Gisya baru saja mendaratkan tubuhnya jika saja tidak ada yang menginteruspi memintanya untuk keluar. Gadis itu mengerutkan keningnya. Hanya ada dua kemungkinan, jika bukan Langit yang mencarinya pasti lelaki pemaksa itu. Tidak, tidak, untuk pemikiran yang pertama pasti sangat tidak mungkin. Tiba tiba saja tubuh Gisya menegang. Ia malas berurusan dengan lelaki pemaksa itu sepagi ini.
Gisya berjalan pelan keluar kelas seraya menyiapkan mentalnya. Diluar kelas hanya ada seseorang yang sedang membelakanginya. Ia bernafas lega ternyata bukan Ditya yang mencarinya. Namun ada perasaan aneh ketika orang yang sedikit Gisya kenal ini mencari dirinya. Untuk apa ?
"Ehm .. kata Priskila kakak nyari saya. Ada apa ya kak ?" tanyanya sopan. Orang tersebut lantas menoleh dan langsung tersenyum hangat melihat Gisya.
"Eh iya Sya tadi gue minta temen lo buat manggilin" laki-laki itu tersenyum canggung. Lalu kembali bersuara. "Lo dulu anak cakrawala juga kan ya ?"
Gisya mengangkat alisnya bingung. Kenapa tiba-tiba ia membahas nama SD nya.
"Iya. Kak Bayu bukannya dulu juga sekolah disana ?"
Bayu kini bersandar pada tiang koridor. "Jalan yuk"
"HAH ?" Gisya memekik. Maksudnya apa sih ? orang-orang disekitarnya mendadak menjadi aneh.
Bayu gugup.
"Ya .. ya .. maksud gue ada yang pengen gue omongin sama lo"
"Soal ?"
***
Bayu gelagapan. Ia belum menyiapkan jawaban dari pertanyaan ini. Ia menggeram dalam hati. Hanya demi sesuatu itu ia harus melangkah sejauh ini. Ia tidak mau tahu, pokoknya Naya harus membalas kebaikannya ini.Lelaki itu membuang nafasnya lantas memasukkan kedua tangan ke saku celana abunya.
"Langit"
Bayu bisa melihat Gisya yang tiba-tiba menegang.
"Lo pasti penasaran kan kenapa Langit tiba-tiba jauhin lo dan jalan sama Tari ?" Ujarnya menekankan pada kata jalan.
Gadis itu menatap Bayu tanpa arti. Bayu rasa ini akan berhasil membujuk Gisya agar mau pergi bersamanya. Dan setelahnya ... gotcha ! Gisya mengangguk.
"Oke. Gue tunggu lo jam 4 di cafe deket SMA 58 ya" setelah mengatakan itu, Bayu melangkah pergi.
***
Langit menatap lamat-lamat kedua orang itu. Untuk apa Bayu menemui Gisya. Langit sangat tahu siapa Bayu. Meskipun Bayu belum pernah berurusan dengannya, tapi ia sangat hafal tabiat orang itu. Bayu akan melakukan apapun asal keinginannya tercapai. Dan dia sangat tempramen. Untuk itu Langit sangat bingung ketika ia menemukan Bayu tengah berbincang dengan Gisya.
Awalnya Langit hanya ingin sekedar melihat Gisya. Itu lah yang dilakukan Langit seminggu ini. Ia akan berpura-pura ke kamar mandi melalui tangga di depan kelas Gisya agar ia melewati kelas gadis itu. Selama melewatinya, ia akan melirik ke sudut ruangan -kearah gadis itu. Namun hari ini sepertinya ia tak perlu bersusah-susah karena Gisya sudah berada di luar kelas.
Langit terus memperhatikan keduanya. Hingga akhirnya Bayu menjauh pergi. Bertepatan saat itu Tari keluar dan langsung merangkul pundaknya. Langit mengalihkan pandangannya sejenak pada Tari. Ketika ia kembali menoleh kearah Gisya, ia menemukan gadis itu tengah menatapnya dengan kilatan sedih.
Ingin sekali Langit berlari, menjelaskan pada Gisya, tapi ia tidak bisa. Ada Tari disampingnya. Ia tidak mau menambah dosanya dengan menyakiti banyak orang. Untuk itu ia hanya diam menyaksikan Gisya yang berbalik menuju kelasnya.
"Nggak jadi ke kamar mandi ?". Kesadaran Langit kembali tersedot pada realita. Ia menoleh pada Tari yang kini sudah berada disampingnya.
Langit menggeleng seraya tersenyum, lalu ia meraih tangan Tari untuk duduk di bangku depan kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Batas Senja
Teen Fiction"Angin yang mengecup lembut tiap rambutmu adalah aku yang menjelma waktu, untuk bisa menjagamu diam-diam dari kejauhan" ..