Jangan Menyerah - Dmasiv
Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi
Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal putus asa
________________________________________________________________________
MATA BINTANG
"Hei Bin, main keluar yuk! Bosen disini terus," ajak Jimmy sembari menarik lengan Bintang.
"Mau kemana Jim? aku takut keluar sendirian," jawab Bintang.
Tak lama kemudian, Timmy yang merupakan teman mereka pun datang menghampiri. Datang dengan wajah semringah dengan langkah yang berpacu cepat. Segera digeser badan besarnya itu di samping Bintang. Bintang yang tahu akan hal itu segera berkata, "Hei Tim, kau habis kemana saja kok baru kesini?"
Timmy membalasnya dengan tawa renyah seperti tak punya dosa, "Aku habis makan dulu tadi. Mumpung ada makanan datang ya dimakan saja daripada mubadzir."
"Baiklah ayo main ke taman belakang, sekarang lagi musim semi, banyak bunga yang bermekaran disana. Seru pasti jika kita bermain disana! Sini Bin, biar kubantu." Jelas Jimmy.
Tangannya pun menggandeng lengan kanan milik Bintang, sedangkan yang kiri dibantu oleh Timmy. Mereka tak menggubris perbedaan fisik yang terjadi. Iya betul, Bintang memiliki keterbatasan dalam penglihatannya. Namun ia tetap bersyukur tentang apa yang diberikan Sang Kuasa kepadanya.
***
"Kapan mataku bisa melihat? Aku ingin tahu bagaimana warna-warni dunia ini. Pasti menakjubkan," "Aku ingin punya mata."
Bintang menunduk lesu sebab selama enam belas tahun selalu diwarnai dengan satu warna yakni hitam. Namun hatinya tak goyah, ia masih tetap menjalankan ibadah sesuai yang diperintahkan Tuhan-nya seperti sholat lima waktu sehari. Ia meyakini adanya Tuhan, meskipun zatnya tak terlihat namun sudah banyak bukti jika Tuhan itu ada.
"Mengapa kau ingin sekali bisa melihat? Asal kau tahu, dunia itu kejam. Yang tak terduga bisa terjadi. Jangan kau kotori matamu itu demi melihat hal yang keji. Yang putih tak selamanya putih dan yang hitam tak selamanya hitam. Sebagai temanmu, aku hanya memberi nasihat saja," jelas Timmy panjang lebar.
"Betul itu yang dikatakan Timmy! Kau tak perlu bernafsu untuk punya sepasang mata. Lebih baik jalani saja seperti ini sebab matamu akan menjerumuskan pada dosa," tukas Jimmy.
Bintang bingung antara harus memilih egonya atau mendengarkan perkataan kedua sahabatnya. Ingin sekali bisa mengetahui keadaan luar tetapi ia takut akan kejamnya dunia seperti yang dikatakan oleh Jimmy dan Timmy.
Bintang bergumam lirih, "Tapi aku ingin merasakannya."
"Terserah kau jika kau ingin sekali melihat tapi jangan harap kita akan bertemu kembali karena kau sudah punya teman yang baru," jawab Jimmy dan segera disahut oleh teman sampingnya, Timmy. "Kita tidak mau berbicara denganmu lagi. Sampai jumpa!"
"Hey, kalian hendak kemana? Kita masih berteman jika seandainya aku sudah bisa melihat. Jangan tinggalkan aku."
Hening.
Perlahan suara mereka pun lenyap seperti ditelan inti bumi. Sudah tak ada lagi Timmy dan Jimmy di sana. Mungkin mereka marah, karena Bintang yang mulai berkepala batu. Bintang juga bingung dengan perkataan mereka, karena ia belum tahu-menahu akan apa yang terjadi di bumi pertiwi ini. Jimmy dan Timmy ialah temannya yang selalu setia menemaninya selain Ibunya, dalam pikirannya tebersit bayang jika kedua temannya itu pergi meninggalkannya dan tak mau menganggapnya teman lagi. Pikirnya sedang berkecambuk sekarang.
"Hey Bintang, kenapa kamu diluar? Malam ini dinginnya menusuk tulang, sebaiknya kamu segera masuk ke dalam. Tak baik anak perempuan duduk sendiri di luar malam hari," jelas Ibunya, Venus.
Kehadiran Ibunya membuyarkan angan dalam benak Bintang. Segera dituruti perintah orang tua satu-satunya itu. Tangan kokoh Ibunya pun membantu menopang tubuh Bintang.
Ketika hendak beranjak pergi, Bintang menggaet tangan Venus untuk berhenti sebentar. Ingin sekali hal-hal yang sedari tadi terngiang di kepalanya segera dilontarkan. "Bu, apa benar jika dunia ini kejam?" tanyanya.
Venus pun mengelus puncak kepala Bintang, "Tidak semua di dunia ini kejam, Sayang. Jika kita pandai-pandai memilahnya pasti kita tidak akan terjerembab ke dalamnya."
Namun Bintang tetap diam tak menanggapi omongan Venus.
"Ngomong-ngomong Ibu punya hadiah buat kamu. Jadi, ada pendonor mata untuk kamu, Bintang. Kamu akan punya mata," ucap Venus semringah.
Dalam benaknya, Ia sangat senang mendengar kabar itu. Namun, bagaimana jika teman setianya itu pergi meninggalkannya?
Serasa sudah bulat keputusannya, ia menganggukkan kepala sambil tersenyum simpul.
***
Aroma obat-obatan membaur menjadi satu. Entah kapan mulanya, Bintang pun tertidur pulas. Tak mengingat apa-apa lagi.
Tak tahu berapa lama ia terbangun. Hanya ada lilitan kain panjang nan pipih di sebagian kepalanya. Dan sekarang waktunya untuk dibuka.
"Apa ini mimpi? Aku bisa melihat?" tanya Bintang sembari mengerjapkan kedua matanya.
"Iya sayang, kamu bisa melihat sekarang. Ini aku, Ibumu."
Bintang merasa girang sekarang. Ia bisa melihat wanita yang melahirkannya. Tak hanya itu, ia juga bisa melihat hewan-hewan berkeliaran dan bunga yang bermekaran indah di taman. Ia bersyukur dengan hadiah yang diberikan oleh Venus.
Bintang ingat dengan teman setianya itu. Di mana keberadaannya sekarang. Seketika Ibunya memberi tahu jika Jimmy dan Timmy hanyalah sepasang kucing liar yang biasa masuk ke dalam rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Rebel
Short StorySatu langkah untuk memasuki dunia Rebellion. Bacalah karya yang tercipta demi menjadi The Rebels.