Lelaki itu entah kenapa aku tidak sanggup jika harus kehilangannya. Tapi bukankah aku bukan siapa-siapa untuknya ?
Sejak awal aku memang sudah menyadari tentang rasa ini. Rasa yang selalu aku pendam, rasa yang sebisa mungkin aku sendiri yang merasakannya.
Awalnya aku sangat berhati-hati mengontrol semuanya. Aku takut kesalahanku terjadi kembali. Sebisa mungkin aku menahan rasa ini agar tidak terlalu berkembang. Tapi nyatanya setelah dia bersikap dingin denganku, rasa itu malah semakin besar dan membuatku semakin menginginkannya.
Ya dia sekarang bersikap dingin denganku, entah karena apa. Bahkan ia melupakanku begitu saja. Mungkin dia telah bosan denganku. Dengan sikapku yang tergolong sangat memuakkan. Jelas saja, hampir tiap hari aku mengirimkan pesan-pesan untuknya, di sekolah aku selalu datang padanya.
Atau mungkin saja lelaki itu telah menemukan gadisnya. Gadis di masa lalu lebih tepatnya.
Dia sering berkata bahwa ia sakit. Tapi bukankah aku yang lebih sakit disini ? bertahan untuk mengatur sesuatu, mengatur cinta agar tidak semakin berkembang. Bahkan itu lebih sakit dari apapun. Dia sudah berada di depanku, tapi dia terasa sangat asing bagiku.
'ajarkan aku bagaimana caraku bersaing dengan masa lalumu'
sungguh kata-kata itu terlalu miris dan menyedihkan. Namun kembali lagi, disini aku yang menginginkannya. Jika bisa memilih, lebih baik dia menyakitiku karena selalu sibuk dengan masa lalunya itu daripada dia harus bersikap dingin seperti ini.
Teruntuk Langit, lelaki yang sangat aku harapkan bisa menangkap isyaratku, maafkan aku yang selalu mengganggumu, maafkan aku yang selalu egois, maafkan aku yang tidak bisa pura-pura untuk tidak peduli denganmu, dan maafkan aku yang akan selalu melakukan ketiga hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Batas Senja
Teen Fiction"Angin yang mengecup lembut tiap rambutmu adalah aku yang menjelma waktu, untuk bisa menjagamu diam-diam dari kejauhan" ..