Bintang itu Altair ?

1.1K 41 1
                                    

"Saat kau merasa telah dekat dengannya tanpa kau sadari ia sedang berjalan menjauh"

⭐☀⭐

“Iya gue akan tanggung jawab. Gue bakal lindungin lo dari mereka”

“Kenapa lo mau tanggung jawab ?” pertanyaan bego itu spontan muncul dari mulut Gisya. Ah sudahlah, sudah kepalang basah.

“Karena gue suka sama lo” jawab Ditya enteng.

“EH –“

Hehehe. Ditya nyengir. “Bercanda”

Lelaki itu menampilkan deretan gigi putihnya. Tidak tahu jika gadis yang berada dihadapannya tengah menahan debaran di jantungnya.

“Ayo gue anter ke kelas” Gisya menurut saja menerima angsuran tangan Ditya. Kesadarannya belum sepenuhnya pulih. Nyatanya pernyataan ‘bercanda’ Ditya tadi memiliki efek tersendiri. Coba bayangkan cewek mana yang tidak terbawa perasaan jika tiba-tiba seseorang menyatakan bahwa ia ‘suka’ dihadapannya. Walaupun kalau itu benar, Gisya akan tetap menolaknya, ya tapi Gisya …. You know lah.

Hish nyebelin !

***

Lelaki itu menimang-nimang sebuah undangan yang berada ditangannya. Beberapa saat yang lalu seseorang memberikannya tidak, tepatnya menitipkannya. Undangan itu bukan untuknya melainkan untuk gadis itu, siapa lagi kalau bukan sahabatnya. Hh.. Langit meringis mengingat statusnya kini. Ia membuang pandangannya kearah teman-temannya yang sedang latihan basket. Hari ini ia tidak berminat untuk bergabung, untuk itu ia hanya duduk di pinggir lapangan. Toh pelatihnya juga hanya memintanya agar mengawasi teman-temannya.

Ia tahu betul undangan apa ini. Sebuah undangan reuni akbar SD Cakrawala untuk alumni 3 angkatan. Ia tahu undangan ini sangat berarti untuk Gisya. Karenanya ia berniat untuk egois. Ia tidak akan memberikan undangan ini pada Gisya. Bukan apa, ia hanya tidak ingin Gisya bertemu dengan teman masa kecilnya. Seorang lelaki yang Langit yakin sampai detik ini masih menempati sebagian besar hati gadis itu. Langit tahu segalanya. Selama bersama Gisya, gadis itu selalu menceritakan semuanya. Ia dulu bahkan sempat marah karena merasa terbagi.

Dengan tekat yang bulat, Langit meremas undangan itu dan membuangnya ke tempat sampah.

“Maafin gue Sya, tapi gue harus lakuin ini. Gue masih sayang sama lo dan gue janji kita akan bersama lagi”

Setelahnya ia memutuskan untuk bergabung bersama teman-temannya. Bermaksud menyalurkan segala emosi yang terpendam di dirinya.

Semenara itu berada jauh dari tempat Langit terjadi kegaduhan di sebuah kelas. Hal ini disebabkan karena guru yang seharusnya mengajar mendadak memberitahukan bahwa ia tidak dapat masuk kelas maka terjadilah jam kosong, sesuatu yang sangat diimpikan namun jarang menjadi kenyataan.

Ditya, salah satu penghuni kelas itu memilih keluar dan duduk di bangku semen yang berada di depan kelasnya. Kadang ia merasa tidak suka berada di tempat yang berisik. Dan jika sudah begitu ia pasti akan menyendiri dan menyumpal telinganya dengan earphone.

Pikirannya kembali melayang pada kejadian tadi. Bagaimana bisa mulutnya secara spontan mengatakan itu. Untung saja ia bisa segera mengatasinya. Jika tidak, ia akan kembali kehilangan gadis itu. Entah keyakinan darimana tapi Ditya merasa pertemuannya dengan gadis itu bukan karena kebetulan, tapi sebuah takdir. Takdir yang membawa masa lalunya kembali. Gisya tidak mungkin begitu saja datang, Tuhan lah yang sudah mengaturnya. Karena Gisya adalah gadis masa lalunya.

Ia kembali mengingat potongan demi potongan itu. Foto yang ia temukan dan kartu identitas Gisya. Semuanya sudah jelas. Ditya hanya perlu mencari potongan lain yang masih belum ia temukan untuk menyelesaikannya. Iya. Ditya memang bertekat untuk menyusun teka-teki itu. Dan ia tidak menerima jawaban lain, jawabannya lah yang paling benar. Ditya bersumpah akan membuktikan itu, karena kali ini ia bekerja menggunakan nalurinya. Namun jika semua itu ternyata hanya sia-sia, bagaimana ?

Di Batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang