Bab 6. Pendekar Han Ming dan Pendekar Han Ing

6.3K 108 3
                                    

BOEN CHING yang kehilangan pedangnya dalam hatinya merasa tidak gembira, ia juga tidak
mengetahui kini dirinya telah berada di mana, tanpa berpikir lagi dia terus jalan maju ke depan.

Entah sudah berjalan berapa waktu, tiba2 dihadapannya berdiri sikakek cebol tadi, dengan wajah yang ber-seri2 dia memperhatikan dirinya.

Boen ching yang nampak munculnya sikakek cebol itu, hatinya menjadi sangat gembira,

dengan cepat dia maju kedepan memberi hormat dan berkata.
"Cianpwee baik2 sajakah engkau? Pedang itu adalah pemberian suhuku, mohon cianpwee suka
mengembalikan kepadaku."

Si kakek cebol itu sambil tertawa berkata.
"Tetapi pedang ini aku dapatkan dengan jalan merebut dari tangan sikelabang merah itu,
bahkan kurang sedikit jiwaku melayang, bagai mana dapat diberikan kepadamu dengan begitu
mudah ?"

Boen ching menjadi tertegun, semula dia pikir orang tua ini tentu akan mengembalikan pedang itu kepadanya, siapa tahu sikakek cebol ini pun mempersulit dirinya, sambil tersenyum dipaksa ia membuka mulut dan berkata. "Cianpwee mungkin mempunyai syarat-syarat, boanpwe tentu akan mengerjakannya."

Si kakek cebol itu memandang sejenak padanya, kemudian tanyanya.
" Engkau sungguh2 tak mengenal aku orang tua?" 

Boen ching jadi melongo dibuatnya pikirnya:

"Aku belum pernah bertemu dengan kakek cebol ini, mengapa dia dapat berbicara demikian?
bagaikan dirinya seharusnya sudah mengenal padanya." 

Ia memandang pada kakek cebol itu dan menggeleng-gelengkan kepala. 

Si kakek cebol itu bertanya lagi.

"Apakah selamanya suhumu belum pernah memberitahukan kepadamu?"

Boen ching sekali lagi menggelengkan kepalanya, katanya: "Apakah cianpwee mengenal
suhuku?" si kakek, cebol itu menghela napas katanya.

"Suhumu adalah seorang yang sangat baik, hanya sayang dia terlalu mengalah pada mereka?"

Sambil berkata, dia mengembalikan pedang nya itu kepada Boen ching.

Boen ching menghormati suhunya bagai kan menghormati orang tuanya sendiri, mendengar perkataan itu segera ia berkata.

"Si kelabang merah, Shie chiau Nio itu ada hubungannya apa dengan suhuku? mengapa dia
selalu memaki suhuku sebagai perempuan hina?" 

Si kakek cebol itu dengan dingin mendengus jawabnya.

"Jika aku menjadi suhumu, sejak dulu aku telah membunuh semua orang itu," Dia berhenti
sejenak kemudian terusnya. " Karena suhumu tak memberitahukan kepadamu, aku juga tak enak untuk memberitahukan hal ini kepadamu, hanya akan kuberitahukan kepadamu siapakah
si kelabang merah, Shie chiau Nio itu, dia adalah adik kandung suhumu sendiri" 

Boen ching menjadi sangat terkejut setelah tenangkan pikirannya baru berkata.

"Adik kandung suhuku???"

Wajah si kelabang merah Shie chiau Nio segera terbayang kembali, memang alis dan mukanya seperti milik suhunya, tetapi jika si kelabang merah Shie chiau Nio itu adalah adik kandung sendiri, mengapa dia selalu memaki suhuku dengan perkataan yang demikian rendahnya? ini tak mungkin bisa terjadi.

Bagaimana juga dia berpikir tetap tak dapat mendapat jawaban yang tepat. Si kakek yang cebol
itu nampak Boen ching menjadi termangu- mangu, sambil tersenyum dia berkata.
"siapapun tidak percaya adik kandung semacam ini kalau tidak ada malah kebetulan," ia
menghela napas, kemudian lanjutnya, "hanya kasihan suhumu telah banyak menderita oleh
karena mereka itu."

Bentroknya Rimba Persilatan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang