Judul: Dreaded
By: Fadia_putri
Genre: HorrorKeadaan saat ini gelap gulita, suasana saat ini sepi dan di temani angin malam yang berhembus kencang, bunyi dedaunan kering terdengar saat beberapa sosok manusia yang melangkahkan kakinya dengan teratur.
Dengan cahaya sebuah senter jarak jauh, ketiga manusia itu berjalan mencari sebuah gubuk untuk tempat tinggal mereka satu malam ini.
Ke-tiga di antaranya terdapat dua pria dan satu wanita."Kenapa sampai sekarang kita belum menemukannya?" ucap Ariana, wanita yang memakai jaket cukup tebal dengan syal di lehernya dan sebuah tas ransel yang di kenakannya.
"Sabar Ar, kita pasti akan menemukannya," balas Robert tersenyum.
Ariana hanya menyunggingkan senyum tipis miliknya lalu kembali berjalan melanjutkan perjalanannya. Dero hanya diam sambil mengarahkan benda bercahaya yang ada di tangannya.
"Aku lelah Bert, Der, izinkan aku beristirahat sebentar disini," Ariana langsung melangkah pada pohon tua dan besar, ia duduk tepat pada akar timbul pohon tersebut. Kedua temannya hanya diam pasrah lalu ikut duduk di sebelahnya.
"Ini sudah jam 23.30 malam Ar, kita harus melanjutkan perjalanan ini sampai kita mendapatkan sebuah tempat, untuk kita huni selama satu malam, kalau kau masih lelah, naiklah ke pundakku, dengan begitu kau tidak akan kelelahan lagi bukan?" ucap Dero sambil memegang satu tangan Ariana.
Wanita itu berdiri lalu menaiki pundak Dero, kedua kakinya melingkar di tubuh Dero dan kepalanya tepat di bahu Dero, sungguh, Ariana sudah sangat lelah sedari tadi. Banyangkan saja, mereka mulai berjalan sejak tiga jam yang lalu hingga sekarang.
[.]
Jam sudah hampir menunjukkan pukul 23.50, dari kejauhan pandangan mata melalui bantuan cahaya yang ada, terlihat beberapa lampu kelap-kelip di sebuah rumah yang bisa di kategorikan besar.
"Bert, itu ada rumah, bagaimana kalau kita mampir ke sana saja?" ucap Dero dengan peluhnya.
"Kenapa tidak?" balasnya berjalan dengan cepat.
Tidak menghabiskan waktu yang lama, tampak Ariana tertidur pulas di bahu Dero, ke-tiganya sampai pada depan pintu yang sangat besar berwarna ke-emasan. Di depan pintu terdapat dua lelaki yang berbadan besar dan tegap serta memakai kostum Hitam dan warna ke-emasan sebagai peramainya.
Tidak ada larangan untuk memasuki rumah tersebut, kedua lelaki itu hanya menunduk ketika para tamu dengan berbagai kostum yang unik memasuki rumah.
Penghuni yang memakai bermacam-macam kostum itu, memiliki berbagai macam wajah yang sangat aneh, mulai dari wajah yang cantik hingga wajah yang buruk. Ruangan ini sangat elegan, meja-meja yang tersusun sangat rapih beserta hidangan-hidangan yang sangat asing dan aneh.
Dero menurunkan Ariana perlahan di atas kursi yang senada dengan ruangan tersebut. Sebagian para tamu ada yang mengobrol dan ada juga yang mencicipi hidangan. Merasa lelah, Dero mengambil segelas minuman yang telah di sediakan, begitu juga dengan Robert.
Tidak lama, tepat pukul 24.00 terdengar suara alarm berbunyi, tidak hanya sebentar, tetapi hingga lima menit. Suara tersebut membuat pendengaran Ariana terganggu hingga ia terbangun.
"Ada apa ini?" tanya Ariana bingung.
Semua penghuni ruangan tertawa seperti hantu yang berkeliaran, seketika semuanya berubah. Ruangan yang tadinya sangat mewah bak elegan telah berubah menjadi sebuah rumah kosong yang sangat kotor serta dinding yang beretakan. Tidak hanya ruangan, semua pengunjung dengan berbagai kostum hilang menyisahkan beberapa makhluk yang sedang melingkari ketiga sosok manusia sesungguhnya.
Makhluk tersebut tidak lagi makhluk yang cantik, tetapi makhluk tak kasat mata, dengan wajah yang tersayat dan berdarah serta mengeluarkan belatung-belatung. memakai sepercah kain yang sudah ternodai oleh darah, tanah, dan tidak mempunyai kaki bak terbang semata.
Dero dan juga Robert merasa tercekik, leher mereka terasa seperti di himpit oleh dinding, mereka ter-batuk lalu mengeluarkan banyak darah dan ulat dari dalam mulutnya, sepertinya ini akibat minuman yang sangat menggiurkan yang mereka minum tadi. Tubuh mereka terjatuh di hadapan Ariana. Ariana langsung menangis dan berlutut tepat pada tubuh kedua sahabatnya, air mata yang sangat berharga tumpah kembali saat ini, ia berteriak se-kencang mungkin sambil memukul kecil kedua pipi sahabatnya yang berlumuran darah.
"DEROOO!!! ROBERRTT!!!"Tampak di depan ruangan mahkluk yang sedang duduk sambil tertawa bahagia, dengan wajah yang rata dan sama sekali tidak memiliki penglihatan.
"Kalian masuk ke dalam perangkapku,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Rebel
Short StorySatu langkah untuk memasuki dunia Rebellion. Bacalah karya yang tercipta demi menjadi The Rebels.