Setelah Bintang itu Menjadi Nebula (EXTRA PART)

1.1K 43 3
                                    


Udah pada move-on blm dari Ditya-Gisya ? Belum ya ? Ditya emang bikin susah move-on kok. Aku aja belum bisa *eh

Jadi ini bentuk rasa terimakasih aku buat kalian. Tanpa kalian aku ga akan sesemangat ini nulis,

Sebelumnya aku mau ngasih tau cara bacanya dulu.
Jadi untuk yg dicetak miring itu artinya ingatan Gisya. Terus kalau jaraknya agak jauh, berarti itu ingatan yg beda.

Terus sambil dengerin lagu apapun yg slow. Saran sih Semua Tentang Kita nya Peterpan. Lebih ngena banget

Sampai sini ga pada bingung kan ? Semoga yaaa ..

Mending langsung baca aja deh extra partnya. Semangat nangis lagi 🙌

-Di Batas Senja-

⭐🔅⭐

Siang itu matahari sepertinya enggan menampakkan diri. Gantinya, kini awan abu abu yang menggantung di bawah langit itu. Angin yang berhembus cukup kencang membawa udara lembab. Sesekali pula terdengar gemuruh petir-petir kecil, menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.

Gedung itu masih terlihat kokoh meskipun telah termakan usia. Tak ada yang menyangka, ribuan cerita telah tercipta disana. Tak jarang banyak orang yang kembali ke gedung itu hanya untuk kembali mengingat cerita yang telah mereka lewati.

Salah satunya adalah gadis yang saat ini sedang menyusuri koridor sekolahnya. Gadis itu terus melangkah. Dengan mata yang terpejam, ia mencoba merasakan setiap jengkal tangannya yang menyentuh dinding-dinding gedung itu.

“Heh kalo jalan liat-liat dong, gimana si ? kotor kan baju gue”

Kalimat itu berdengung begitu saja. Membuat beberapa ingatan lain kembali terputar.

“Gue tau lo baik, pasti lo mau nemenin gue kan ? gue udah tau niat lo itu dan dengan senang hati gue terima tawaran lo itu. Temenin gue lari sekarang”. Desis seseorang kala itu. Tak lama tangan seseorang itu sudah menariknya, membawanya berlari mengelilingi lapangan tanpa sedetikpun melepas genggaman tangannya.

Satu tetes air matanya terjatuh.

“Oh ya. Ditmar Raditya Adiputra. Gue nggak mau tau, elo harus inget nama itu”

Rindu. Kiranya satu kata itulah yang mampu mewakili perasaannya saat ini. Rasanya baru kemarin ia melewati gerbang sekolah ini dengan status sebagai murid baru. Bertemu dengan sahabat serta teman-teman yang hebat. Namun, sekarang keadaan seolah berbalik. Terlebih saat seseorang yang sangat berarti di hidupnya, pergi jauh meninggalkannya. Membiarkannya merasakan rindu seorang diri.

Dadanya kembali menyesak. Karena setiap ia mengingat kenangan-kenangan kecil itu, ia kembali merasakan sakit. Seperti itulah ia hidup selama ini, dengan kesakitan yang coba ia rasakan sendiri.

Langkahnya kini berhenti di depan ruang kelas X IPA 2. Ia menumpukan tangannya pada tembok pembatas. Dengan begitu, angin dapat dengan bebas menerpa tubuh mungilnya.

“Hai”

“Elo ngapain disini ?”

“Buset dah masih aja galak. Gue pikir reaksi lo bakalan lemes terus pingsan gara-gara udah diapelin cowok ganteng pagi-pagi”

“Lo itu masih aja ya nyebelin. Minggir ! gue mau masuk !”

“Eiits” Ditya langsung memblokade pintu kelas itu. Ditya merentangkan tangan dan kakinya di sisi pintu yang lain sementara tubuhnya masih bersandar santai di kusen pintu satunya.

Di Batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang