Bab 30. Pertemuan para jago sekali lagi

5.5K 73 0
                                    

BOEN CHING nampak keadaan yang tidak menguntungkan bagi dirinya, dari dalam permukaan air, pedang Cing Hong Kiamnya digetarkan dan ditotokan kearah laba-laba raksasa itu.

Laba-laba raksasa itu segera menarik kembali enam kakinya, dan berhenti sejenak ketengah udara kemudian menyemburkan seratnya dan mengikat kearah pedang Cing hong Kiam yang menyerang tubuhnya itu, Boen Ching dengan dingin mendengus, dalam hatinya berpikir.

Kau kira pedang Cing hong Kiam ini adalah senjata tajam yang biasa saja?? bagaimana dapat dengan demikian mudah kau jerat?"

Begitu serat dari laba-laba berhenti, pedang Cing hong Kiam ditangan Boen Ching segera disoncek keatas dan membabat putus serat tersebut, dengan meminjam kekuatan dari sontekan itu, tubuhuya mundur kebelakang, dan turun diatas tubuh sebuah bunga merah berwarna merah darah.

Laba2 raksasa itu nampak serat yang disemburkan keluar itu patah seluruhnya, keenam kakinya segera ditarik kembali dan dengan cepat pindah keatas bunga merah darah lainnya.

Boen Ching nampak laba-laba raksasa itu demikian gesitnya, dalam hatinya diam2 sangat merasa terkejut, pedang Cing-hong Kiam ditangan kanannya berputar setengah lingkaran ditengah udara dan siap disabet kan keatas tubuh laba-laba itu.

Ikan yang mengejar datang itu tampak Boen Ching berdiri diatas bunga, dia berputar terus menerus disekitar tempat itu, dan menerjang kearah Boen Ching.

Didalam hati Boen Ching merasa sangat gusar sekali, ujarnya. "Kau sebenarnya orang macam apakah, dirinya sendiri tak berani munculkan dirinya, ternyata hanya menggunakan binatang2 untuk menghadapi diriku."

Dengan menahan rasa gusar, dia menarik napas panjang-panjang, tubuhnya meloncat ketengah udara, pada saat pedangnya disabet kan ikan hiu raksasa itu telah terbabat menjadi dua bagian.

Boen Ching tanpa mengganti jurus lagi, pedang Cing Hong Kiamnya disontek keatas, terlihat bintik-bintik air telaga memancar kesamping dan menutul kearah laba2 raksasa itu.

Keenam kaki laba-laba raksasa itu segera dikembangkan dan melompat pindah kebunga merah darah lainnya.

Mendadak Boen Ching teringat pada saat laba-laba raksasa itu tadi munculkan dirinya pernah berputar tak henti2nya diatas lima buah bunga merah darah itu, ketika dia mengalihkan pandangannya melihat, tampak ditempat laba2 raksasa itu lewat terdapatlah sebuah serat laba yang mengitari serat tersebut.

Didalam hatinya dia merasa terperanjat, bentuk dari serat yang dibuat oleh laba2 raksasa itu membuktikan kalau dia hendak menggunakan serat yang dikeluarkan itu untuk menjaring dirinya.

Didalam hati Boen Ching segera mengambil keputusan untuk gerakan selanjutnya, tubuhnya belum turun kebawah pedang Cing Hong Kiam nya dari tangan kanannya segera dipindahkan ke tangan kirinya.

Pada saat gerakan dan jurus pedang itu berubah segera terdengarnya suara menyam-barnya angin dan petir yang menyambar memekikkan telinga, ternyata dia melancar kan ilmu pedang yang ampuh "Hong Loei Chiet Kiam".

Didalam sekejap mata saja hawa pedang memenuhi sekeliling ruangan tersebut dan mendesak kearah laba- laba raksasa itu.

Laba2 raksasa itu segera dengan mengikuti serat labanya dengan sangat cepat sekali menghindarkan dirinya, Boen Ching bersamaan waktunyapun segera mengerah kan ilmu meringankan tubuhnya yang telah mencapai kesempurnaan itu, tubuhnya tidak turun ke tanah lagi, pedang Cing Hong Kiamnya dengan membawah sinar pedang yang kehijau-hijauan, mengejar dan melancar kan kearah laba-laba raksasa tersebut.

Ditempat yang tersambar oleh sinar pedang tampak bayangan merah beterbangan ke sekeliling tempat itu dan tersebar jatuh ke atas air telaga.

Boen Ching sambil mengangkat pedangnya melakukan pengejaran, mendadak laba2 raksasa its berputar kesebelah kiri dan kemudian berputar lagi ke sebelah kanan untuk melarikan dirinya, Boen Ching nampak dia tak berhasil mengejarnya, didalam hatinya merasa sangat gusar sekali, segera dia tarik napas panjang2 dan bersuit nyaring, tubuhnya melompat setinggi tiga kaki lebih, gerakan pedangnya sekali lagi melancarkan serangan hebat.

Bentroknya Rimba Persilatan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang