MUSIM GUGUR telah tiba, angin bertiup dengan sepoi2, diluar kota Un Jen dengan sangat perlahan berjalan mendatang seorang pemuda berbaju hijau, pada pinggang pemuda itu tersoren sebilah pedang panjang, sedang wajahnya sangat muram sekali.
Dialah Boen Ching yang baru lolos dari kurungan Hiat Kong To.
Boen Ching setelah memahami ilmu Khiekang "Ciet Kong Kang Khie" yang ditinggalkan oleh Thian Jan Shu itu, segera meloloskan dirinya dari kurungan, tetapi diatas pulau Hiat Koang To itu sunyi senyap tak tampak seorangpun. Tiga iblis dari pulau Hiat Koang To itupun entah telah pergi kemana, terpaksa dia hanya balik kedaratan Tionggoan.
Ilmu Khiekang "Ciet Kong Kang Khie" membuat separuh tubuh bawahnya yang kaku itu menjadi sembuh kembali, tetapi sepuluh jari tangannya tetap tak dapat digunakan, ilmu pedang dan ilmu pukulan yang dikuasainyapun tak dapat dikerahkan pula, sekalipun dia telah mempunyai kepan-daian silat yang tinggipun tak ada gunanya.
Boen Ching mendongakkan kepalanya memandang pintu dari kota itu, dan berjalan masuk melalui pintu kota.
Sejak dia masuk kembali kedaratan Tionggoan, bukan saja belum pernah bertemu dengan suhu serta kawan2 nya, sekalipun Ie Bok Tocu sekalianpun telah hilang lenyap tak ada bekasnya, dia tidak mengetahui sampai saat ini didalam Bulim telah terjadi peristiwa apa saja, yang paling dikuatirkan adalah keselamatan dari Bwee Giok yang kini entah telah pergi kemana, dan entah masih hidup atau sudah mati.
Baru saja berjalian memasuki pinhtu kota, sebuah kereta kuda dengan cepatnya mener-jang datang, tampak tirai dari kereta-kuda itu bergoyang, hatinya mendadak menjadi terkejut sekali.
Orang yang duduk didalam kereta kuda itu ternyata adalah Bwee Giok yang diimpikan siang malam.
Dia baru saja akan menggerakatt kakinya untuk lari mengejar, mendadak dari belakang tubuhnya terasa angin tajam menyambar datang, Boen Ching segera miringkan tubuh nya, sebuah bayangan yang kurus kecil menerjang datang, Boen Ching segera dapat melihat dengan jelas bahwa orang itu ternyata adalah seorang anak kecil yang berusia kurang lebih sebelas dua belas tahunan, pada saat anak kecil itu menerjang kearah Boen Ching itu, tangan kanannya mendadak menyambar kearah pinggangnya.
Boen Ching mengerutkan sepasang alisnya, tubuhnya maju kedepan dan berkelebat pergi.
Anak kecil itu agaknya sangat terkejut sekali, dan mendongakkan kepalanya memandang sekejap kearah Boen Ching, pada saat dia mendongakkan kepalanya itulah Boen Ching dapat melihat bahwa wajah dari anak kecil itu sangat tampan sekali, jika dilihat dari sepasang matanya agaknya dia adalah anak seorang murid yang ternama.
Tetapi disaat ini mana dia mempunyai niat untuk memandang tentang hal itu, ketika dia mendongakkan kepalanya memandang ke arah kereta kuda itu, tampak kereta tersebut telah berada sejauh beberapa puluh kaki dari dirinya, dalam hatinya segera timbul kera-guan, entah dirinya telah benar melihat atau tidak, bila memangnya tidak salah melihat juga bingung, haruskah dia mengejar kesana, bagaimana kalau bukan diri Bwee Giok.
Anak kecil itu memandang sejenak kearah Boen Ching, entah bagaimana baiknya Boen Ching dengan seenaknya ternyata telah berhasil menghindarkan diri dari tangannya sungguh sangat aneh sekali, lebih aneh lagi Boen Ching agaknya terhadap perbuatannya itu sebaliknya hanya memperhatikan kereta kuda dihadapanvya agaknya sedang memikir kan sesuatu.
Anak kecil itu memandang sekejap kearah Boen Ching, didalam hatinya diam2 pikirnya, kemungkinan sekali secara tidak sengaja dia berhasil menghindarkan diri, kalau tidak tak mungkin dapat menjadi demikian.
Boen Ching setewlah memandang kyearah kereta kuxda itu, dengan perlahan dia menundukkan kepala dan berpikir dengan keras.
Sepasang mata dari anak kecil itu berputar kepada Boen Ching, ujarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bentroknya Rimba Persilatan - Khu Lung
General FictionNiatnya untuk berguru pada Thian Jan Su seorang tokoh sakti aneh dan tiada tandingannya mendadak sirna karena Thian Jan Shu meninggal akibat terkena pusaka Thian Liong Suo (Bor Naga Langit) ketika bertarung dengan Thian San Chiet Kiam (7 Jago Pedang...