Boen Ching melayangkan tubuhnya turun diatas perahu iblis itu, pada saat itu layar pada perahu itu baru dinaikan setengah bagian saja, ketika ia melirik nampak Ie Bok Tocu pun melayangkan tubuhnya keatas perahu itu.
Dengan secepat kilat ia menubruk ke arah tiang perahu itu, sedang bersamaan pula Ie Bok Tocu telah berhasil turun diatas perahu iblis tersebut.
Pada saat itu layar dari perahu iblis itu telah dinaikan penuh hingga sampai diatas, ketika tubuh Boen Ching mengenai tiang itu, tanpa terasa hatinya menjadi terkejut, tiang layar itu ternyata dibuat dari baja yang sangat keras.
Tangannya segera diulurkan mencabut kembali pedang Cing Hong Kiamnya, baru saja mau memotong layar itu, terdengar Ie Bok Tocu berteriak.
"Anak Ching, tahan !"
Boen Ching menjadi terkejut, segera ia menghentikan gerakannya, ketika menoleh meman dang, tampak perahu iblis itu ditengah sambaran hujan badai telah memisahkan dirinya dengan perahunya itu sangat jauh sekali, sedang perahunya pada saat ini tak dapat dilihat kembali.
Boen Ching menjadi tertegun dan ragu-ragu untuk sesaat, untuk mematahkan layar itu bagi nya adalah merupakan suatu pekerjaan yang sangat mudah sekali tetapi ditengah lautan yang demikian luasnya itu, apabila tak mempunyai layar bagaimana dapat pulang kembali ?? ditengah hujan badai ini sangat mudah sekali dapat menyebabkan dia kehilangan jejak dari perahu layar itu.
Dia telah berpikir sejenak, tubuhnya melayang turun kembali keatas perahu, apabila dapat mencari orang yang mengemudikan perahu itu, tak sukarlah baginya untuk memaksa perahu itu berlayar menuju kepulau Ie Bok To.
Ie Bok Tocu pun berpikir keras, setelah lewat beberapa saat baru ujarnya kepada Boen Ching.
"Kau berjalan dari sebelah kanan untuk memeriksa, tetapi kau haruslah berhati-hati, keadaan ditempat ini tak begitu paham, janganlah mendapat serangan yang meng-gelap dari pihak musuh."
Boen Ching menganggukkan kepalanya dan berjalan kearah kiri, pada saat itu hujan badai telah makin reda, sedang perahu iblis itu telah berputar setengah lingkaran, dengan perlahan menerjang dimana datangnya arah angin.
Boen Ching memandang kearah bentuk layer itu, terlihat dengan sangat perlahan sekali berputar terus, hal ini dapat membuktikan kepandaian yang sangat lihay dari orang yang mengemudikan perahu itu.
Dengan perlahan-laghan dia berjalain kesebelah kihri, diantara hujan yang turun tak tampak seorangpun juga, dia setelah berputar satu lingkaran dari perahu itu, tampak Ie Bok Tocu sambil mencekal pedang nya dengan perlahan berjalan mendekat.
Begitu dua orang itu begitu bertemu muka, bersama-sama pula menjadi tertegun, diatas perahu itu ternyata tak ada seorangpun, entah orang yang mengemudikan perahu itu pergi kemana.
Ie Bok Tocu setelah termenung sesaat, ujarnya kepada Boen Ching.
'Orang-orang dari perahu itu mungkin bersembunyi didalam ruangan dalam, marilah kita bersama-sama memasuki pintu ruangan itu.
Dengan perlahan Boen Ching mendorong pintunya.
Baru saja pintu ruangan itu membuka, wajah dua orang itu segera berubah hebat, dan melompat kebelakang, bau mayat yang sudah membusuk bertiup keluar dari dalam ruangan.
Sesudah lewat beberapa saat, bau yang tak enak itu baru berkurang, sekalipun dua orang itu telah mengetahui bahwa dengan keadaan yang demikian itu tak mungkin ada orang yang bersembunyi didalam ruangan itu, tetapi juga terus diperiksa.
Kedua orang itu berjalan memasuki ruangan itu, Boen Ching yang telah berhasil melatih ilmu melihat dalam kegelapan bagaikan ditempat terang saja, sekali pandang saja dia telah dapat melihat bahwa pada dasat ruangan itu penuh dengan tulang yang berwarna putih, pada setiap tulang lehernya terlihat sebuah rantai besi, ada yang dalam bentuk duduk atau berbaring, suasananya sangat menakutkan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bentroknya Rimba Persilatan - Khu Lung
Ficción GeneralNiatnya untuk berguru pada Thian Jan Su seorang tokoh sakti aneh dan tiada tandingannya mendadak sirna karena Thian Jan Shu meninggal akibat terkena pusaka Thian Liong Suo (Bor Naga Langit) ketika bertarung dengan Thian San Chiet Kiam (7 Jago Pedang...