Bab 9. Dendam Kesumat Selama 10 Tahun

5.4K 89 0
                                    

BOEN CHING yang nampak sikap Jian Ciu thaysu demikian, ia menjadi beranggapan mungkin dengan sikapnya itu ia berusaha untuk menjaga nama baik Kunlunpay dan mengulangi kembali peristiwa sepuluh tahun yang lalu dipuncak Hwee Ing, maka tidak menunggu sampai Jian ciu thaysu mengambil keputusan, ia sudah melancarkan serangan dan menerjang keluar dari lembah itu. Setelah keluar dari lembah sempit itu, pikirnya.
"Jika aku langsung turun gunung, tentulah di bawah sana telah penuh dengan orang-orang tujuh partai besar yang mencegat jalan keluar lebih baik aku lari keatas gunung dan sementara menghindarkan diri dari orang-orang tujuh partai besar, baru kemudian turun gunung pergi mencari jejak dari Hoa Suan"
Dia berputar-putar diatas gunung beberapa waktu, tetapi malang baginya ia malah tersesat dan tak menemukan kembali jalan keluar untuk turun gunung, dalam keadaan yang cemas itu, tiba-tiba nampak olehnya didepannya terbentang suatu hutan bambu yang sangat lebat, dengan perlahan ia berjalan menuju kehutan tersebut.
Ketika berjalan sepuluh langkah kehutan bambu itu, suatu angin berhembus datang yang menyebabkan daun-daun bambu membuka sebuah bayangan sangat dikenalnya terbentang dihadapannya, hatinya terasa akan melompat keluar diatas batu besar didalam hutan bambu itu duduklah seorang siucay, orang itu tak lain dan tak bukan adalah suhunya yang belum berselang lama berpisah dengannya, Ie Bok tocu, Shie Yun Ku.
Baru saja Boen ching akan berjalan menuju kesana, dari jauh terdengar suitan nyaring yang makin lama makin mendekat dan telah memasuki hutan bambu itu, diam-diam hatinya merasa terkejut orang yang baru datang itu sudah dapat diketahui tingginya kepandaian yang dimiliki hanya dari suara suitan nyaring itu saja.
Suitan nyaring itu secepat kilat makin lama makin mendekat, sebuah bayangan abu-abu berkelebat masuk kehutan bambu itu.
Boen ching menjadi tertegun, dengan per-lahan2 mengintip kedalam hutan bambu itu, ginkangnya adalah ajaran langsung dari Ie bok Tocu sehingga ia dapat dihitung sebagai jago yang berilmu tinggi didalam dunia kangouw, ditambah lagi d angan suara angin yang keras dari suara
daun bambu membuat dua jago Bu Lim yang duduk didalam hutan bambu itu sedikitpun tidak merasakan kalau ada seorang yang lagi mengintip gerak gerik mereka itu.
Ketika ia makin mendekat dan mulai mengintip. begitu tampak orang yang duduk dihadapan ie bok Tocu, hatinya merasa sangat terkejut, Pakaian dan wajah orang itu persis "Thiat Peh Tok Cau" Mo Cing bagaikan pinang dibelah dua, hanya orang ini jauh lebih tua usianya.
Dua orang itu berdiam diri sejenak, kemudian terdengar dengan dingin orang itu berkata kepada Ie bok Tocu.
"Engkau mencari aku entah mempunyai urusan apa?"
"Ternyata tak salah dugaanku, kalau begitu kau tentunya murid Thian Jan Shu Cianpwee waktu itu, dan kini membuat namamu membuat orang berubah wajahnya jika mendengarnya Tok Thian Cun"
Boen Ching yang berada diluar hutan ketika mendengar hal ini, hatinya saking terkejutnya hampir saja melompat keluar, pikirnya.
"Kiranya orang ini adalah Tok Thian choen si-raja racun, tak kusangka di adalah murid dari Thian Jan Shu. tak heran kalau kepandaiannya sangat tinggi" Tok Thian cun dengan dingin berkata..
"Aku adalah Tok Thian cun, tetapi dari dahulu aku tidak mengakui Thian Jan Shu sebagai suhuku, jika aku tidak salah ingat engkau tentu adalah puteri Tan coe Coen Shi Yun Ku"
Ie Bok Tocu tersenyum jawabnya.
"Engkau juga tidak salah menerka, aku adalah putri Tan coe Coen Shie Yun Ku, peristiwa dua puluh tahun yang lalu apakah kau masih mengingatnya?"
Tok Thian cun tertawa dingin, sahutnya: "Apakah ingin tahu jejak dari puterimu?"
Ie Bok tocu menganggukkan kepalanya, jawabnya. "Sudah hampir sepuluh tahun, aku masih tetap mencari jejak puteriku"
"ooh... " pada matanya memancarkan sinar yang aneh, kemudian dia lanjutnya.
"Sudah dua puluh tahun, aku ingin mencoba bagaimana hebatnya kepandaian dari puteri Tan Coe Coen"
Sehabis berkata tangannya melancarkan tiga kali serangan kearah Ie Bok tocu.
Ie Bok tocu yang nampak Tok Thian Coen ingin menjajal kepandaiannya, ia tertawa tawar, tubuhnya melayang ketengah udara, dengan seenaknya ia menghindarkan diri dari pukulan yang dilancarkan Tok Thian Coen itu.
Mata Tok Thian Toen memancarkan sinar tajam, sedang pada mulutnya ia berkata. "Bagus sambutlah seranganku ini"
Tangannya melancarkan lagi lima kali serangan berturut-turut, lima buah serangan ini semuanya ditujukan keseluruh tubuh Ie Bok tocu.
Tubuh Ie Bok Tocu berkelebat lagi dan ternyata dengan cepat dapat menghindarkan diri dari seluruh pukulan itu.
Boen ching yang berada disampingnya, nampak yang terkena pukulan Tok Thian coen yang ke tiga kaki dibelakang Ie Bok tocu, semuanya tertera delapun buah telapak tangan yang berwarna hitam gelap. dan melesek tiga dim dalamnya pada bambu itu, diam-diam ia merasa terkejut, kepandaian dari Tok Thian coen ini tak terkira tingginya hingga sukar diukur.
Tok Thian coen yang nampak ginkang Ie Bok tocu demikian hebatnya, ia membentak nya lagi.
"Bagus, sambut sekali lagi"
Tubuhnya berkelebat dan sekaligus melancarkan delapan belas kali pukulan ke arah Ie Bok Tocu.
Ginkang Ie Bok tocu adalah nomor wahid didunia Kangouw, tubuhnya melayang keudara dan mengeluarkan ilmu "Hui Sie Yu Seh" atau terbang melayang bermain serat, tubuhnya lantas saja segera melayang-layang ditengah udara.
Dengan tanpa gentar sedikitpun, ketika angin pukulan sampai, ia baru melayang menghindar, delapan belas pukulan Tok Thian coen tak satupun yang dapat mencapai sasarannya.
Tubuh Tok Thian coen bergerak mundur dengan tanpa perubahan sedikitpun wajah nya, ia berkata.
"Puteri Tan Coe Thoen sungguh-sungguh hebat kepandaiannya" Ie Bok Tocu tertawa tawar, sahutnya.
"Tingginya kepandaian Tok Thian cun ternyata dapat memadai kepandaian Thian Jan Shu waktu itu, aku hanya mengandalkan ginkangku untuk menghindar, tak dapat dikatakan kepandaian yang sangat hebat"
Tok Thian Coen seperti tidak ingin melihat senyum dibibir Ie Bok Tocu, sinar matanya menajam, katanya.
"Waktu itu Thian Jan Shu karena Tan Coe Coen belum juga memenuhi janjinya, telah memerintahkan aku untuk membawa pergi puterimu dan meninggalkan surat minta kamu sekalian datang bertempur, apakah kamu tidak mengetahui semuanya itu?"
Mata Ie Bok Tocu agak merasa pedih, sejenak kemudian katanya.
"Kiranya demikian, entah puteriku sekarang berada dimana, dapatkah kau memberitahukannya
kepadaku?"
Dengan dingin jawab Tok Thian Coen.
"Puteri Thian Jan Shu telah membawanya pergi, berita dan jejak selanjutnya aku tak tahu"
Ie Bok Tocu menjadi tertegun, ia ter-mangu2 dan duduk mematung disana, ia mengira jika dapat mencari Tok-Thian-Coen tentu dapat mencari kembali puterinya, tetapi tak disangka ternyata tetap tidak dapat menemukannya.
Tok Thian Coen nampak keadaan Ie Bok Tocu yang sangat menyedihkan itu, matanya memancarkan sinar yang aneh, kemudian ujarnya.
"Nona Shie sampai jumpa lagi dilain waktu"
Sehabis berkata tubuhnya berkelebat menghilang ditengah hutan bambu.
Ie Bok Tocu nampak Tok Thian coen telah pergi, dengan perlahan ia menghela napas tak tertahan ia meneteskan air matanya.
Dengan cepat Boen ching bangun berdiri. Ie Bok Tocu segera memalingkan kepalanya baru akan membuka suara, nampak yang datang ternyata adalah Boen ching, bibirnya hanya sedikit bergerak. kemudian katanya: "Kiranya adalah anak ching yang datang"
Boen ching segera berteriak dengan keras. "Suhu "
Ie Bok tocu merangkul Boen ching dengan mesranya, air matanya meleleh keluar dari kelopak matanya. Boen ching tahu ia sedang memikirkan putrinya, teriaknya. "Suhu engkau jangan menangis, jejak Siauw In sumoay aku telah mengetahuinya"
Tubuh Ie Bok tocu menjadi gemetar, ia mendorong tubuh Boen ching dan bertanya. "Anak ching, engkau bilang apa?"
Sahut Boen ching dengan cepat.
"Siang tadi aku baru bertemu dengan Siauw In sumoay, tetapi dia telah tidak mengingat semuanya, aku terpaksa datang mencari suhu, tak disangka secara kebetulan dapat bertemu ditempat ini"
Ie Bok Tocu menjadi sangat girang, ia segera menghapus air matanya, Boen ching tidak menanti sampai Ie Bak Tocu membuka mulut bertanya, telah mulai menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan si iblis wanita berwajah cantik diloteng rumah makan "Lay Hong to"
Selesai mendengar cerita Boen ching itu, Ie Bok tocu merasa entah ia harus bergirang atau harus berduka, ia takut untuk pergi mencari si iblis wanita berwajah cantik itu, takut ia tak mau mengenalinya lagi, tetapi tak pergipun tak dapat, kemudian ia dongakkan kepalanya memandang keadaan cuaca, waktu itu haripun telah hampir gelap. setelah ragu-ragu sejenak kemudian katanya.
"Anak ching, cepat kau bawa aku pergi kesana, coba lihat apakah Siauw In masih berada disana"
Boen ching d angan cepat menganggukkan kepalanya, dua orang itu segera lari turun gunung Thay An, dan lari menuju kota Thay An.
Sesampainya dikota Thay An, dua orang itu langsung menuju ke loteng rumah makan "Lay
Hong Lo"
Ketika mereka telah tiba dirumah makan itu, Ie Bok tocu menahan tubuh Boen ching. ia tidak diperkenankan Boe ching langsung masuk kedalam, sambil menarik tangan Boen ching dengan riangnya Ie Bok Tocu melompat naik ke atap loteng itu, kemudian mengintip kedalam.
Ketika Boen ching menundukkan kepalanya memandang, ternyata iblis wanita berwajah cantik dengan dua orang pelayannya itu masih belum pergi dari rumah makan itu.
Tiga orang gadis itu duduk menjadi satu, diatas meja masih terdapat sisa2 dari sayur dan arak. tak berapa jauh dari tiga orang gadis itu berdiri enam orang laki2, keenam orang itu agaknya baru saja naik ke atas loteng, tampak dengan wajah gusar mereka memandang si iblis wanita berwajah cantik itu.
Boen Ching palingkan wajahnya meman-dang Ie Bok Tocu, tampak dia bagaikan sedang termangu- mangu memandang ke dalam, sedang matanya telah penuh dengan air mata.
Ie Bok Tocu menarik tangan Boen Ching, dengan bersama-sama mereka melayang turun ke belakang tiga orang gadis itu, baru Boen Ching mau membuka suara tetapi Ie Bok Tocu telah menggelengkan kepalanya. Boen Ching melibat mata suhunya itu sedang memandang terpesona pada bayangan iblis wanita berwajah cantik itu, tubuhnya tak bergerak sedikitpun, ia bagaikan tidak menginginkan iblis wanita berwajah cantik itu tahu akan kehadirannya, pandangan pertama ia telah mengenal gadis ini adalah puterinya, tetapi jika misalnya iblis wanita berwajah cantik ini tak mau mengenalinya ? lalu bagaimana ? lebih baik sekarang juga ia memandang hingga puas bayangan itu.
Enam orang lelaki itu seperti tidak melihat atas kehadiran dua orang itu, hanya dengan gusar mereka memandang iblis wanita berwajah cantik itu. Terdengar iblis wanita berwajah cantik itu dengan dingin mendengus, ujarnya. "Kamu enam orang telah datang terlambat" Salah satu dari keenam orang lelaki itu membentak: " Kembalikan jiwa Toako kami "
Sehabis berkata ia menubruk maju dengan hebatnya.
iblis wanita berwajah cantik itu membalikkan tangannya dan melemparkan dua batang sumpit yang melayang secepat kilat kearah orang itu dan menancap dikedua mata laki-laki itu, ia menjerit ngeri dan jatuh di atas tanah, sedang kedua tangannya dengan serabutan mencakar dahinya.
Seorang lelaki lagi maju menubruk. iblis wanita berwajah cantik itu tertawa dingin, tangannya menyambar cangkir arak yang berada diatas meja dan dilemparkan kearah orang itu, cangkir arak itu dengan keras melesak masuk kedalam dahinya, orang itu mati seketika itu juga.
Sisanya empat orang, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, dan bersama-sama menubruk ke arah iblis wanita berwajah cantik, ia tertawa dingin, badannya berkelebat, tahu2 tubuh keempat orang itu terpental jatuh kebawah loteng terkena serangan pukulan telapak tangannya, dengan diiringi suara jeritan ngeri.
Saking kagetnya Boen ching menjadi berdiri tertegun disana, untuk pertama kalinya ia melihat iblis wanita berwajah cantik itu turun tangan dengan demikian ganas dan kejamnya, tadi siang dirinya masih memandang terpesona padanya, tetapi kini iblis wanita berwajah cantik itu tertawa dingin lagi, ia membalikkan tubuhnya, tetapi begitu nampak dua orang yang sedang berdiri tertegun disana, wajahnya tiba2 berubah menjadi pucat, setelah memandang terpesona pada dua orang itu, segera ia membalikkan tubuhnya, ia lari turun loteng, sedang dua orang pelawan itu menoleh kebelakang, tetapi begitu memandang merekapun segera balikkan tubuhnya dan melarikan diri.
Boen ching sebenarnya akan mengejar ke arah mereka, tetapi tampak Ie Bok Tocu tetap tidak bergerak. ia lalu menoleh memandang, ia tampak Ie Bok Tocu sedang termangu- mangu berdiri mematung disana, air matanya menetes membasahi pipinya, sedang sepasang matanya masih memandang kursi di mana iblis wanita berwajah cantik itu tadi duduk.
Boen Ching nampak Ie Bok Tocu menjadi bersedih hati, dengan halus dia memanggil.
Tetapi Ie Bok Tocu bagaikan tak mendengarnya, ia tetap masih berdiri ter-mangu2 disana.
Sejenak kemudian, dengan perlahan Ie Bok Tocu menggumam: "Ia telah pergi . . ."
Selama belasan tahun ia merindukan puterinya, tetapi ini untuk pertama kalinya dia bertemu, ia melihat puterinya ternyata adalah seorang gadis yang sangat kejam, hampir saja ia tak percaya pada matanya sendiri, tetapi semuanya ini benar2 terjadi, masih ada dua orang yang penuh dengan darah menggeletak mati di hadapannya.
Tubuh Ie Bok Tocu menjadi ter-huyung2, dengan cepat Boen Ching memegangnya, dalam hatinyapun ia merasa bersedih hati, tetapi kemudian katanya.
"Suhu, mungkin Siauw Ing Sumoay hanya satu waktu berbuat demikian, akhirnya ia tentu akan berubah"
Ie Bok Tocu denganperlahan menghela napas, dia melirik pada Boen ching, selama hidupnya dia hanya menerima seorang murid saja, sebenarnya dia ingin mencari kembali puterinya tidak sesuai kalau dijodohkan pada Boen ching, sejak kecil Boen ching adalah dia yang membesarkan, dia tak dapat berbuat demikian sehingga menyusahkan muridnya. setelah termenung sejenak. ia tertawa tawar, katanya.
"Anak Ching, aku ingin pulang kepulau Ie Bok To, engkau seorang diri berkelana didunia kangouw haruslah banyak berhati-hati".
Boen ching dengan perlahan menundukkan kepalanya, Ie Bok Tocu bagaikan terhadap segala sesuatu sudah menjadi kecewa, ia juga tak dapat menghiburnya, agak lama baru ia dapat dengan perlahan memanggil. "Suhu . . ."
Belum Boen ching berkata, Ie Bok Tocu telah memotongnya. "Anak ching, masih ingin berkata apa lagi?" Boen ching dongakkan kepalanya, kata nya.
"Suhu anak ching tentu akan membawa Siauw In Sumoay kembali kepulau Ie Bok To, dia ---sifatnya yang sebenarnya bukanlah demikian".
Ie Bok Tocu tahu Boen ching dengan perkataannya ini hanya ingin menghibur dirinya, tetapi dalam hatinyapun ia merasa sangat berterima kasih padanya, pikirnya
"Mempunyai murid yang demikian baiknya ini, tak kalah dengan putra sendiri, sungguh tidak mengecewakan jerih payahku selama bertahun-tahun mendidik dan membesarkan dia" Sedang dia melamun Boen ching berkata lagi.
"Suhu apakah kau tidak melihat adanya perubahan pada wajah Siauw In Sumoay? dia tentu telah mengenali suhu, tetapi takut suhu memakinya, hingga dia lari pergi" Ie Bok Tocu menjadi tenggelam dengan tertawa ia berkata. "Anak ching, semoga apa yang kau katakan itu memang benar" sehabis berkata ia termenung sejenak kemudian tambahnya. "Anak ching, aku akan pulang"
Tubuhnya melayang dan turun kebawah loteng dengan cepatnya.
Boen ching menjadi tertegun, sungguh tak di sangka Ie Bok Tocu, mengatakan akan pergi dengan cepat iapun pergi dari loteng itu, segera ia mengejar ke bawah untuk menahan suhunya, tetapi mana dia dapat mengejar Ie Bok Tocu, ia tak melihatnya hatinya menjadi agak berduka.
Ia dongakkan kepalanya memandang dilangit nampak bulat yang melengkung itu memancarkan sinar yang redup2 dia berdiri berpikir sejenak, pikirnya:
"Kalau begitu lebih baik aku melanjutkan perjalananku kearah Timur, malam ini juga untuk mencari Hoa Suan, sebelum meninggal kakak nya telah menitipkan dia kepadaku, bagaimana aku tidak menjaga keselamatannya?"
Setelah berpikir sedemikian segera Boen ching melanjutkan perjalanannya menuju kegunung Yi San.
setengah malaman berjalan dengan cepatnya, sekejap mata fajarpun mulai.
Boen ching sudah merasa sangat lelah, karena telah melakukan perjalanan semalaman kini fajarpun sudah mulai menyingsing, ia mulai bersembunyi kedalam hutan, untuk beristirahat pada siang hari seperti ini ia tak dapat melakukan perjalanan cepat oleh sebab itu pada siang harinya ia beristirahat dan bersiap untuk pada petangnya melanjutkan perjalanan guna mencari jejak Hoa

Bentroknya Rimba Persilatan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang