BERIMAJINASI DENGAN PUISI (@novilrn)

70 14 2
                                    

Dunia sana

Aku mendiami ruang sempit empat sisi

Di mana waktu terasa lambat bergerak

Di luar sana, kata mereka, berbahaya

Tapi di dalam sini, rasanya hampa

Aku hanya punya segelintir gambaran mengenai dunia sana

Yang rasanya ingin cepat-cepat ku berada di sana

Yang mengenal warna dan rasa

Yang bisa melihat langit juga dunia yang berbeda

Reicha

__________________________________________________________________________________

Nuri yang malang
Fabel
.
.

Kulihat burung-burung terbang bebas melintasi langit, aku ingin seperti itu. Ingin melihat dunia luar. Ingin terbebas dari semua ini. Aku ingin mencari makananku sendiri, aku ingin mencari pasanganku sendiri, aku ingin menjelajahi langit dengan kedua sayapku.

Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Saat ini yang bisa kulakukan hanya diam sepanjang hari dalam sangkar ini. Ketika aku masih kecil, aku berdiam disangkar yang lebih besar bersama teman-temanku yang lain, hingga ada orang yang membeliku dan menaruhku dalam sangkar ini.

Pemilikku menaruh sangkar dekat dengan pohon, aku hanya melihat semut-semut bekerja untuk musim hujan nanti. Raja semut datang menghampiriku dan berkata, "Sudah berapa lama kau di dalam sana, Nuri?" Tanyanya ramah. "Sudah tujuh tahun raja." Jawabku padanya. Raja semut hanya tersenyum, "Minta tolonglah pada binatang lain untuk mengeluarkanmu dari sana, karena dunia ini sangat indah, dan kau sebagai salah satu makhluk yang ada di dunia harus melihatnya." Ucapnya antusias, "Maafkan aku, Nuri. Aku tidak bisa membuka pintu itu, terlalu berat. Rakyatku bisa mati jika tertimpanya," sambung raja semut sedih, dan meninggalkanku.

*

Siang ini, seekor capung menghampiriku. "Hai," sapaku padanya. Bukannya menjawab dia malah bertanya padaku, "sudah berapa lama kau disana?" Tanyanya, aku hanya menundukkan wajahku dan menjawabnya. "Tujuh tahun. Apakah kau bisa membantuku?" Tanyaku kembali padanya.

Dia menjawab,"Maaf, aku tak bisa Nuri. Mungkin jika aku bersama teman-temanku aku bisa. Aku tersesat Nuri." Jawabnya sendu dan meninggalkanku.

*

Perutku rasanya lapar sekali, sudah dua hari aku tidak makan sejak aku bertemu capung. Apa pemilikku sengaja tidak memberiku makan? Persediaan makanan dan air di sangkarku sudah kuhabiskan semalam. Jika aku akan segera meninggal, aku ingin keluar dari sangkar ini dan terbang di langit dengan sayapku untuk yang terakhir kalinya.

Sepasang tupai menghampiriku, "Sudah tujuh tahun, bisakah kau carikan makanan untukku, aku lapar sekali?" Kataku padanya, aku tau kalau ia akan bertanya seperti raja semut dan capung. "Kami tidak bisa mencarikanmu makanan tapi, kami bisa mengeluarkanmu dari sana," kata tupai jantan, dan mereka membuka pintu sangkar, segera ku terbang keluar dari sangkar tersebut. "Terbanglah, carilah makananmu sendiri," kata tupai betina. Kuucapkan terima kasih dan terbang meninggalkan mereka.

Belum jauh aku terbang kulihat pemilikku datang menghampiri sangkar dengan makanan dan air. Rupanya makananku sudah habis, senang rasanya ia masih ingat padaku. Kupikir ia melupakkanku. Kukepakkan sayapku untuk terbang lebih tinggi lagi, tetapi penglihatanku buyar dan akhirnya terjatuh.

Samar-samar kulihat pemilikku menghampiriku dan menitikan air mata. "Maafkan aku, Nuri. Aku lupa memberimu makan. Karena terlalu asik dengan anjing baruku. Maafkan aku, Nuri." Ucap pemilikku, sedih aku mendengarnya. Ia melupakanku.

Tak apa jika aku mati, karena keinginanku sudah terpenuhi. Terbang bebas di langit dengan kedua sayapku sendiri. Sekarang waktuku sudah habis. Selamat tinggal, tuan

Become a RebelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang