Bab 22. Hong Loei Chiet Kiam

6.6K 92 0
                                    

SEPASANG mata Boen Ching memandang terpesona kearah dimana bayangan Bwee Giok tadi lenyap, dengan tertawa dingin ujar Kong Ku.

"Orang sudah pergi jauh, masih ada apanya yang baik untuk dilihat, aku akan melihat gadis cilik itu mempunyai daya apa untuk membalaskan dendammu."

Boen Ching pun tertawa dingin, sahutnya.

"Tetapi aku kira ini hari yang akan jatuh ke dalam telaga bukannya aku melainkan kau sendiri, akupun akan melihat murid-murid dan cucu muridmu itu dengan cara apa untuk membalaskan dendam bagimu."

Kong Ku mendongakkan kepalanya, tertawa panjang, sejenak kemudian kepada Seh Tu Hoa dan Toan Bok Cie Jien ujarnya dengan dingin.

"Kau berdua apakah masih berani tinggal disini ? Apakah harus aku yang menghantar kan ?"

Toan Bok Cie Jie tertawa dingin, ujarnya.

"Apakah kami harus dengan demikian saja meninggalkan tempat ini ?"

Kong Ku dengan dingin tertawa tergelak, tubuhnya bagaikan kilat mendesak mendekati Toan Bok Cie Jien, tangan kanan Toan Bok Cie Jien segera mendorong, dengan menggunakan gentong arak ditangannya ia mendorong kearah Kong Ku.

Ia menjadi mendengus melihat hal ini, kedua jarinya ditegakkan, dengan mengguna kan kekuatan dari jarinya itu dengan keras menerima tenaga dorongan dari gentong arak Toan Bok Cie Jien itu.

Suatu bunyi yang sangat nyaring terdengar, Toan Bok Cie Jien segera terdesak mundur sebanyak dua langkah oleh tenaga jari yang dilancarkan Kong Ku ini, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, sejenak kemudian ujarnya.

'Karena dua jarimu ini, aku Toan Bok Cie Jien terpaksa tak dapat berbuat apa-apa lagi, tetapi lain waktu kalau kita ketemu lagi, sampai waktu itu pulalah kita harus membuat perhitungan lagi.

Sesudah berkata tubuhnya berkelebat turun ke bawah gunung.

Kong Ku dengan dingin membalikkan tubuh nya, wajahnya berhenti tepat dihadapan Seh Tu-Hoa.

Seh Tu Hoa tahu dirinyapun bukanlah tandingannya, dengan perlahan ia menghela napas, segera ia memberi tanda kepada Shie Chiau Nio dan Seh Tu Hong, puteranya, tiga orang ber-sama2 mundur turun kebawah gunung.

Kong Ku terakhir memutar kearah Boen Ching, ujarnya.

"Aku masih akan memberikan waktu sejenak bagimu untuk hidup, kau boleh lihat bagaimana aku akan mengambil hioloo itu."

Seusai berkata ia balikkan tubuhnya dan ber tepuk dua kali kedalam rimba.

Sepuluh orang yang berpakaian hijau muncul dari rimba itu dengan menggotong seutas tali.

Boen Ching nampak tali itu dibuat dari serabut yang sangat keras, pada ujung tali itu terdapat sebuah bola besi yang berwarna hitam, belum saja ia berjalan mendekat ia sudah merasa getaran yang hebat dari pedangnya itu, bagaikan mau terlepas dari sarungnya.

Dalam hati Boen Ching menjadi sangat terkejut, ia tahu besi itu tentulah adalah sebuah besi semberani, Kiranya Kong-Ku hendak menggunakan bola besi semberani itu untuk menghisap hioloo kuno yang berada didasar telaga itu, sehingga dirinya tak usah menempuh jalan yang lebih bahaya lagi.

Kong Ku menerima ujung tali yang ada bola besinya itu dari orang-orang itu, dia mendengus, berpuluh-puluh kaki tali dari serabut itu hanya sedikit digetarkan telah menjadi kencang bagaikan panah, kemudian besi semberani itu di lemparkan ketengah telaga.

Boen Ching memperhatikan air dari telaga itu nampak pada telaga itu timbul gelombang-gelombang kecil, pada wajah Kong Ku timbul suatu senyuman yang seolah-olah bangga akan pekerjaan itu.

Bentroknya Rimba Persilatan - Khu LungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang