Drabble pengalaman pribadi.
Hae guys, ketemu lagi dengan Nad hehe. Drabble kali ini mengusung tema pengalaman pribadi. Seru nggak tuh? Oke langsung aja, Nad bawain drabble pengalaman pribadi Nad tentang kelas 11 kemarin. Ini benar – benar terjadi beberapa bulan yang lalu. Semoga suka, xie xie.
Crocodila
Di sebuah lapangan basket sekolah, ada tiga orang siswa yang baru saja selesai latihan senam. Nadya, siswa kelas XII MIPA 1 yang dicap sebagai siswa paling cerewet dikelasnya datang membawa minuman sesuai dengan jumlah teman – temannya.
Disela – sela acara istirahat terjadilah percakapan antara tiga anak gadis sambil selonjoran di lapangan guna mengistirahatkan kakinya yang lelah. Sedangkan satu anak itu terlihat sibuk memainkan ponselnya.
"Ti, liatin tuh si Nadya. Main handphone mulu," bisik Ainul tepat ditelingan kiri Tia yang duduk disampingnya.
"Iya tuh. Mana pake ketawa – ketawa sendiri lagi. Curiga aku," ujar Tia sambil menatap Nadya dengan tatapan menyelidik.
Memang benar, Nadya sedang asik memanjakan jarinya pada papan ketik ponselnya sambil tertawa kecil.
"Eh, Nad, lu ngapain dah daritadi ketawa mulu? Ada yang lucu emang?" Silvy langsung mencecar Nadya tanpa melihat situasi dan kondisi.
Yang dimaksud hanya nyengir kuda tak bersalah. Lalu Nadya memasukkan handphonenya ke dalam saku celana training.
"Hehe.. Enggak, kok. Cuma lagi nanggepin chat dari temen. Mereka bilang kalo buaya – buayaku kelaparan dan minta aku beliin makan buat mereka,"
"Buaya?" ujar kaget Tia, Ainul, dan Silvy serempak.
"Iya, buaya. Kenapa emang?"
"Sejak kapan lo punya buaya?"
"Sejak semester 4."
Ainul menatap Nadya tidak percaya. Bagaimana bisa temannya ini punya buaya? Yang mereka tahu Nadya tidak begitu suka dengan hewan reptil.
Sedangkan Tia hanya geleng – geleng tidak percaya. Ia masih terkejut dengan yang diutarakan Nadya.
"Punya berapa kamu? Apa jenis kelaminnya?"
"Aku punya 3. Jenis kelaminnya laki – laki semua. Nggak mau aku kalo perempuan."
"Kamu namain nggak buaya – buaya kamu tuh?"
"Jelas aku namain lah. Nih ada buaya darat, laut, dan udara. Lucu, kan?"
"Gila lo, Nad! Masa iya buaya dinamain kayak gitu?" Silvy berkata dengan sedikit menjerit setelah tadi beralih profesi menjadi pendengar percakapan antara Nadya dan Ainul
"Kayak angkatan militer aja. Ini tuh namanya angkatan buaya. Nggak ada nama yang lebih keren apa?" Tia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Nadya. Bisa – bisanya Nadya memberi nama seperti itu.
Nadya menggeleng sambil berkata, "Nggak." Nadya membenarkan posisi duduknya sebelum kembali berbicara. "Ada maknanya tahu,"
"Apa?" Lagi – lagi ujar tiga sahabatnya itu bersamaan.
"Buaya darat itu sebutan untuk buaya yang berbadan besar. Dia itu paling besar diantara tiga buayaku. Dia makannya juga paling rakus. Buaya laut itu sebutan untuk buaya yang berbadan kecil. Dia memang kecil badannya tapi makannya lumayan banyak. Sampe capek aku mikirin gimana caranya buat dia gendut.
"Nah satu lagi, buaya udara. Buaya udara itu sebutan untuk buaya yang bertubuh kecil dan tinggi. Badannya dia itu paling menang diantara mereka. Makannya juga banyak sih sebenarnya tapi sekarang lumayan berisi tubuhnya."
Mulut Tia melongo, Ainul geleng – geleng kepala, sedangkan Silvy hanya diam mencoba mencerna perkataan Nadya.
"Sumpah ya lo, Nad. Bisa – bisanya lo pelihara buaya, mana 3 sekaligus lagi," komentar Tia.
"Gue ngeliat buaya udah kabur. Lah si Nadya ini malah memelihara," ujar Silvy.
"Nggak tahu gue harus bilang apa," Ainul menatap Nadya heran.
Nadya hanya terkikik melihat reaksi teman – temannya ini.
"Nanti kalo kalian ketemua mereka, kenalan aja deh ya. Hehe.."
"Nggak mau gue, ogah!" seru Silvy.
Tak lama kemudian datanglah beberapa laki – laki memasuki area lapangan basket. Langkah mereka mendekati dimana 4 gadis itu sedang berkumpul.
"Buk, sekarang aja. Keburu sore," tegur salah satu suara.
"Eh kalian sudah datang?" Nadya menengok dimana ada 3 laki – laki yang berdiri didekatnya.
Ainul, Silvy, dan Tia saling pandang. "Buk?" ujar mereka serempak
"Iya, aku dipanggil buk atau bun. Kenapa?"
"Bagaimana bisa? Lah emang si Azis, Adnan, sama Yahya ini anak lo?"
"Kalian nggak tahu siapa dia?" Azis menunjuk Nadya dan 3 sahabat Nadya itu menggeleng saja.
"Nan, jelasin ke mereka gih," titah Yahya santai.
"Gue lagi gue lagi," Adnan menghela napas pasrah. "Oke gue jelasin. Nadya ini adalah ibu kami. Sebut saja dia itu induk buaya atau crocodila."
"Crocodila?"
"Itu sebutan aku dari mereka. 3 buaya yang aku maksud tadi ya mereka ini," sela Nadya.
"JADI 3 BUAYA ITU YA MEREKA BERTIGA INI?" tanya Ainul.
"Of course," jawab Nadya. "Gue pulang dulu. Kasian anak gue pada kelaparan nunggu gue latihan sama lu. Gue ada janji makan bareng sama mereka."
Nadya beranjak dari tempat duduknya dan membersihkan celananya yang kotor.
"Gue duluan ya. Dan anak – anak mari kita cari makan,"
"AYO!!"
Setelah kepergian Nadya dan 3 anaknya itu, 3 gadis itu saling pandang sambil berkata, "Crocodila?"
-TAMAT-
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Rebel
Short StorySatu langkah untuk memasuki dunia Rebellion. Bacalah karya yang tercipta demi menjadi The Rebels.