Sudah seminggu sejak kejadian itu dan kini Ditya sudah kembali ke sekolahnya. Karena emang dasar cowok petakilan, dihari pertama sekolahnya saja ia sudah membuat keonaran. Masalahnya hanya satu, gara-gara Diandra –cewek hits Bintang Bangsa sekaligus cewek yang paling terobsesi dengan cogan- memintanya untuk menunggui dan berjalan bareng menuju kelas. Oke. Sebagai orang yang baik, Ditya setuju. Tapi di pertengahan jalan cewek itu dengan paksa mengamit lengan Ditya. Ditya yang notabene adalah cowok cool anti wanita lenje begitu langsung menyentaknya yang membuat Diandra menjerit histeris. Parahnya lagi kini mereka berada di depan kantor guru. Keluarlah semua guru. Ditya semakin merutuk kesal. Selain membuat mood rajinnya hilang, cewek aneh ini juga sudah membuat dirinya malu. Sial.
“Ada apa ini ?” Tanya Pak Tomi –sang guru olahraga-. Pak Tomi masih muda dan beliau masih lajang. Munculah ide gila Ditya.
Tanpa menjawab pertanyaan itu, Ditya malah menarik tangan Pak Tomi kemudian disatukan dengan tangan Diandra.
“Nah kalo ini cocok”. “Pak saya titip dia ya. Tolong antarkan ke kelasnya. Dia gila, dan saya takut orang gila” Ditya tersenyum simpul lantas mendadah Pak Tomi yang bingung dan Diandra yang semakin kesal. Ia melenggang santai menuju kelasnya.
“RADITYA ! BERHENTI KAMU !!!”
Ditya tak menghiraukannya. Dia hanya terkekeh. Ditya terus berjalan menuju kelasnya. Ia membanting tasnya ke meja, membuat Marvin yang saat itu tengah tertidur mendelik kesal. Untung bukan Nanda.
“Sialan ya lo. Kalo gue jantungan gimana ?”
Ditya semakin terkekeh. “Buktinya enggak kan” setelah itu ia kembali pergi keluar kelas.
“Woy perkedel mau kemane lo ?”
“Ngapel” balas Ditya dari luar kelas.
***
Hadirnya Ditya di koridor kelas X membuat siapa saja menatapnya. Memang di kalangan kelas X Ditya lah yang paling terkenal daripada Pandu dan Miko. Ya maklum. Diantara ketiga orang itu, hanya Ditya yang sering berkeliaran di area kelas X. Tapi sampai saat ini belum ada yang tahu apa alasan Ditya sering mengunjungi tempat ini.
Langkah Ditya berhenti di depan kelas X IPA 2. Sudah seminggu ia tidak melihat gadis itu dan rasanya kangen. Iya kangen ngerjain !
Ia melihat kedalam ruang kelas tapi ia tidak menemukan gadis itu. Mungkin belum datang. Oke, dia akan menunggu. Ditya duduk di bangku semen yang berada di depan kelas Gisya. Membuat beberapa cowok yang sebelumnya berada disana mengalah pergi. Memangnya batas senior dan junior masih sekentara itu ya, gumam Ditya seraya tersenyum aneh.
Beberapa saat kemudian, Ditya bangkit berdiri karena ia melihat Gisya yang tengah berjalan menuju kelasnya. Gadis itu tidak mengetahui keberadaan Ditya, makanya dia masih bisa berjalan santai. Saat hampir mencapai pintu, barulah Gisya sadar.
“Hai” sapa Ditya ramah.
Gisya mengerut. “Elo ngapain disini ?”
“Buset dah masih aja galak. Gue pikir reaksi lo bakalan lemes terus pingsan gara-gara udah diapelin cowok ganteng pagi-pagi”
“Lo itu masih aja ya nyebelin. Minggir ! gue mau masuk !”
“Eiits” Ditya langsung memblokade pintu kelas Gisya. Ia merentangkan tangan dan kakinya di sisi pintu yang lain sementara tubuhnya masih bersandar santai di kusen pintu satunya.
“Lo mau kemana ?”
“Cium gue dulu baru boleh masuk” ujar ditya sambil tersenyum manis.
Gisya mendelik kesal. “Lo gila ya. Minggir sebelum gue tendang kaki lo”
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Batas Senja
Teen Fiction"Angin yang mengecup lembut tiap rambutmu adalah aku yang menjelma waktu, untuk bisa menjagamu diam-diam dari kejauhan" ..