"Oh My God! Itu Sir Nathan bukan sih?" seru Melania.
"Iya, itu sir Nathan. Aduh... sir Nathan tambah ganteng deh!" seru Ella.
"Iya, harusnya dia gak berhenti ngajar di kampus," ucap Melania.
"Gue nanti harus dapetin nomer telepon Sir Nathan pokoknya," ujar Ella.
"Aduh, kalian itu alay banget tahu gak sih! Gitu doang juga, udah heboh sendiri!" omel Yong Yu.
"Biarin juga napa sih, Sir Nathan itu emang ganteng banget tahu! Kamunya aja yang gak tertarik sama dia!" sewot Ella.
"Kamu udah gak waras kali! Aku ini laki-laki, gimana mau tertarik sama dia, kamu pikir aku homo apa?" ujar Yong Yu.
"Sepertinya saya harus memantau secara langsung kelas aksel yang di pegang oleh Sir Chris saat jam pembelajaran sedang berlangsung, karena dari tadi yang saya perhatikan ada yang sibuk berbicara sendiri," ucap Nathan dengan nada khasnya yang datar dan tegas itu yang membuat semua mahasiswa(i) yang ada diam seketika.
"Bagus, sudah gak ada yang berbicara sendiri. Saya akan menjelaskan prosedur untuk kalian mewawancari saya, setiap kelompok saya beri waktu 10 menit. Satu kelompok keluar, lalu berganti kelompok lain langsung masuk. Ingat saya tidak mau membuang waktu saya untuk menunggu, jadi kalian bisa masuk sesuai urutan kelompok. Saya punya daftar kelompoknya, kalau kalian telat masuk berarti waktu kalian telah terpotong," ucap Nathan lalu menuju ruangan pribadinya.
---
"Eitz, cups lo itu harus masuk yang paling terakhir dong!" ujar Angel.
"Apaan sih lo, Angel!" seru Alice.
"Gue apaan? Yang bener itu lo yang apaan, Cups!" ujar Angel.
"Makanya mereka ini gak tahu diri banget, sudahlah kalian ini hanya sekelompok orang miskin jadi gak bakalan mengerti tentang bisnis!" ucap Thea meremehkan.
"Sudah Angel, aku mohon kamu minggirlah. Biarkan kami masuk, kami membutuhkan waktu ini untuk wawancara, kamu tau sendiri ini bersangkutan dengan nilai tugas kami," ucap Fenny.
"Siapa peduli!" seru Iriana.
"Udahlah Fen, buat apa kamu mohon-mohon gak guna kayak begitu. Sudah kita trobos aja, ayo!" ucap Olive, bersamaan dengan dirinya dan Alice menarik Fenny.
"Eh, kalian itu gak punya etika apa!" ujar Angel.
Brak ...
"Sudah bertengkarnya?" tanya Nathan dengan suara dinginnya.
"Eh itu, Sir, tadi itu apa. Ini sih cups dorong kita, sampai akhirnya kita jatuh kayak gini," ucap Angel.
"What the f*ck! Lo ngatain kita yang dorong lo? Ngaca dong ya, punya kaca gak? Siapa dulu yang cari masalah, pakai acara kita gak boleh masuk segala!" ujar Alice.
"Cukup, hentikan semua drama gak guna ini. Sekarang kalian bertiga Angel, Thea, dan Iriana bisa keluar dari ruangan saya. Karena saya rasa sesi wawancara kalian sudah selesai, kalian bisa menunggu diluar mengerjakan apapun yang kalian mau asal tidak menganggu," ucap Nathan.
"Iya, Sir," ucap Iriana.
"Awas aja kalian cups!" ujar Angel.
"Apa? Mau nantangin, sini! Gue gak takut!" seru Alice.
"Baik, saya rasa sudah selesai bertengkarnya. Silahkan tanyakan apapun yang mau kalian tanyakan, waktu kalian hanya sisa 3 menit!" ucap Nathan.
"Ta-" protes Alice.
"Sudahlah Alice, langsung tanyakan apa pertanyaan yang sudah kita susun. Jangan membuang waktu sisa 3 menit ini untuk protes gak jelas," ucap Fenny yang sudah memahami sikap Nathan yang selalu profesional.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth (Revisi)
RomanceAku selalu saja terkena masalah, entahlah aku merasa masalah sepertinya takkan bosan-bosannya menghampiriku. Jika aku bukanlah Fenny yang sudah terbiasa menghadapi masalah-masalah berat seperti ini sejak kecil, mungkin saja aku sudah ... Penasaran...