Ditya langsung menangkap kepala Gisya sebelum kepala itu mendarat di lantai semen.
Ia Nampak begitu panik melihat wajah Gisya yang pucat dan tak sadarkan diri. Sebenarnya ia sudah merasa sejak Gisya tidak lagi meluncurkan aksi protesnya. Tangan yang sedari tadi digenggamnya itu semakin dingin. Tapi lagi-lagi Ditya tidak memikirkan yang terjadi akan seperti ini.
Diangkatnya tubuh kecil Gisya jika saja tidak ada yang menepis tangannya. Ia sekarang menoleh pada laki-laki yang kini menatap Ditya dengan pandangan nyalang. Rahang laki-laki itu tampak mengeras.
“Jangan pernah lagi nyentuh Gisya. Gue akan buat perhitungan setelah ini” setelah mengatakan itu, laki-laki yang tak lain adalah Langit segera membawa Gisya ke UKS.
Ditya sadar betul setiap kata yang Langit ucapkan dipenuhi rasa benci dan khawatir.
***
Langit terus menggenggam tangan Gisya, berharap dengan seperti itu ia dapat menyalurkan kekuatannya agar Gisya bangun.Dokter memang telah memeriksanya, namun itu tak membuat Langit berhenti khawatir. Ia tahu kondisi gadisnya, bahkan sangat tau.
Langit memang sudah mengawasi Gisya sejak Ditya menarik tangannya. Langit melihat semuanya, bahkan ketika tangan Gisya yang terus berada di genggaman cowok itu. Ia sebisa mungkin menahan kegeramannya, hingga puncaknya ia melihat Gisya tak sadarkan diri karena ulah cowok itu.
“Brengsek !!” Langit masih saja mengumpat. Nafasnya naik turun mengingat semua itu.
“Kak ?” seseorang menepuk bahu Langit.
Ia adalah Priskila, sahabat Gisya. Priskila tahu segalanya tentang Gisya. Tentang hobynya, tentang apa yang tidak ia sukai, tentang siapa saja yang mencoba mendekatinya, dan terakhir tentang cowok yang baru-baru ini mengusik sahabatnya itu. Gisya menceritakan semuanya pada Priskila, begitu pula sebaliknya. Tetapi sepertinya Priskila tidak mengetahui satu hal dimana hanya Gisya dan Langit yang tahu.
Priskila menatap Gisya sekilas lalu menatap Langit.
“Elo tunggu Gisya disini. Ada urusan yang harus gue urus. Kalau ada apa-apa dengan Gisya, tolong hubungin gue” titah Langit. Setelah Priskila mengangguk, cowok itu segera keluar dari UKS.
Priskila menelan ludahnya. Sepertinya akan terjadi sesuatu yang besar. Jika sudah menyangkut tentang Gisya, Langit pasti akan mengenyahkan siapapun itu.
“Cepet sadar dong Sya, sebelum Langit ngamuk” ujar Priskila dengan nada bergetar.
***
Priskila sangat senang ketika Gisya mengerang dan perlahan-lahan membuka matanya. Dengan sigap ia memberikan air putih yang sudah tersedia padanya.
“Pelan-pelan Sya”. Gisya menyesap airnya sedikit kemudian menjatuhkan kepalanya lagi ke bantal. Ia masih merasakan pusing di kepalanya.
“Elo nggak papa ? lo butuh apa ? biar gue ambilin yah”
Gisya menggeleng. “Kak Langit mana Pris ?”
“Eeee .. gu .. gue juga nggak tahu Sya. Tadi dia bilang mau ada urusan. Tapi felling gue nggak enak” ujar Priskila hati-hati.
“Bisa minta tolong lo panggilin dia ?”
Priskila mengangguk cepat. Lantas ia segera keluar dari UKS.***
Langit mengedarkan pandangannya hingga ke sudut sekolah manapun. Kakinya terus melangkah dan rahangnya semakin mengeras. Ia harus memberikan pelajaran untuk cowok itu.Kini ia berhenti di ujung koridor. Dengan langkah panjang ia mendekati dua orang yang berada di sudut kantin.
Sesampainya disana, ia langsung melayangkan pukulannya pada salah satu dari dua objek itu. Kini Langit mencengkeram kerah cowok itu, tidak peduli jika cowok itu masih shock dengan pukulan tiba-tiba darinya. Sudut bibir cowok itu kini bahkan berdarah.
“Jangan pernah lagi gue tau elo gangguin Gisya. Karena gue bakal habisin lo kalau sampai itu terjadi” ancam Langit.
Rahangnya semakin mengeras yang mengakibatkan terdengar gemeletuk gigi samar.
Ditya –cowok itu- tidak membalas sama sekali. Ia terlihat pasrah. Entah karena ia merasa bersalah atau ia sedang merencanakan sesuatu. Untuk kemungkinan yang kedua ini, tidak bisa diabaikan begitu saja.
Dengan kasar dihempaskannya tubuh Ditya hingga ia limbung beberapa langkah. Langit menghembuskan nafasnya panjang, setelah itu ia berlalu begitu saja.
***
Priskila akhirnya menemukan Langit di depan gedung serba guna SMA Bintang Bangsa. Ia mengatur nafasnya yang sedari tadi terpacu selama mencari Langit. Karena sudah hampir setengah jam ia mencari Langit kemana-mana tanpa ada hasil.
Langit tampak mengangkat sebelah alisnya melihat kelakuan sahabat kekasihnya ini.
“Akhirnya ketemu juga. Gue nyari elo kemana-mana. Gisya nyariin lo” ujar Priskila masih dengan nafas satu-satu. Mata Langit membulat.
“Gisya udah sadar ?”. Setelah mendapat anggukan dari Priskila, Langit langsung melesat begitu saja.
“Sumpah ya nggak ada bagusnya sama sekali. Terima kasih kek. Untung gue salah satu fans dia” umpat Priskila kesal. Ia sampai menghentak-hentakkan kakinya.
***
Gisya menoleh saat mendengar suara pintu UKS terbuka. Bibirnya tersenyum begitu saja ketika ia melihat siapa yang kini berjalan kearahnya.
“Hei .. masih pusing ?” Tanya Langit khawatir seraya mengelus puncak kepala Gisya.
Gisya menggeleng. “Aku udah nggak papa kok”
“Serius nggak papa ? tadi kata Bu Amel kamu boleh pulang setelah siuman. Aku anterin sekarang yuk ?”
Gisya tiba-tiba cemberut. Ia melepaskan genggaman tangan Langit. “Aku nggak mau pulang. Dirumah itu sepi kak. nggak ada siapa-siapa. Dan aku bosen”
“Lho tapi kan harus istirahat. Gini deh, aku temenin”
“Iya iya. Emmm .. tapi beli es krim dulu ya kak”
Langit mendelik mendengar permintaan Gisya yang satu ini. “Cium gue dulu ya baru gue beliin es krim”
Pipi Gisya bersemu. “Isshh apaan sih kak”
“Abisnya elo sih mancing. Udah tau sakit, minta es krim. Besok ya kalau udah sembuh. Yuk lah pulang”
Langit meraih tubuh Gisya dan memapahnya hingga ke parkiran. Untung saja hari ini Langit membawa mobilnya.
***
Ditya. Ia masih disini, dengan pandangan menerawang entah memikirkan apa. Setelah pukulan telak yang didapatkannya dari Langit tadi, ia sudah tidak memperdulikan lingkungan di sekitarnya. Termasuk dengan Marvin yang sedari tadi masih bertengger di depannya. Marvin sempat dibikin gemas olehnya.
“Elo kenal sama dia ?” kali ini Ditya angkat bicara. Marvin mengerutkan keningnya.
“Cowok tadi” Ditya berkata lagi karena tahu Marvin yang tidak mengerti.
“Oh Langit ? siapa juga yang nggak kenal sama dia. Kapten basket Bintang Bangsa. Dan kabarnya sih dia pacarnya Gisya –cewek yang lo buat pingsan tadi- makanya dia ngamuk-ngamuk gitu kan. Nah lo ati-ati aja ja-”
“Gue nggak peduli” potong Ditya datar.
“What ?”
“Iya gue nggak peduli mau Langit pacarnya Gisya kek, mau satpamnya dia kek, gue nggak peduli. Tapi sepertinya gue tertarik sama cewek itu”
Seringai Ditya. Ia tersenyum miring membuat siapapun yang melihatnya pasti meleleh.
“Elo gila ?”
***
Hullo hulloo balik lagi nih .. maaf part yang ini pendek. Soalnya yang panjang panjang masih disimpen *apalah
Aku mau bilang makasih dulu buat yg udah ngevote, ngomment, bahkan masukin ini cerita ke reading listnya .. aku terharu banget 😊😊😄
tetep ikutin yaa ceritanya. Karena bakal banyak konflik yg tak terduga
Love
RenaAnggita
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Batas Senja
Teen Fiction"Angin yang mengecup lembut tiap rambutmu adalah aku yang menjelma waktu, untuk bisa menjagamu diam-diam dari kejauhan" ..