Pusara Waktu

1.2K 46 6
                                    

Pas setiap scene Gilvran-Gisya usahakan sambil dengerin lagunya Afgan yang Untukmu Aku Bertahan biar feelnya makin ngena :D (saran doang sih :D :D)

enjoy reading~~



"Jika ada cinta yang paling tulus, itu adalah cinta yang terjadi diantara kita berdua .. "

***

Di pagi hari yang cerah ini nyatanya tak jugamembuat wajah para siswa siswi kelas X IPA 2 juga ikut cerah, namunkebalikannya, wajah mereka terlihat digelayuti awan mendung yang mungkinsebentar lagi akan turun hujan dan petir. Bagaimana tidak, guru biologiterkiler di kelas itu tiba-tiba saja mengadakan ulangan harian mendadak. Jangankandikerjakan, sebagian besar siswa hanya terlihat menunduk, mungkin mengheningkancipta atau memikirkan kalimat yang indah, atau mungkin berdoa agar kertasdihadapannya tiba-tiba menghilang begitu saja.

Begitu juga dengan Gisya, ia terlihat beberapa kali memijit pangkal hidungnya. Berharap dengan seperti itu, semua soal dapat otomatis terjawab. Tak berbeda jauh, Priskila pun melakukan hal yang sama. Gisya mendengus melemparkan pulpennya.

"Lo beneran nggak tau Pris ?"

Priskila menggeleng lemah seraya menatap Gisya sendu. Gisya semakin menarik nafasnya. Mending disuruh keliling lapangan deh biarpun ia nggak pernah, batinnya kesal. Gadis itu kembali mengambil pulpennya.

"Mpppft .. oke. Berarti nggak ada pilihan lain selain ngarang bebas. Gue pengen cepet-cepet keluar dari sini !!" ujarnya semangat.

"Lo yakin ?" Tanya Priskila.

Semangat Gisya tiba-tiba meluntur. Ia menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal. "Sebenernya enggak sih. Tapi biarin lah. Tulis aja tuh jawaban sebanyak-banyaknya, paling juga Bu Lastri males ngoreksi"

Setelah mengucapkan itu, Gisya benar-benar menuliskan jawaban 'ngawur'nya.

45 menit berakhir ditandai dengan suara bel istirahat yang berbunyi. Gisya beserta seluruh murid lainnya akhirnya dapat bernafas lega. Walaupun mereka semua tidak yakin dengan jawaban yang mereka kerjakan.

Setelah mengumpulkan kertas jawabannya, Gisya segera membereskan alat tulisnya dan bergegas keluar kelas tanpa menghiraukan Priskila. Gisya melangkahkan kakinya menyusuri koridor kelas X yang terhubung langsung dengan koridor deretan kelas XI IPS.

Langkah kakinya berhenti di salah satu kelas yang cukup familiar untuknya. Ia terus mengedarkan pandangannya hingga seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"Sya". Gisya sedikit terlonjak dengan panggilan itu, namun setelahnya ia tersenyum sopan. "Lo nyari Ditya ?" Tanya orang itu lagi.

Gisya mengangguk. "Iya kak. Ada ?"

Seseorang itu yang adalah Marvin ikut tersenyum. "Ada. Bentar ya gue panggilin dulu". Marvin sudah melangkah ke dalam kelas, namun ia berhenti lagi yang membuat Gisya mengangkat sebelah alisnya. "Eh. Lo nggak mau nyariin gue aja ?"

Gisya terkekeh. Kakak kelasnya ini benar-benar. Ia menggeleng tegas membuat Marvin tertawa. Setelahnya ia berjalan ke salah satu meja yang berada di belakang. Marvin menggebrak meja itu tanpa peduli seseorang yang tengah menyandarkan kepalanya disana. Tentu saja orang itu langsung terlonjak dan terlihat marah dengannya.

"Lo apaan sih Nyuk !"

Bukannya takut, Marvin malah cengengesan. Ia paling suka saat Ditya sudah mencak-mencak seperti ini. "Gue Cuma mau ngasih tau del ada bidadari di depan kelas. Beeuuh mulus cantik banget"

Di Batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang