"Loe kenapa, sih?"
"Loe yang kenapa, hah?
"Loe,"
"Loe,"
"Loe,"
"Loe,"
"Loe,"
"Stop! Kalian berisik banget sih," kataku ketus pada kedua teman yang duduk di depan bangkuku. Mereka menoleh padaku sekilas, lalu melanjutkan perdebatan yang menurutku tak penting. Aku menghela nafas lelah mendengar ocehan mereka, akhirnya aku memutuskan untuk kembali tenggelam dalam soal-soal matematika yang ada di depanku
"Ini punya gue, Aldo," seru Aldi seraya merebut sesuatu yang digenggam Aldo, kakak kembarnya.
"Enggak, ini punya gue."Bantah Aldo mempertahankan sesuatu yang digenggamnya.
"Punya gue,ih, punya loe kan udah habis," kata Aldi keukeuh, berusaha mengambil alih sesuatu itu.
"Ngaku-ngaku loe, ini punya gue. Lebih panjang, lebih besar, dan lebih tajam dari yang punya loe." Aldo bersikeras mempertahankan itu, sedangkan Aldi tak terima. Ia terus membantah dan menvoba merebut.
Aku bingung apa yang mereka perebutkan, "Mengapa ada kata panjang, besar, dan tajam?" pikirku
"Enggak, Aldo, jelas-jelas itu punya gue, masih 'disegel'. Loe jangan ngaku-ngaku," ujar Aldi membuatku semakin bingung dan terus menerka-nerka apa yang mereka perebutkan.
"Bukan, ini pu--"
"Stop! Sebenarnya kalian merebutkan apa, sih? Kenapa ada kata panjang, besar, dan tajam?"tanyaku menengahi perkelahian mereka. Keduanya saling pandang, lalu menatapku dengan cengiran lebar.
"Ehehehe, kita memperebutkan ... ini,"ujar keduanya seraya menunjukan penggaris yang ada di tangan kanan Aldo. Aku melongo melihat itu, lalu menatap mereka garang.
"Aldiiiii ... Aldooooo...."
"Awas kalian ya!!" teriakku pada mereka yang telah lari.
"Ampun, Ce, kabur ada macan ngamuk."Teriak Aldi dan Aldo seraya berlari menghindariku yang mulai mengejar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Rebel
Short StorySatu langkah untuk memasuki dunia Rebellion. Bacalah karya yang tercipta demi menjadi The Rebels.