Menyukai seseorang di masa SMA adalah hal yang wajar. Sebagai seorang remaja yang sudah memasuki masa pubertas, aku yakin hampir seluruh—atau mungkin seluruh—siswa di SMA memiliki seseorang yang mereka sukai.
Yah, termasuk diriku.
Aku adalah seorang laki-laki normal berusia tujuh belas tahun yang tentu saja juga menyukai seorang perempuan di sekolahku. Dia adalah siswi dari kelas XII IPA 3, dan aku tidak sekelas dengannya. Aku akui kalau aku menyukainya sejak satu tahun yang lalu, tepat saat study campus ke Bandung.
Satu hal yang dapat aku lakukan adalah memerhatikannya dari kejauhan.
Suatu hari, saat classmeeting semester ganjil, aku sedang berdiri di depan kelasku bersama beberapa orang temanku. Seperti biasa, kami bercanda, membicarakan hal yang sama sekali tidak penting. Kadang, kami tertawa, bahkan pada sesuatu yang tidak lucu sama sekali.
Lalu, salah satu temanku berhenti tertawa secara mendadak. Dia menepuk-nepuk pundakku dengan heboh. Salah satu jarinya menunjuk sesuatu yang ada di belakangku. Sontak, aku berhenti tertawa dan menatapnya dengan aneh. Kemudian, aku menoleh ke belakang karena penasaran dengan sesuatu yang membuat temanku itu menjadi sedikit menyeramkan.
Tepat saat itu, aku melihat seorang perempuan sedang berjalan ke arahku bersama seorang temannya. Itu dia, seseorang yang aku sukai selama satu tahun ini. Salah satu orang yang membuatku semangat pergi ke sekolah akhir-akhir ini.
Dia sedang tertawa, dan hal itu membuat jantungku berdetak sangat cepat. Anehnya, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari dirinya. Hingga dia berada beberapa meter di hadapanku, aku masih saja terdiam. Waktu seperti melambat saat aku menatapnya.
Menggelikan memang, tapi, yah, begitu lah yang aku rasakan.
"Eh, lo kenapa?" Aiden, salah satu temanku, berbicara.
Aku mengerjap beberapa kali, lalu menoleh ke arahnya. Aku menggeleng dan tersenyum kecil. "Gue ke kelas dulu, ya. Mau minum," ucapku. Sebenarnya, itu hanya alasan saja karena aku terlalu malu untuk terlihat di hadapan orang yang aku sukai.
Segera saja aku berjalan menuju kelas. Tapi, baru saja beberapa langkah, aku merasakan seseorang menyandungku. Karena tidak ada pegangan, akhirnya aku terjatuh menghantam lantai.
Tepat di hadapan perempuan yang aku sukai. Dan yang lebih memalukan lagi, aku terjatuh, tepat di hadapan hampir seluruh siswa yang ada di sekolahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Rebel
Short StorySatu langkah untuk memasuki dunia Rebellion. Bacalah karya yang tercipta demi menjadi The Rebels.