Bab 12. Tujuh Tindak Pencabut Nyawa

5.1K 89 3
                                    

Boen ching menganggukkan kepalanya, pikirnya.
"Ini hari tidak mengikuti dia sudah tentu tidak mungkin, lebih baik aku ikut pergi lihat orang macam apakah Siauw Touwcu dari perkumpulan Elang Sakti ini, aku dengar Pangcu dari perkumpulan ini adalah Siauw Siang Kiam Khek atau si jago pedang dari daerah Siauw Siang, Bwee Hong. orang ini adalah seoraog yang jujur, bahkan kepandaiannya sangat tinggi dan menguasai tujuh puluh dua perkumpulan di sepanjang sungai Tiang kang. Siauw Touwcu itu tentu nya adalah puteranya, aku dengar Bwee Hong hanya berusia sekitar empat puluhan tahun, kiranya usia puteranya juga tidak akan lebih besar dari belasan tahun, tidak ada salahnya kalau aku pergi melihat-lihat." Ia segera menganggukkan kepalanya menyetujui.
—ooo00ooo---

BOEN CHING mengikuti Si Trenggiling api cah We menuju ketepi telaga Thay-ouw, dua orang itu baru saja sampai ditepi telaga, tampak sebuah perahu dengan sangat cepat datang mendekati mereka. cah We dan Boen ching segera naik keatas perahu itu. Setelah cah We memberi tanda pada orang-orang di perahu itu, perahu tersebut segera putar haluan dan berlayar menuju ke tengah telaga.
Boen ching memandang terpesona ke tengah telaga, selama sepuluh tahun ia dibesarkan dipulau Ie Bok To. tiap hari yang nampak hanyalah ombak yang besar, jika dibandingkan dengan telaga yang tenang seperti kaca ini sungguh sangat berbeda. cah We dengan tersenyum berkata kepada Boen ching:
"Kami dengar Boen Siaw hiap dibesarkan dipulau Ie Bok To dilautan Timur, entah benarkah berita itu ?"
Dengan tertawa jawab Boen ching. "Suhuku memang benar adalah Ie Bok Tocu dari lautan Timur"
cah We tertawa, setelah termenung sejenak. ujarnya:
"Siauw Toweu kami dengar katanya semangat dan kejantanan Boen Siawhiap sangat jarang yang dapat menandingi didalam Bulim, dia sangat kagum dengan Boen Siauwhiap. waktu ini yang berani melawan tujuh partai besar berbareng, kiranya hanyalah Boen Siauwhiap seorang"
Boen ching tertawa tawar dan tidak menjawab, sedang dalam hatinya diam2 membatin-
"Pengaruh dari tujuh partai besar sungguh tak dapat dipandang rendah, cah We ini kelihatannya tidak rendah di dalam perkumpulan Elang Sakti, ternyata juga masih mempunyai rasa jeri terhadap Tujuh Partai besar"
Sementara itu perahu tersebut masih melintasi diatas telaga yang tenang itu, tampak dari jauh sebuah perahu besar menghampiri mereka dengan perlahan-
Seorang pemuda yang sangat tampan wajahnya dan memakai pakaian berwarna abu-abu muncul diujung perah sambil memberi hormat kepada Boen ching, ujarnya.
"Tak tahu kalau Boen Heng datang berkunjung, sehingga aku tak menyambut dari jauh, harap suka dimaafkan"
Boen ching sambil tertawa membalas hormat, sahutnya.
"Aku kira saudara tentunya adalah Siaw Tocu, aku Boen ching ini hari dapat bertemu dengan saudara, sungguh merasa sangat beruntung."
Hwee cie Ling atau Trenggiling api, cah We segera meloncat keperahu besar itu disusul Boen ching dibelakangnya, sesampainya diatas perahu besar itu, cah We segera memberi hormat kepada pemuda itu sambil berkata.
"Ketua cabang dari perkumpulan Elang Sakti menunggu perintah selanjutnya dari Siauw Touwcu"
Pemuda itu sambil tersenyum ujarnya. "cah Touwcu itu silahkan beristirahat "
Boen ching setelah berada diatas perahu itu, segera dapat memandang dengan jelas wajah pemuda itu, dia memperhatikan pemuda itu sejenak. sedang dalam hatinya diam2 berpikir.
"Sungguh tampan pemuda ini, jika dia seorang gadis aku kira kecantikannya juga tidak kalah dari kecantikannya Siauw In sumoay" Berpikir sampai disitu dia menjadi tertawa sendiri, pikirnya lagi. "orang itu adalah seorang pria, mengapa aku harus memikirkan yang bukan-bukan" Terdengar pemuda itu sambil tersenyum memperkenalkan diri pada Boen ching, ujarnya.
"cayhe Bwee Giok, sungguh sangat bangga dapat mengundang Boen heng datang kemari, siauw-te telah lama mengagumi kejantanan dari Boen- heng, ini hari dapat bertemu muka dengan saudara membuat aku sangat puas" Boen ching sambil tertawa tanyanya.
"Bwee heng mengundang aku, entah ada urusan penting apa ?"
Sedang mata Bwee Giok memancarkan sinar tajam, sambil menunjuk ketengah telaga katanya lagi.
"Boen dibesarkan dilautan Timur, entah pandangan dilautan Timur jika dibandingkan dengan pandangan ditelaga ini mana yang lebih indah ?"
Boen ching nampak Bwee Giok menghindarkan diri tak mau mengatakan urusan yang sebenarnya, sambil tersenyum jawabnya.
"ombak dilautan Timur lebih besar dan lebih hebat daripada telaga ini" Bwee Giok menjadi tertawa, ujarnya.
"Apakah sungguh ? jika lain kali ada kesempatan tentu aku akan berpesiar ke lautan Timur, entah Boen hong mau membawaku tidak?"
"Bwee heng kalau sungguh datang kelautan Timur, Siauw te tentu akan berusaha melayani dengan sebaik mungkin" Jawab Boen ching.
Pada saat itu perahu telah membelok kearah gunung cun San dan berlayar maju dengan pesatnya.
Bwee Giok memandang terpesona pada telaga itu, sepertinya sedang memikirkan sesuatu urusan yang rumit, Boen ching yang berdiri berdekatan dengan dia juga tak mau banyak berbicara, kedua orang itu bersama-sama memandang ketengah telaga. Tak lama kemudian sampailah mereka dikaki gunung coen San-
Sambil tertawa ujar Bwee Giok.
"Jika Boen heng tidak menolak. silahkan bersama-sama Siaw te mengunjungi markas kami digunung cung san untuk membicara kan sesuatu hal."
Begitu dua orang itu turun dari perahu, ditepi pantai itu sudah ada orang yang datang menyambut, yang berdiri disamping depan adalah seorang kakek tua yang rambutnya telah beruban menjadi putih seluruhnya.
Bwee Giok setelah turun dari perahu segera memperkenalkan kepada Boen ching kakek tua itu, ujarnya. "Ini adalah kawan akrab ayahku, "Wu San Weu Pauw" atau Si macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw"
Boen ching ketika mendengar orang yang berdiri dihadapannya itu adalah si macan tutul dari gunung Wu San, diam-diam dia merasa sangat terkejut, pada waktu dulu pernah Tong Yun Siauw digunung Wu San dengan sepasang cakarnya telah membunuh mati "Wu San ciet Koay" atau tujuh manusia aneh dari gunung Wu-san sehingga namanya menggetarkan sungai telaga, kini ternyata dia adalah tamu terhormat dari perkumpulan Elang sakti, hal ini merupakan suatu hal yang tak diduga olehnya. Dengan cepat ia memberi hormat, sambil tersenyum ujarnya.
"Nama besar dari Tong cianpwee, boanpwee telah sejak dahulu mendengarnya, ini hari dapat bertemu dengan cianpwee sungguh membuat aku sangat gembira."
Wu san Wen pauw atau si Macau tutul dari gunung Wu san, Tong Yun siauw tertawa besar, sahutnya.
"Loote, tak usah sungkan2 pada saat ini orang-orang Bulim yang masih memuji aku selain Bwee Hong, dapat dihitung adalah kau."
Boen ching segera mengucapkan kata2 merendah, tiga orang itu kemudian bersama-sama memasuki ruangan tengah.
Pada ruangan itu telah disediakan sayur dan arak, Boen ching dipersilahkan menduduki tempat atas dengan Tong Yun siauw mengapit Bwee Giok di tengah.
Pada perjalanan tadi dia telah nampak sikap ramah tamah dari Bwee Giok membuat dalam hatinya diam2 memuji tingkah laku serta sikapnya yang sangat simpatik itu.
Setelah semua menduduki pada tempatnya masing2, Bwee Giok sambil tersenyum mengangkat cawan araknya ujarnya kepada Boen ching.
"Boen heng, ini hari kita berdua dapat bertemu muka, aku menghormati kau satu cawan"
Boen ching segera mengangkat cawannya, sekali teguk menghabiskan isinya, tetapi segera dia nampak sinar mata Tong Yun Siauw yang memandang pada Bwee Giok dengan sinar mata yang sangat mencurigakan.
Ketika ia memandang kearah Bwee Giok, tampak dia baru saja minum araknya satu tegukan, wajahnya telah berubah menjadi merah padam, agaknya dia tak tahan terhadap kekerasan arak itu. Sambil tertawa kata Tong Yun siauw.
"Keponakanku ini selamanya tak dapat minum arak, ini hari entah mengapa ternyata timbul keinginannya untuk minum
arak"
Dalam hati Boen ching diam-diam juga merasa curiga tetapi tak enak untuk di utarakannya.
Hwee cie Ling atau si Trenggiling api cah We segera bangun dan berkata pada Boen ching.
"Kami dengar kepandaian Boen siauw hiap sangat hebat, ini hari dapat bertemu muka, kami mengharapkan Boen siauw hiap mau mendemonstrasikan kepandaiannya kepada kami."
Ruangan itu segera menjadi ramai oleh sorakan para penonton dan menyetujui usul itu, Bwee Giok segera menoleh sambil tertawa, iapun berkata pada Boen ching dengan nada halus:
"Saudara2 itu semuanya sungguh tak tahu aturan, harap Boen heng jangan merasa tersinggung"
Boan ching segera bangun berdiri, sambil tersenyum sahutnya:
"chayhe Boen ching baru saja pertama kali berkelana didunia kangouw, saudara-saudara yang berada disini kebanyakan adalah cianpwee- cianpwee, aku mana berani memamerkan kejelekanku dihadapan saudara-saudara, tetapi cay Toauweu telah membuka mulut, aku Boen ching terpaksa turut perintah saja"
Dia tahu Bwee Giok ingin mencoba kepandaiannya, jika dia tak memamerkan sedikit kepandaiannya juga tak mungkin, sejak dia terjun kedalam dunia kangouw selamanya belum pernah menggunakan senjata rahasia, tetapi dia tahu jika membicarakan tentang senjata rahasia, Suhunya Ie Bok Tocu dapat dihitung sebagai nomor satu, waktu berlatih Ie Bok Kiam Hoat, banyak jurus yang harus menggantungkan kekuatan jari tangan, sehingga kalau dilihat, maka kehebatan menggunakan kekuatan jari dapat dihitung Ie Bok Tocu lah paling lihay.
Pada waktu itu Tan coe coen sangat sayang pada Shie Yun Ku tetapi Shie Yun Ku adalah seorang gadis sehingga sangat lemah, Tan coe coen tak dapat berbuat apa2, maka dia menurunkan kepandaian- kepandaian yang lihay kepadanya, diantara lima orang itu, Lweekang Shie Yun Ku adalah yang paling lemah, tetapi kelihayan dari jurus-jurus ilmu silatnya lebih tinggi dari empat orang suhengnya itu.
Hati Boen ching menjadi tergerak. teringat olehnya waktu beriatih pedang, didalam Ie Bok Kiam Hoat ada satu jurus yang bernama "Kiam Hwie Thian coan" atau pedang kembali langit berputar, jurus ini ia selalu tak dapat melatih nya dengan baik kini lweekangnya telah mendapatkan kemajuan, entah apakah dapat digunakan sesuka hatinya.
Tangannya segera mengambil sebuah cawan arak yang ada diatas meja dan disentilkan perlahan olehnya.
cawan arak itu bagaikan terkena ilmu hitam, meleset ketengah udara sambil berputar membuat lingkaran, kemudian mengitari diatas kepala Boan ching dan kembali lagi ketangannya, sedang arak yang berada didalam cawan arak itu setetespun tak ada yang tumpah keluar.
orang2 yang berada diruangan itu dibuat tertegun olehnya, sejenak kemudian menjadi ramai oleh sorakan riuh rendah dan tepukan tangan-
Boen ching juga tidak menyangka kalau kali ini ternyata ia berhasil menggunakan jurus tersebut dengan sempurna, segera ia bangun berdiri mengucapkan terima kasih, Bwee Giok juga tertawa ujarnya.
"Kepandaian Boen heng ternyata sangat tinggi sekali, aku kira didunia ini tak ada orang yang dapat menandinginya"
Si macan tulul dari gunung wu San, Ton Yun siauw pun diam2 memuji, kekuatan untuk melemparkan cawan itu semuanya tergantung pada kekuatan jari tengah dan jari telunjuk untuk melemparkan cawan itu kedua jarinya harus menggunakan tenaga yang keras kemudian lunak sehingga baru dapat membawa cawan itu berputar dan membuat lingkaran ditengah udara. Mengenai hal ini dia kira dirinyapun belum tentu dapat melakukannya dengan baik.
Tetapi ternyata pemuda dihadapannya itu dapat menggunakan dengan hebatnya, membuat dia memuji tak habis-habisnya.
Tiba-tiba seorang lelaki masuk kedalam ruangan itu dan berkata pada Bwee Giok.
"Lapor pada siauw Touwcu, ciangbunjin dari "chian cong Pay", Cie Koen Tie telah sampai ditepi telaga dan mohon bertemu dengan Siauw Touwcu" Bwee Giok mengerutkan alisnya, ujarnya. "Hantar dia datang kemari"
Si macan tutul dari gunung wu San, Tong Yun Siauw mendengus, ujarnya. "Ciangbunjin dari Thian Cong Pay ternyata juga dapat datang kemari" Boen ching juga mengerutkan alisnya, kemudian sambil tertawa katanya.
"Nama Chiet Poh Tui Hun Kiam atau Si jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa telah menggetarkan dunia kangouw, kali ini dia datang kemari tentulah adalah hendak mencari aku Boen Ching."
Mendengar perkataan itu, sambil tertawa ujar Bwee Giok.
"Boen heng tak usah khawstir, kini kau berada didalam markas perkumpulan Elang sakti, aku kira dia juga tak berani berbuat hal-hal yang keterlaluan terhadap kau" Tong Yun Siauw juga mengangkat bicara, ujarnya:
"Cie Koen Tie ternyata berani seorang diri datang kemari".
Ia berhenti sejenak dan memandang pada Boen ching, kemudian lanjutnya.
"Ini hari aku ingin melihat bagaimana kali kehebatan dari Tujuh tindak pencabut nyawa itu."
Boen ching berdiam diri, ia hanya tertawa tawar.
Tak lama Si Jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa telah sampai disana, dia memakai pakaian yang berwarna hijau muda, sedang pada punggungnya menyoren sebilah pedang, dibelakangnya mengikuti dua orang muridnya dan berjalan memasuki ruangan itu.
Bwee Giok tetap duduk ditempat tak bergerak. Cie Koen Tie kelihatannya sangat tidak puas atas sikap dan kelakuan Bwee Giok itu, dengan perlahan dia mendengus, kemudian katanya.
"Yang ini apalah benar adalah putri Bwee Hong, Bwee Giok" Mendengar hal itu Boen Ching menjadi sangat terkejut, pikirnya.
"Kiranya Bwee Giok ini adalah seorang gadis makanya aku selalu merasa sikapnya terlalu lemah lembut, kiranya ia adalah seorang gadis yang menyamar"
Terpikir lagi olehnya bahwa dirinya kini duduk demikian dekatnya dengan dia, malah terasa sedikit tak enak.
Bwee Giok nampak Cie Koen Tie menyebut nama ayahnya dengan seenaknya bahkan memecahkan rahasia penyamarannya, dalam hatinya menjadi merasa tak senang, tetapi dia sejak kecil telah mendapat didikan yang keras dari ayahnya, sehinga kemantapannya melebihi dari orang lelaki biasa, mendengar perkataan itu dengan perlahan ia bangun berdiri sambil berkata:
"Yang datang apakah benar adalah ketua Thiam Cong Pay SiJago pedang tujuh tindak pencabut nyawa. Cie Koen Tie, Cie Thay- hiap?" Cie Koen Tie tertawa ter- bahak2, sahutnya:
"Setelah berpisah selama sepuluh tahun ternyata Bwee Loote mendapatkan seorang gadis yang demikian baiknya, aku kira dia tentu akan merasa sangat puas."
Bwee Giok masih dapat menahan amarahnya tetapi si macan tutul dari gunung Wu San mana dapat menahan amarahnya, melihat sikap congkak dari Cie Koen Tie itu sambil tertawa tergelak- gelak. katanya.
"Aku tidak bertemu dengan Liong wong Yun selama tiga puluh tahun ternyata dia dapat mempunyai seorang murid yang demikian baiknya."
Mendengar perkataan itu wajah Cie Koen Tie segera berubah. Liong Wong Yun adalah nama suhunya, ternyata orang ini dihadapannya berani menyebut nama suhunya dengan seenaknya, apalagi kini dia menjabat sebagai Ciangbunjin dari Thiam Cong Pay, dengan usia orang ini paling tidak juga lebih besar sepuluh tahun dari dirinya, ternyata berani omong besar.
Dengan dingin dia bertanya kepada Bwee- Giok. "Siapakah orang yang baru berbicara ini?"
Tong Yun Siauw tertawa besar, tangannya menyambar cawan arak diatas meja dan segera diremasnya sehingga menjadi hancur berkeping-keping, begitu tangannya diayunkan, tiang besar yang terdapat didalam ruangan- itu segera tertembus oleh pecahan cawan arak. itu dua membentuk cakar macan tutul.
Boen ching menjadi sangat terkejut, si Macan tutul dari gunung wu Sau ini ternyata bukanlah nama kosong saja, kehebatan lweekang nya mungkin dapat melampaui lweekang dari Shie Siauw In-
Tampak hal ini wajah ciangbunjin dari Thiam cong Pay, cie Koen Tie segera berobah hebat, sambil tertawa besar katanya.
"Kiranya adalah si Macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw"
Sambil tertawa kakinya yang menginjak di atas ubin itu mengeluarkan suara yang gemuruh.
Wajah Tong Yun Siauw pun berubah, ternyata selama sepuluh tahun menutup pintu, kekuatan Lweekang ciangbunjin dari Thiam cong pay ini ternyata mendapatkan kemajuan yang sangat pesatnya, jika dilihat dari ilmu "Siauw khi cing Yuen atau dengan tertawa meretakkan ubin yang baru saja dipamerkan itu, dapat dilihat kekuatan Lweekang nya tidak berada dibawah dirinya.
Tetapi cie Koen Tiepun tak berani memandang ringan pada Tong Yun Siauw, diantara dua orang itu yang seorang adalah manusia aneh dari pegunungan dan yang seorang lagi adalah ciangbunjin dari Thiam cong pay, sekali saja mereka masing-masing mencoba kekuatan pihak lawan, siapapun tak ada lagi yang berani mulai lagi. Terdengar Bwee Giok membuka mulut bertanya kepada cie Koen Tie.
"cie Thayhiap ini hari datang kemari entah ada urusan apa?" Mata cie Koen Tie beralih memandang pada Boen ching, lalu ujarnya.
"Aku dengar sekarang Boen ching berada dalam perkumpulan saudara, Tujuh partai besar telah mengambil keputusan untuk mengadakan pertemuan diloteng "oei Hok Lo" untuk merundingkan cara pemberesan urusan Boen Ching ini, jika kini berada di dalam perkumpulan saudara, kami harap kau mau menyerahkan kepadaku untuk aku bawa pulang kegunung."
Bwee Giok tertawa tawar, matanya menyapu pada orang2 yang berada dalam ruangan, serunya:
"Boen Ching adalah sekarang tamu terhormat dari perkumpulan Elang Sakti kami, jika Cie Koen Thayhiap ingin minta orang itu, aku kira hal ini sangat sukar untuk dilaksanakan"
Mendengar perkataan Bwee Giok itu, wajah Cie Koen Tie berubah menjadi sangat dingin, sahutnya.
"Urusan ini adalah urusan kami tujuh partai besar, dan menyangkut hubungan yang sangat erat atas mati hidupnya orang-orang didalam Bulim."
Boen Ching segera bangun berdiri, dia tidak menginginkan karena urusannya sehingga menyebabkan perkumpulan Elang Sakti ini berselisih dengan enam partai besar, katanya kemudian kepada Cie Koen Tie.
"Cie Koen Tie, engkau bicara janganlah seenaknya, aku baru saja pulang dari Siauw limsie, Hay Goat thaysu telah menceriterakan seluruh urusan itu kepadaku."
Sambil berkata dia mengeluarkan tanda pengenal dari batu giok putih hadiah dari Hay Gwat thaysu itu, kemudian lanjutnya.
"Diantara tujuh partai besar masih ada partai yang mana
lagi?"
Wajah cie Koen tie segera berubah sahutnya. "Kiranya engkau yang bernama Boen ching"
Boen ching tertawa tawar, ujarnya.
"Setelah berpisah selama sepuluh tahun, akhirnya aku juga tidak jadi mati, pemberian hadiah mu berupa sekali pukulan itu selamanya aku tak dapat melupakan-"
cie Koen tie palingkan kepalanya dan memberi perintah kepada dua orang yang berdiri di belakangnya.
"Tangkap pemuda itu" Bwee Giok dengan dinginnya menggertak.
"Sebentar Didalam pusat perkumpulan Elang Sakti ditelaga Thay ouw ini tidak mengijinkan engkau untuk berbuat seenaknya."
cie Koen tie dongakkan kepalanya, tampak wajah Bwee Giok berubah menjadi sangat dingin dan menakutkan, tanpa terasa hatinya menjadi terperanjat, pengaruh perkumpulan Elang Sakti meliputi dua belah tepian sepanjang sungai Tiang Kang, jika sampai dirinya bentrok dengan mereka, agaknya juga tidak akan sanggup untuk melawan mereka itu.
Hwee cie Ling atau si Trenggiling api cah We pun telah bangun dan berdiri, dia adalah kepala cabang dari perkumpulan Elang Sakti, kepandaiannya tak dapat dipandang rendah dan menunggu begitu Bwee Giok membuka mulut memberi perintah, segera akan turun tangan-
cie Koen Tie mendengus, ujarnya kepada Bwee Giok. "Jika
ayahmu ada "
Tak menanti dia selesai berbicara, potong Bwee Giok dengan dingin.
"Sekalipun ayahku berada dirumahpun tidak mungkin akan mengijinkan engkau untuk membawa pergi Boen Ching dari
sini."
Tampak hal ini, sambil tertawa Boen Ching berkata pada Bwee Giok.
"Bwee heng, dia telah datang kemari, aku pikir akan men-coba2 minta pelajaran dari jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa yang berasal dari Thiam Cong Pay ini, apakah benar2 lihay seperti yang disiarkan didunia kangouw ataukah hanya nama kosong belaka." Bwee Giok tersenyum, ujarnya.
"Boen heng kalau mempunyai niat untuk main-main dengannya, silahkanlah "
Bwee Giok tahu kalau kepandaian Boen Ching sangat tinggi sukar diukur, dua orang murid dari Cie Koen Tie itu tentunya bukan lawannya apalagi si Macan tutul dari gunung Wu San si Trenggiling api dan lain2nya disana semuanya tak takut kalau Cie Koen Tie sampai berhasil menurunkan tangan jahat
terhadapnya.
Boen Ching menyapu dua orang pemuda itu, tubuhnya berkebat dan berdiri ditengah kalangan-
Cie Koen Tie nampak gerakan Boen ching yang demikian enteng dan gesitnya itu, mengetahui kalau dua orang muridnya itu tentu tak dapat melawannya, tetapi meskipun demikian apakah hams dia sebagai seorang ciangbunjin dari satu partai besar turun tangan sendiri. Dua orang murid dari Cie Koen Tie itu mencabut keluar pedang mereka dari sarungnya, satu dikanan dan satu dikiri mengerubuti Boen Ching seorang.
Meskipun pedang Boen Ching berada di pinggangnya, tetapi ia tidak mau mencabutnya, dua orang pemuda itu berpaling memandang pada cie Koen Tie, tampak wajahnya tidak memperlihatkan perubahan apa-apa, dua orang pemuda itu segera mengangkat pedangnya dan menyerbu kearah Boen ching.
Thiam cong Kiam Hoat juga sangat terkenal akan kelihayannya didunia Kangouw, kini dua orang pemuda itu bersama-sama mengerubuti Boen ching seorang diri, sudah tentu bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan itu, tetapi didalam hati Boen ching telah mempunyai perhitungan yang masak. dan akan menggunakan ginkangnya yang lihay itu untuk menghadapi dua orang pemuda itu.
Tubuh Boen ching berkelebat menghindar kesamping, lima jarinya mencengkeram tubuh pedang dari pemuda disebelah kirinya dan ditarik kearah pemuda yang lainnya, dua belah pedang itu segera bertemu dan membuat mereka masing-masing mundur setindak ke belakang.
Boen ching segera kembali ketempat asalnya dengan dingin ia memandang dua orang pemuda itu.
cie Koen Tie menjadi sangat terkejut, dalam hatinya diam-diam berpikir.
"Dua orang muridku ini ternyata demikian kacaunya, sehingga hanya satu gebrakan saja Boen ching telah menduduki diatas angin"
Dua orang pemuda itu membentak lagi dan ber-sama2 menyerang tubuh Boen ching dengan hebat.
Boen ching dalam satu gebrakan saja telah mengetahui kalau pengalaman dua orang pemuda ini dalam menghadapi musuh sangat Cetek.
Tubuh Boen ching segera mendekat mendesak pada dua orang itu.. dua belah pedang segera ditusuk kearahnya, cepat ia mengerahkan ilmu "Hui Sie Yun Seh" pada saat yang sangat kritis ini ia menghindari tusukan dua bilah pedang itu dan balikkan tubuh melancarkan tendangan, dua bilah pedang Itu segera tertendang lepas.
Dalam ruangan itu segera terdengar sorak sorai yang sangat ramai, wajah Cie Koen Tie berobah menjadi membesi dengan suara dingin ujarnya. "Sungguh suatu ilmu silat yang sangat tinggi."
Boen Ching memangnya mempunyai niat untuk bergebrak dengannya. mendengar perkataan ini, ia tertawa tawar ujarnya.
"Ilmu silatku bila tidak dapat dihitung tinggi, hanyalah dua orang murid Thiam Cong pay ini tak terpandang sebelah matapun olehku"
Cie Koen Tie dengan gusar mendengus, ia ingin turun tangan sendiri, tetapi teringat dirinya sebagai seorang angkatan tua dari satu partai besar, mana dapat berbuat demikian, maka dengan dingin sahutnya. .
"Tentu pada suatu hari engkaupun akan tak terpandang sebelah matapun oleh mereka itu." Boen Ching tersenyum jumawa, ujarnya.
"sekalipun engkau, aku juga tak memandang sebelah matapun"
Sebenarnya Cie Koen Tie sudah akan pergi, tetapi kini mana dia dapat pergi lagi, Boen Ching berkata demikian bukanlah dengan terang-terangan menantang dia untuk
bergebrak?
Sekalipun si macan tutul dari gunung Wu-San juga merasa bahwa perkataan Boen Ching ini keterialuan, dia tahu kepandaian Boen Ching meskipun baik, tetapi hanyalah dikarenakan gerakannya saja yang gesit, tetapi dalam hal lweekang masih tertinggal jauh dari dia.
cie Koen Tie dengan tertawa panjang ujarnya:
"Dalam sepuluh tahun ini aku cie Koen Tie belum pernah mendengar perkataan yang semacam ini."
"Tetapi ini hari ternyata aku telah berbicara demikian terhadapmu. "Jawab Boen ching dengan tawar.
cie Koen Tie dengan gusar mendengus, selama sepuluh tahun ia bersemedi menghadap dinding, telapak tangan peninggalan Thian Jan Shu, yang terdapat pada hioloo kuno itu meskipun dia belum dapat mempelajari seluruhnya, tetapi pikir nya tentu adalah suatu rangkaian ciang Hoat.
segera ia dengan menggunakan satu tangannya menekan kearah Boen ching.
Pukulan ini adalah hasil dari jeri payahnya selama sepuluh tahun menyelidiki ilmu silat yang tertera pada hiolo kuno itu.
Boen ching tampak pukulan yang dilancarkan cie Koen Tie ini sangat aneh sekali, ternyata pukulan itu telah menutup seluruh jalannya untuk melancarkan pukulan, ia menjadi bingung harus dengan menggunakan cara apa untuk mematahkan serangan itu. Tubuhnya segera bergerak mundur kebelakang.
cie Koen Tie yang telah dibuat gusar oleh Boen ching pukulan ini mana dia mau tarik kembali, tubuhnyapun maju mengejar serangannya tidak berubah selalu ditujukan kedada Boen ching.
Boen Ching nampak setiap kali mau berkelit atau menghindar selalu tak berhasil, hatinya menjadi tertegun, segera ia melancarkan tiga kali serangan dengan menggunakan ilmu "Thay Thien Kioe Sih".
Cie Koen Tie menjadi terkejut, ia tak sempat menarik kembali pukulannya, Boen Ching telah digentarkan oleh pukulan Cie Koen Tie ini hingga setengah tubuhnya menjadi kaku sedang Cie Koen Tie sendiri terlempar sejauh tiga kaki lebih oleh ilmu "Thay thien Kioe sih" dari Boen Ching ini.

Bentroknya Rimba Persilatan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang