Melepaskan

1.2K 38 0
                                    

“Diantara semua langit, aku paling suka dengan langit senja. Sejak awal aku dipertemukan dengan langit senja, aku langsung jatuh cinta dengan jingganya. Mengapa aku suka senja ? karena senja adalah peralihan. Dalam hitungan detik yang singkat, terjadi suatu peralihan alam. Dari sore ke malam. Dalam rentang waktu itulah tercipta proses pembuatan mahakarya luar biasa. Lalu, mungkin seperti itulah cinta yang tercipta padanya. Begitu singkat, hingga aku tidak tahu kapan tepatnya aku jatuh cinta. Seperti senja, aku selalu menunggumu … Matahariku”

***

Sudah 3 minggu sejak kejadian di teras samping itu. Sejak 3 minggu itu pula Ditya selalu berusaha mendekati Gisya dan Gisya selalu berusaha menjauhi Ditya. Priskila yang melihatnya semakin geram. Sampai kapan sahabatnya itu memendam perasaannya ? Masakah dirinya yang harus turun tangan. Iya. Memang sepertinya dirinya yang harus turun tangan demi menyatukan couple besar gengsi daripada harapan ini.

Pagi ini ia sengaja menyeret Gisya untuk ikut ke lapangan. Hari ini memang jam pelajaran olahraga kelasnya. Kebetulan bersamaan dengan jam olahraga kelas Ditya. Untuk itu ia memaksa Gisya untuk ikut dengannya.

Gisya mendengus. Ada-ada aja polah sahabatnya itu. Harusnya pagi ini ia bisa santai di kelasnya, tapi karena Priskila, jadilah dia duduk nggak jelas di pinggir lapangan. Yang lebih membuatnya sebal, ada Ditya juga di lapangan. Aiiissh.

Gisya menatap Priskila kesal yang tengah menyengir tak berdosa. Meskipun enggan, ia tetap harus menunggu sampai jam pelajaran selesai, atau Priskila akan memintanya melakukan hal yang lebih aneh-aneh lagi.

Setengah jam berlalu. Matahari semakin meninggi. Walaupun Gisya duduk di tempat yang rindang, ia tetap saja merasa kepanasan. Tanpa sadar ia melirik kearah kelas Ditya, tepatnya kearah lelaki itu. Lelaki itu tengah mengoper bola kearah temannya. Entah setiap gerakan yang Ditya ciptakan, membuat kekerenan lelaki itu bertambah.

Tepat pada saat itu Ditya ikut melirik kearah Gisya. Sehingga kini keduanya saling beradu pandang. Gisya dengan cepat mengalihkan pandangannya. Gisya merutuki dirinya, kenapa ia bisa tertangkap basah sedang memandangi Lelaki berpercaya diri tinggi itu.

Tak cukup lama, Gisya kembali melirik kearah lapangan lagi. Memastikan apakah Ditya masih melihatnya. Keningnya berkerut. Kemana lelaki itu ? Ia mengedarkan pandangannya, mencoba mencari kemana Ditya. Cukup lama. Karena tak juga menemukan, akhirnya ia menyerah. Ia memutar kembali kepalanya ke depan. Dan betapa kagetnya, lelaki itu ternyata sudah berdiri di depannya. Gisya sampai memundurkan punggungnya.

"Astagfirulloh ! Lo itu ngapain ? Ngagetin aja"

Ditya tertawa menampilkan sederet giginya. "Mau bantuin lo. Daripada lo capek nyariin gue, mending gue duduk di depan lo biar lo nggak susah-susah"

Gisya mencebik kesal. "Dih GR banget sih jadi orang. Siapa juga yang nyariin lo !"

"Udahlah Sya, nggak capek apa nghindarin gue terus ? Gue aja capek yang ngejar lo"

"Kita kan bisa berjalan beriringan Sya. Itu lebih enak"

Gisya mencibir. Sementara di tempat lain, Priskila masih berusaha mengalihkan fokus Langit dari Gisya. Tadinya lelaki itu hendak menghampiri Gisya, untung saja Priskila tahu, dengan cepat Priskila menyeret lelaki itu agar tidak mengganggu rencananya.

"Lo apaan sih ?" Protes Langit.

"Sorry sorry kak, ada yang mau gue omongin. Gue mau minta tolong. Pliss" Priskila menangkupkan kedua telapak tangannya, memohon pada Langit.

"Apa ? Sama orang lain aja nggak bisa ?"

"Nggak ada yang gue kenal kak. Ya kak ?"

"Iya iya apa ? Buruan !"

Di Batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang