"Kalian ini memang, huh ... ayo aku jelaskan ulang!" ucap Nathan.
Sementara Nathan menjelaskan ulang Fenny, Alice, dan Arnold jatuh tertidur dengan menelunhkupkan kepala di antara kedua tangan diatas meja.
"Ooo ...." "Ya ya ...." "Jadi begitu toh!" "Hmm ...." "Gampang juga!" "Lumayan ngertilah!" ucap mereka bergantian saat Nathan menjelaskan ulang.
"Jangan ngomong masih belum paham," ucap Nathan.
"Sudah paham kok, Kak, sedikit sih," ucap Kevan.
"Oh ya, berarti cara yang di ajarkan Arnold sama Fenny tadi salah dong ya?" tanya Leni.
"Memang! Mereka kalau sudah debat kayak gitu kemungkinan pasti salah!" jawab Sheril.
"Fenny! Arnold!" teriak Jessi dan Leni bersamaan.
"Apaan?" tanya Fenny yang terbangun.
"Kamu ngerjain kita?" tanya Leni.
"Ngejain apaan coba?" tanya Fenny.
"Kamu sama Arnold ngajari kita pakai cara yang salah," jawab Leni.
"Emang, baru sadar kamu-kamu pada? Karena kita juga gak bisa, kita juga lagi diskusi untuk cara yang benar. Eh tahunya, Jessi udah keburu panggil, Kak Nathan. Ya sudah, Kak Nathan jelasin kita dengerin. Setelah bisa ya udah, lalu Kak Nathan jelasin ulang yah kita tinggal tidur!" ujar Arnold yang baru terbangun dari tidurnya.
"Dasar!" ucap Leni.
"Sudah, sudah, ayo kita makan malam dulu," ucap Nathan yang langsung merangkul Fenny.
"Kak Nathan dan Fenny, bisakah kalian berdua jangan bermesra-mesraan disini?" tanya Leni sambil memutar bola matanya.
"Makannya cari pacar sana!" jawab Nathan.
"Aku mau kok jadi pacar kamu, Len!" ujar Kevan.
"Apaan sih lo, Van!" seru Leni.
"Ah, cie ... gak mau, tapi mukanya kayak keping rebus gitu!" ledek Alice.
"Yup, betul tuh," ujar Sheril.
"Sudah, sudah, kasian tuh mukanya udah kayak kepiting rabus kematengan gitu. Ayo kita makan malam dulu," ucap Jessi.
"Jessi, kamu mah ... gak bantu aku, malah ikutan ngeledeki aku!" rengek Leni.
"Hehe ... peace, sekali-kali bolehlah!" ucap Jessi.
"Kalian makan aja yang banyak, anggep rumah sendiri," ucap Nathan.
"Iya, Kak," ucap mereka.
Dan merekapun makan sambil berbincang-bincang hal-hal ringan.
"Kalian beneran gak ada yang mau masuk kelas aksel? Masih ada sesi kedua kalau kalian minat," tanya Nathan.
"Gak, Kak, ntar yang ada kepalaku di penuhi rambut putih," jawab Sheril.
"Yup, nanti aku bisa tinggal nama doang pulang dari kampus," ucap Leni.
"Aku juga gak minat, suruh aja tuh si Arnold diakan pintar," ucap Alice.
"Gak, aku gak minat. Males, enakkan juga kelas reguler jadi aku belajarnya bisa santai-santai gak kebut-kebutan kayak orang gila," ucap Arnold.
"Kalau aku, gak bakal lolos tesnya. Kalau lolos berarti aku lagi beruntung aja, nanti gak lama aku pasti langsung dikeluarkan dari kelas aksel," ujar Will.
"Kalian itu, Fenny tambah mengejar untuk bisa masuk di kelas aksel. Eh kalian malah ... menghindar masuk kelas aksel!" ucap Nathan.
"Abisnya otak kami gak mampu menampung ilmu terlalu banyak," ucap Leni.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth (Revisi)
RomanceAku selalu saja terkena masalah, entahlah aku merasa masalah sepertinya takkan bosan-bosannya menghampiriku. Jika aku bukanlah Fenny yang sudah terbiasa menghadapi masalah-masalah berat seperti ini sejak kecil, mungkin saja aku sudah ... Penasaran...