo opa, oma, om Eizel, tante Oliv, om Erick, tante Lily, tante Eli, om Justin, and my cousin!" Sapa Fenny.
"Hallo cucu opa, cucu opa gak mau peluk opa nih, gak kangen opa nih?" ucap Hendra.
"Kangenlah!" balas Fenny yang langsung memeluk Hendra.
"Gak kangen oma nih, hanya opa yang di kangenin?" ucap Nia.
"Kangen oma juga dong!" ucap Fenny berahli memeluk Nia.
"Pa, ma kita masuk dulu aja ya. Kangen-kangenannya didalam aja lagi," ucap Edward yang menyusul kedepan, karena mereka gak segera masuk.
"Ah ini dia, dasar anak kurang ajar" Berani-beraninya kamu tak datang ke pertemuan keluarga, enam tahun lagi!" ucap Nia yang langsung menjewer telingga Edward sambil menariknya masuk ke dalam.
"Ma, lepasin dulu dong. Malu sama yang lainlah, ma," ucap Edward.
"Gak, jawab dulu pertanyaan mama. Kenapa kamu gak datang selama 6 tahun kepertemuan keluargh, hah?" tanya Nia.
"Anu, apa itu sibuk," hawab Edward.
"Ah, alasanmu basi, Kak," sahut Elisa yang dihadiah'i pelototan mata dengan Edward.
"Oh ya, istrimu sama anakmu yang lainnya mana?" tanya Nia.
"Kenny baru aja ke kamarnya, katanya mau ambil hp, kalau istriku dan Viola ada di Singapura," jawab Edward.
"Hmm, oh ya apakah keluarga besar istrimu dateng ke sini?" tanya Nia.
"Gak ma, karena aku takut mereka mengacaukan semuanya," jawab Edward.
"Oh ya, kenapa kamu mendadak-dadak sih tunangannya Fenny?" tanya om Erick.
"Karena dia aku jodohkan," jawab Edward.
"Apa?" teriak semua orang di ruangan itu yang terkejut, selain Edward, Kenny, dan Fenny.
"Jelaskan sekarang juga ke papa, Edward!" perintah Hendra.
"Hmm, jadi awalnya dulu aku sama Aaron membuat kesepakatan untuk menjodohkan anak-anak kita. Awalnya yang mau aku jodohkan Viola, bahkan aku sudah menunjukkan foto Viola kepada mereka dan mereka pun juga tahu kalau viola itu artis. Tapi Viola menolak, aku sih senang-senang aja. Karena aku memang menginginkan agar Fenny yang kujodohkan dengan anaknya Aaron, tapi aku kan tidak boleh pilih kasih walaupun Viola hanya anak tiriku," jelas Edward.
"Kamu gak terpaksakan menerima perjodohan ini, Fenny? Kalau kamu terpaksa biar opa batalin saja," tanya Hendra.
"Tenang aja opa, aku gak terpaksa kok, opa," jawab Fenny.
"Huh, untunglah kalau begitu," ucap Hendra.
Ting ... tong ...
"Bukain gih, Fen!" ucap Kenny.
"Gimana kalau kak Kenny aja yang buka?" tanya Fanny.
"Enggak ah, kamu aja sana," jawab Kenny sambil mendorong pelan Fenny ke arah pintu rumah.
"Hallo uncle, aunty dan anaknya uncle-aunty!" sapa Fenny dengan agak kikuk.
***
Maaf kelamaan update # Terima kasih Sudan membaca cerita abal-abal saya # maaf juga banyak typo # Comment kalian aku tunggu 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth (Revisi)
RomanceAku selalu saja terkena masalah, entahlah aku merasa masalah sepertinya takkan bosan-bosannya menghampiriku. Jika aku bukanlah Fenny yang sudah terbiasa menghadapi masalah-masalah berat seperti ini sejak kecil, mungkin saja aku sudah ... Penasaran...