Bab 42. Sambaran kilat menyadarkan diri

3.8K 67 3
                                    

Dia termenung berpikir keras dan tak mergucapkan sepatah katapun juga.

Mendadak terdengar pemuda berbaju putih itu berteriak.

"Susiok! kau tak usah mendengar segala perkataan yang diucapkan olehnya, dan apa perlunya beribut dengannya !"

Siang Yang Seng tidak memperdulikan diri pemuda berbaju putih itu, dia tersenyum kepada Boen Ching ujarnya.

"Selamanya berbicara aku tak pernah merubahnya kembali, apalagi untuk menggerakkannya".

Boen Ching mengerutkan alisnya, sepatah katapun tak diucapkan keluar.

Lie Hun Yu She, Siang Yang Seng tertawa lagi, ujarnya:

"Tak kukira kalau kau ternyata demikian sombongnya, ternyata tak mau mengaku kalah dihadapanku, ini hari akupun akan berlaku sedikit lapang dada untukmu, kau lihat hal itu adil tidak ?"

Boen Ching menarik napas panjang-panjang, dan termenung berpikir keras.

"Jika dilihat secara demikian, biarlah aku yang memikirkan suatu cara bagi dirimu ?"

Pemuda berbaju putih itu begitu mendengar suara ucapan dari Siang Yang Seng itu dimana tak mempunyai maksud untuk menyulitkan diri Boeh Ching, didalam hatinya tanpa terasa mulai merasa ragu-ragu sejenak kemudian, ujarnya kepada Siang Yang Seng.

"Susiok, kau. . . ."

Perkataannya belum sampai diucapkan ke luar, Siang Yang Seng telah menoleh meman-dang sekejap kearahnya, dia tampak sinar mata dari Siang Yang Sang yang demikian tajamnya, dengan cepat menelan kembali perkataannya yang baru saja diucapkan keluar itu, dan tak berani berkutik lagi.

Boen Ching yang mendengar suara ucapan dari Siang Yang Sang jauh lebih halus dan ramah, segera timbul suatu pikiran didalam hatinya yang tidak menginginkan Siang Yang Seng sampai terpikir suatu cara untuk dirinya, kalau demikian halnya pastilah dia tak mempunyai pegangan yang kuat untuk merebut kemenangan.

"Aku telah memikirkan suatu cara !"

Siang Yang Seng merasa sedikit diluar dugaan, setelah mengeluarkan suara tertahan tanyanya.

"Sungguh ? Coba kau ucapkan keluar !"

Sebenarnya Boen Ching tidak pernah memikirkan apa-apa, tetapi segera pikirannya berputar dan sahutnya

"Pada saat ink bukankah aku hendak pergi, tetapi cianpwee tidak mengijinkan diriku untuk pergi dari sini ?"

Siang Yang Seng ragu-ragu sejenak, dia tidak ingin terpancing kedalam jebakan oleh Boen Ching ini, setelah lewat beberapa saat lamanya, barulah sahutnya dengan nada yang sangat tawar.

"Boleh dibilang demikianlah !"

Boen Ching tersenyum, ujarnya lagi:

"Tetapi apakah cianpwee mengetahui aku kini hendak pergi kemana ? Apabila cianpwee mengetahui aku hendak kemana, maka aku akan tinggal ditempat ini, bagaimana ?"

Ujar Siang Yang Seng sambil tertawa besar.

"Dunia demikian lebarnya, bagaimana aku dapat menebaknya ?"

Sahut Boen Ching sambil tersenyum.

"Dunia sekalipun sangat lebar, tetapi tempat saja, bahkan pada saat ini aku berada di jalan raya, sudah tentu cianpwee mengetahui dan dapat menduga sebagian besar !"

Siang Yang Sang tertawa lagi, ujarnya:

"Aku tidak mengetahui kau hendak pergi kemana, tetapi aku mengetahui kau hendak pergi mencari siapa, aku berhasil menebaknya bagaimana?"

Bentroknya Rimba Persilatan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang