Bab 40. Ilmu pedang dari partai Mie Cong Bun

3.3K 70 0
                                    

BOEN CHING mundur dua langkah kebelakang, dari atas bangau raksasa itu tampak melayang turun seorang kakek tua yang memakai jubah berwarna kuning.

Wajah dari kakek tua berjubah kuning itu sangat bersih dan segar, sepasang matanya memancarkan sinar pembunuhan yang hebat, jika dilihat sepintas lalu agaknya umurnya baru empat puluh tahunan, segulung jenggotnya yang berwarna hitam terurai memanjang sepanjang dadanya.

Boen Ching menarik napasnya panjang-panjang, dia tahu bahwa dirinya hari ini menemui kesulitan kembali, kedua anak kecil itupun telah mengejar dirinya kembali, dan berkelebat berdiri disamping kakek berjubah kuning itu.

Tampak kakek tua berjubah kuning itu dengan sangat dingin sekali memandang wajah Boen Ching, kemudian tanyanya kepada kedua orang anak kecil tersebut.

"Orang inikah ?"

Kedua orang anak kecil itu menganggukkan kepalanya.

Si kakek tua berjubah kuning itu dengan dingin mendengus, tubuhnya dengan cepat berkelebat kedepan, lima jari ditangan kanannya diubah menjadi serangan cakar, mencengkeram bahu dari Boen Ching.

Dalam hati Boen Ching merasa sangat terkejut sekali, gerakan tubuh dari kakek tua berjubah kuning itu ternyata membawa desiran angin yang demikian hebatnya, hal ini membuktikan kalau dia telah berhasil memiliki tenaga khiekang yang sangat sempurna sekali, serangan dengan mencengkeram itu tak dapat dipandang ringan dan dihindari dengan berayal lagi.

Tubuhnya dengan cepat mengundurkan dirinya kebelakang, baru saja bersiap hendak berbicara, siapa tahu si kakek tua berjubah kunding itu gerakannya jauh lebih cepat dari dirinya, terdengar dengan dingin dia mendengus, ujarnya.

"Kau ingin melarikan diri ?"

Suaranya baru saja keluar dari mulutnya tampak segulung bayangan kuning dengan diikuti dengan sambaran angin yang sangat santar sekali berkelebat datang menyambar tubuhnya.

Boen Ching menjadi sangat terkejut sekali, dia tampak serangan tersebut demikian hebatnya, kemungkinan sekali sukar untuk menghindarkan dirinya, terpaksa dia mengerahkan tenaga khiekang 'Chiet Kong Kang Khie'nya untuk melindungi tubuhnya bersamaan waktunya pula mengerahkan jurus 'Thie Cian Ie San' atau dengan pundak memindahkan gunung dari ilmu 'Thay Thien Kioe Sih'.

Tetapi pada saat pundaknya digetarkan itu dalam hatinya merasa agak terkejut, tubuh dari kakek tua berjubah kuning itu ternyata demikian beratnya, gerakan untuk membanting ini ternyata sedikitpun tidak berhasil mengggerakkan tubuh dari kakek tua berjubah kuning barang sedikitpun juga.

Dalam hati si kakek tua berjubah kuning itupun sedikit merasa terperanjat, lima jari tangan kanannya baru saja mencengkeram bahu dari Boen Ching ternyata segera terpental kembali.

Didalam hatinya merasa bertambah gusar lagi, dengan dingin dia mendengus, tangan kanannya dilancarkan keluar kembali mencengkeram diri Boen Ching.

Boen Ching baru saja berhasil menghindarkan diri dari cengkeraman tersebut, mendadak tampak bayangan dari cakar lawan berubah menjadi berpuluh-puluh banyaknya, dan bersama-sama mencengkeram kearahnya, suatu perasaan sangat terperanjat sekali muncul dari dalam lubuk hatinya, tubuhnya dengan cepat menghindarkan dirinya kebelakang, sepasang kakinya dilancarkan kedepan menyerang tubuh dari kakek tua berjubah kuning tersebut.

Pada saat tubuhnya menghindarkan dirinya kebelakang itu, pedang Cing Hong Kiamnya bersamaan waktunya pula dilancarkan keluar, menghalangi serangan yang dilancarkan oleh si kakek tua berjubah kuning itu.

Si kakek tua berbaju kuning itu sekali lagi melancarkan serangannya kedepan, tetapi tetap terhalang kembali, dia sebenarnya bersiap mendesak kembali menyerang tubuh Boen Ching, tetapi mendadak hatinya menjadi tergerak, bagaikan didalam hatinya telah memikirkan tentang sesuatu hal tubuhnya dengan cepat mengundurkan dirinya kebelakang.

Bentroknya Rimba Persilatan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang