Bab 45. Saling berkejaran

3.4K 69 2
                                    

MENANG kalah tak dapat ditentukan, Boen Ching dengan tenang berdiri tanpa mengucapkan sepatah katapun, pada saat ini dia berdiri didekat pintu keluar, dia tidak berani bergerak, yang lain pun tak ada yang berani untuk berebut keluar dari gua tersebut terlebih dahulu.

Tetapi diantara itu, Goei Lam Yu, Lok Yang Hong serta pemuda berbaju putih siapa pun ingin sekali untuk keluar setindak terlebih dahulu, pemuda berbaju putih itu tampak Boen Ching berbuat demikian, didalam hatinya merasa sangat girang sekali tubuhnya segera melayang menubruk kearah sepuluh bilah pedang pendeknya yang terteta pada dinding gua tersebut.

Boen Ching tidak pergi, hal ini malahan memberikan kesempatan baginya untuk mencabut kembali pedang pendeknya yang menancap diatas dinding gua tersebut, apabila Boen Ching tidak memberikan kesempatan baginya untuk mencabut kembali pedang pendeknya dan terus lari keluar.

Tetapi begitu dia melayangkan tubuhnya, pikiran Boen Ching menjadi bergerak, tubuhnya pun ikut melayang keatas mendesak ke arah pemuda berbaju putih itu.

Goei Lam Yu begitu tampak Boen Ching melayangkan tubuhnya keatas, dengan cepat dia berkelebat keluar dari dalam gua dan lari kearah utara dengan cepatnya.

Lok Yang Hong tak mau kalah, dengan cepatnya diapun ikut mengejar dari belakang tubuhnya

Liauw Cing Ce dengan perlahan membentak, pedang panjangnya dicabut keluar dari dalam sarungnya, dan menyerang kearah tubuh Boen Ching.

Tubuh Boen Ching ditengah udara berputar setengah lingkaran, kemudian melayang turun keluar dari dalam gua itu.

Pemuda berbaju putih itu setelah mencabut pedang pendeknya dari atas dinding, dengan cepat dia melayangkan tubuhnya keluar dari dalam gua dan mengejar ke arah dimana Goei Lam Yu serta Lok Yang Hong pergi.

Liauw Cing Ce menjadi tertegun, tampak ternyata Boen Ching tak mempunyai niat untuk pergi mengejar, diapun dengan cepat mengikuti dibelakang tubuhnya dan melayang keluar dari dalam gua untuk mengejar kawan-kawan lainnya.

Ciee Khek Loojien menarik napas panjang-panjang diapun menanti Boen Ching keluar dari dalam gua.

Tetapi mendadak tubuh Boen Ching membalik kepada Ciee Khek Lojien, dia tertawa dingin, ujarnya:

"Kau orang ini dosamu sungguh sangat besar sekali, ternyata terhadap urusan nyawa dari manusiapun tak menganggapnya sebagai suatu urusan, dan mengambil keluar jenazah dari Thian San Chiet Kiam untuk melatih ilmu silat, coba kau bilang patut diampuni tidak ?"

Ciee Khek Loojien tertegun, dia mengira Boen Ching tentunya juga akan pergi ikut merebut jenazah dari Thian San Chiet Kiam tersebut, kalau memangnya Boen Ching pribadi tidak menginginkan, diapun tidak mungkin akan membiarkan Goei Lam Yu sekalian untuk mendapatkannya, apa lagi dia memerlukannya untuk merebut kembali dan diserahkan kepada diri Thian San Sin Eng.

Tidak menanti dia berpikir lebih panjang lagi, Boen Ching telah tertawa tawar, ujarnya:

"Aku tak mempunyai waktu lagi, terpaksa aku hanya dapat memunahkan seluruh kepandaian silatmu saja !"

Sehabis berkata dia tersenyum lagi.

Dalam hati Ciee Khek Lojien menjadi tergetar, selama hidup dia menggantungkan hidupnya dengan kepandaian silat yang dia miliki itu, sehingga dia mau menempuh bahaya untuk mencuri jenazah dari Thian San Chiet Kiam, setelah dengan tak mudah melatih kepandaian silat tersebut, mana dapat di punahkan oleh Boen Ching dengan demikian mudahnya.

Dengan sangat dingin sekali ia memandang kearah Boen Ching, sedang pedang panjangnya dengan perlahan-lahan dicabut keluar, dalam hatinya dia telah mengambil keputusan untuk mengadakan perlawanan yang terakhir kalinya.

Bentroknya Rimba Persilatan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang