Tanyakan pada Hatimu

1.3K 38 0
                                    

Ketika kau hendak meninggalkanku akankah kau menoleh lagi kepadaku dan bertanya
“Apakah kau kan terluka bila ku tinggalkan ?”
“Apakah kau akan baik-baik saja tanpaku ?”
“Akankah kau mengingat segala kebahagiaan yang telah kita ciptakan ?”
“Apakah kau mampu menghapus segala yang pernah kita ukir bersama ?”
“Mampukah kau menggantikanku dengan orang lain ?”
Apabila memang kau menoleh dan menanyakan itu kepadaku, aku hanya akan menjawab “Tanyakan itu pada hatimu sendiri, maka kau akan menemukan jawabannya”

-L-

***

Ditya meremas kertas itu. Beberapa waktu yang lalu ia meminta Gisya untuk menemani dirinya mengerjakan tugas. Tanpa sengaja ia menemukan kertas itu terjatuh dari buku Gisya, dan Ditya yakin itu adalah tulisan Gisya untuk Langit. Entah kenapa Ditya menggeram kesal.

Ia baru tahu bahwa Gisya sebodoh itu. Langit sudah melepasnya lalu mengapa Gisya masih mengharapkannya. Harusnya yang Gisya lakukan adalah mencari orang lain dan memamerkannya di depan Langit. Adil bukan ? pikir Ditya sarkatis.

Ditya kemudian tersadar.

Kenapa pula ia memikirkan hal itu. Mengapa ia bertindak seolah-olah ia tidak ingin Gisya tersakiti. Hhh- pikirannya kacau akhir-akhir ini.

Ditya merasakan sesuatu menepuk bahunya. Lantas tak lama munculah seseorang yang kini ikut bergabung duduk di sampingnya.

“Sedang memikirkan apa Raditya ?”

Ditya mengalihkan pandangannya sebentar pada orang itu lalu kembali fokus ke depan lagi. “Nggak lagi mikirin apa-apa”

“Kok gue nggak percaya ya, seorang Raditya buang-buang waktu di pinggir lapangan gini tanpa melakukan apa-apa”

“Cerewet” satu kata itu, ketus, dingin, dan menyebalkan. Tapi sama sekali tidak membuat cewek yang berada disampingnya ini menutup mulut. Baginya ada kesenangan sendiri saat mendengar ucapan Ditya yang sudah meledak-ledak seperti ini.

Nesha Kienta Ulani. Gadis bermata lembut itu adalah teman sekelas Ditya dan orang yang pertama Ditya kenal di Bintang Bangsa. Kelakuannya yang kadang diluar batas kewajaran membuat Ditya menggeleng sendiri. Ia kadang sedikit kewalahan jika Chacha-panggilan Nesha- sedang berbuat yang tidak-tidak. Ditya sebenarnya merasa bersalah jika berkata ketus padanya. Sungguh itu bukan keinginan Ditya, tapi naluri di dalam hatinya. Ia tidak ingin terlihat lebih walaupun diam-diam ia peduli pada gadis itu. Dan Chacha adalah satu-satunya gadis yang ia ijinkan untuk tetap berada dalam kehidupannya sebelum Gisya yang juga ikut masuk dalam hidupnya.

“Lo nggak takut apa gebetan lo kabur kalo tau lo kasar gini ?” sindir Chacha.

“Sama lo doang”. Ditya mengepalkan tangannya. Kenapa bawaan gue sinis mulu sih sama ni cewek, ujar Ditya dalam hati.

“Tante bilang beberapa waktu lalu lo sakit, lo bandel lagi ya makanya kumat gitu”

“Mama lapor apa aja sama lo ?”

Chacha sedikit mengingat-ingat. Kemudian menggeleng-geleng entah kenapa. Tingkahnya sangat lucu. “Yaaa kayak biasanya. Jangan ngeyel-ngeyel lah Dit kalau sama tante. Kasian tau”

Ditya hanya diam, tak ingin mengelak ataupun menanggapinya. Mamanya dan gadis ini memang sama saja. Sama-sama suka memaksa dan cerewet.

“Berasa ngomong sama patung gue. Heran juga kenapa banyak yang ngefans sama elo” cibir Chacha.

“Karena gue beda makanya gitu. Cowok dingin itu misterius” jawaban Ditya ini membuat Chacha cengo. Bisa gila ia kalau terlalu lama berada di dekat cowok ini.

Di Batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang