Peperangan Dimulai ?

1.8K 49 2
                                    

Langit mematikan mesin motornya yang menderu-deru itu, lantas mengeluarkan ponsel dari saku celana abu-abunya. Setelah menekan-nekan tombol virtualnya, ia meletakkan ponsel layar sentuh itu ke telinga.

“Sayang aku udah di depan” katanya lembut setelah suara seseorang yang berada di dalam rumah dihadapannya ini terdengar. Setelah mendapat jawaban bahwa seseorang itu akan segera keluar, ia mematikan sambungan teleponnya.

Tak lama keluarlah seorang gadis terbalutkan seragam yang sama dengan Langit. Ia tersenyum membuat sepasang lesung tercetak di sudut bibirnya. Rambut sebahu gadis itu dibiarkannya terurai. Harum strawberry menggelitik penciuman Langit kala angin menerpa rambut gadis itu.

Gadis itu adalah Gisya. Gadis yang sudah hampir 2 tahun ini menemani Langit dan membuatnya jatuh cinta berkali-kali. Gadis mungil dengan sikap sok keras kepala yang membuat Langit kadang menahan kegeramannya. Dan gadis paling kuat yang pernah Langit temui selama ini.

Langit tau semua tentang Gisya, tentang kehidupan gadis itu, dan tentang semua mimpi-mimpinya. Itu yang membuat Langit kadang merasa kesal dengan Gisya. Karena disaat seharusnya dia menangis ia malah menunjukkan senyumannya.

Gisya menepuk lengannya. “Tumben bisa romantis ? biasanya juga bikin sakit kuping”

Langit mendengus. “Kamu itu ya, ucap syukur kek mumpung pacarnya bisa romantis”

Gisya terkekeh. “Iya iya syukur. Makasih ya” nada bicaranya kini sangat lembut membuat desiran aneh di jantung Langit. Entah kenapa ia sangat ingin menyentuh pipi pualam Gisya. Gantinya ia hanya menatap dalam manik mata Gisya.

Ini membuat Gisya menjadi salah tingkah. Ribuan binatang seolah sedang memporakporandakan perutnya. Ditambah kini pipi Gisya bersemu merah.

“Kamu cantik”. Seketika itu pula sebuah garis melengkung berhasil tercetak di wajah Gisya.

Namun setelah itu Gisya segera naik di boncengan belakang motor sport Langit untuk menghilangkan salah tingkahnya.

Setelah dirasa Gisya sudah siap, ia segera melajukan motornya. Segala macam perasaan berkecamuk di dalam diri Langit. Dan perasaan itu tidak pernah berubah sejak ia mengenal Gisya pertama kali hingga detik ini.

Baginya Gisya adalah bidadari yang diciptakan oleh Tuhan untuk ia jaga.

Langit memegang tangan Gisya yang melingkari perutnya. Ia tidak akan pernah melepaskan tangannya. Karena setelah ini ia tidak akan mampu lagi kehilangan Gisya.

***

Mendung yang sudah menyelimuti pagi ini tidak membuat semangat siswa siswi Bintang Bangsa memudar. Termasuk untuk sepasang sosok manusia yang baru saja memasuki area parkir Bintang Bangsa.

Langit masih saja melanjutkan pembahasannya dengan Gisya mengenai guru terkiller di Bintang Bangsa seraya memarkirkan motor hitam besarnya. Gisya selalu tertawa mendengar jawaban konyol Langit.

“Eh tapi gue serius tau, gue pernah liat Cici pake jas lab gitu. Tampangnya emang galak sih tapi pas waktu itu malah jadi konyol”

“Bwahaha .. tunggu, masak sih ? Cici guru ekonomi itu kan ? ngapain coba make jas lab segala padahal Cuma disuruh nungguin anak-anak doang”

“Makanya. Kata dia sih termasuk keselamatan kerja, tapi malah bikin malu”

“Bwahahaha ..” Gisya kembali tertawa terbahak-bahak. Langit yang melihat Gisya tertawa, juga ikut tertawa. Hingga kini keduanya tertawa hampir persis kayak orang sakit jiwa.

Keduanya juga tidak menyadari ada sebuah motor sport merah yang baru saja memasuki area parkir.

Pemilik motor itu terlihat buru-buru. Setelah ia memarkirkan motornya asal, ia segera berlari kearah gedung sekolah –ke deretan ruang kelas XI IPS. Karena tingkahnya itu, tanpa sengaja ia menabrak seseorang yang berada di depannya. Ia semakin kesal kala mengetahui seseorang itu sedang bercanda.

Di Batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang