DIA BERJALAN mendekati Boen Ching, tampak Boen Ching tersenyum, ujarnya:
"Cuaca hampir fajar, kita beristirahat sebentar setelah lewat semalam lagi kita pun telah dapat keluar dari gurun pasir ini."
Lok Yang Hong mengangguk, dua orang itu mulailah duduk bersemedi mengatur pernapasan dibawah tumbuhan kaktus tersebut!
Tak lama kemudian, fajar pun menyingsing setelah mengatur pernapasan selama setengah malam Lok Yang Hong sedikitpun tidak bergerak.
Dia tahu bahwa Boen Ching tak mungkin akan mempercayai dirinya dengan begitu saja, oleh sebab itu lebih baik bagi dirinya untuk tidak bergerak.
Boen Ching meloncat bangkit terlebih dahulu, segera ia mengisi kantong airnya dengan air dari sumber tersebut.
Beberapa saat kemudian mataharipun telah mulai menyingsing, begitu sinar mata hari muncul, sumber air itupun mulai susut dan hilang, didalam sekejap saja diatas pasir hanya terlihat sisa dari air saja, kemudian diikuti pula bekas air itu lenyap.
Boen Ching tersenyum, ujarnya kepada diri Lok Yang Hong.
"Mari kita berangkat."
Lok Yang Hong pun tersenyum, dia tak dapat melihat air muka Boen Ching mengandung perasaan was-wasnya terhadap dirinya, dia percaya bahwa Boen Ching tentunya telah mengira dirinya telah takluk benar-benar.
Dengan menapak dia mengikuti terus di samping tubuh Boen Ching, dua orang itu sambil berjalan berbareng melanjutkan perjalanannya kearah depan.
Didalam satu harian penuh, Lok Yang hong telah menyusun rencana secara diam-diam, tak sering pula dia memandang tajam kearah Boen Ching, tampak dia sama-sekali tidak menaruh perasaan was-wasnya terhadap dirinya, tak terasa lagi dalam hatinya diam-diam merasa sangat girang.
Cuaca makin lama makin gelap, kedua orang itu memilih sebuah gundukan pasir yang agak besar untuk menghindarkan diri dari tiupan angin dan mulai tidur telentang.
Lok Yang Hong setelah merebahkan tubuhnya, dia tersenyum ujarnya kepada Boen Ching.
"Besok kita telah dapat keluar dari gurun pasir ini, ini hari kita dapat beristirahat dengan senyenyak-nyenyaknya'.
Sehabis berkata tidak menanti Boen Ching, memberikan jawabannya, dengan perlahan-lahan dia memejamkan matanya tidur.
Dalam hati Lok Yang Hong telah mengambil keputusan yang mantap, dia sendiri adalah seorang yang memiliki ilmu silat sudah tentu, sangat mudah sekali untuk menguasai perasaan dirinya. apabila dia tidak tidur, benar-benar atau berpura-pura tidur sejenak.
Bulan dengan perlahan-lahan munculkan dirinya ditengah udara, sekali lagi Lok Yang Hong membuka matanya.
Dibawah sorotan sinar rembulan tampak Boen Ching dengan membelakangi tubuhnya tertidur dengan sangat nyenyaknya. Lok Yang Hong sedikit pun tak bergerak, sepasang matanya dengan tajam memperhatikan diri Boen Ching, sejenak kemudian dengan perlahan menggulungkan tubuhnya mendekati tubuh Boen Ching sedang sepasang matanya dengan tajam memandang ke arahnya. Seseorang apabila terus tertidur dengan nyenyaknya, panca-indranya tentu kurang ketajamannya, demikian pula menghindarkan diri dari keadaan ini.
Tubuh Boen Ching tampak sedikit bergerak, sedikit pun dia tidak menampilkan perasaan curiganya.
Lok Yang Hong diam-diam mengehembuskan napas, dengan perlahan dia merebahkan tubuhnya, sepasang matanya dengan tajam memandang keatas angkasa.
Sejenak kemudian, tangannya dengan perlahan diulur dan siap mencabut pedangnya.
Sekonyong-konyong, dia merasa perasaan dalam hatinya sedikit tidak tenang, apabila dia mencabut keluar pedang tersebut dari sarungnya, tak dapat dihindarkan lagi tentunya agak terdengar suara gesekan benda logam yang mungkin akan mengejutkan Boen Ching yang sedang tidur dengan nyenyaknya, dia tidak menginginkan menempuh bahaya ini, bahkan tidak merasakan perlu untuk menempuh bahaya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bentroknya Rimba Persilatan - Khu Lung
قصص عامةNiatnya untuk berguru pada Thian Jan Su seorang tokoh sakti aneh dan tiada tandingannya mendadak sirna karena Thian Jan Shu meninggal akibat terkena pusaka Thian Liong Suo (Bor Naga Langit) ketika bertarung dengan Thian San Chiet Kiam (7 Jago Pedang...