One Step

1.4K 64 0
                                    

"Adakah yang lebih menyakitkan ? ketika kamu berpikir dia akan bertahan dan mempertahankanmu ternyata dia malah melepaskanmu"

***

Tawanya mereda setelah melihat foto yang terakhir, ia menegang. Lalu dengan cepat ia mencari kartu identitas Gisya.

Gisya Azelia Altair ?

Ia kemudian kembali beralih pada foto yang sebelumnya ia pegang. Bebarengan dengan itu, ponselnya berdering. Masih dengan tidak mengalihkan pandangannya pada foto itu, ia mengangkat panggilannya.

Gue tau orang yang bisa bawa dia Dit

Satu kalimat dari seseorang yang berada di seberang panggilan itu membuat Ditya mendadak menahan nafasnya. Jantungnya berdetak melebihi biasanya. Akhirnya usahanya selama ini tidak sia-sia. Namun ia tidak boleh lega dulu sebelum ia memastikan kebenaran itu.

"Siapa Ndre ?"

Bayu ...

***

Keesokan harinya ...

Sebuah motor sport merah sudah bertengger di depan rumah bercat putih bergaya klasik minimalis. Entah apa yang membuat dirinya sangat bersemangat berada di depan rumah itu sepagi ini. Yang pasti ia hanya ingin bertemu dengan seseorang.

Ia melangkah masuk mendekati pintu rumah itu. Ia mengetuknya beberapa kali. Rumah ini terlihat sangat sepi. Ia hampir menyerah sebelum akhirnya terdengar suara seseorang dari dalam rumah. Tak lama munculah seorang lelaki yang hanya menggunakan kaos polos putih dan kolor pendek. Wajahnya masih khas seperti orang yang baru bangun tidur. Nyali Ditya mendadak menciut. Pasalnya orang itu menatapnya garang disertai dengan kerutan di dahinya.

"Nyari siapa ?"

"Eee Gisya ada ?". Orang itu yang tak lain adalah Gilvran menatap Ditya dadi ujung rambut hinga ujung kaki. Ia tak mengenali cowok itu. Kecuali satu, seragam yang melekat pada tubuh cowok itu. Itu adalah seragam yang sama seperti milik Gisya.

"Elo siapa ?" tanyanya masih dengan nada dingin. Bahkan dinginnya melebihi Ditya jika sedang berhadapan dengan Chacha.

"Ditya". Gilvran mengibaskan tangannya.

"Bukan itu. Maksud gue siapanya Gisya"

Jika tadi Ditya merasa takut kini ia merasa kesal. Apa susahnya sih tinggal ngasih tau dimana Gisya. Emang siapa sih lelaki ini ? pacarnya juga bukan, apalagi tunangannya. Cukup ! Mengapa Ditya jadi sewot sendiri.

"Eee temennya Gisya". Gilvran kembali menatap Ditya seperti sedang meneliti sesuatu.

"Tunggu sebentar" seru Gilvran yang langsung masuk kedalam.

Sementara oknum yang sedang dicari ternyata malah asik memoleskan lipgloss di bibirnya. Ia juga bersenandung kecil hingga tak menyadari seseorang sudah berdiri bersandar di kusen pintu kamarnya.

"Dandan mulu"

Gisya terlonjak dan ia sudah menemukan kakaknya disana. Gadis itu mendengus.

"Apaan sih ? Ini masih pagi, lo kenapa udah bangun ? ngagetin orang lagi". Gisya masih fokus pada lipglossnya.

"Kalo bukan gara-gara temen lo yang ganggu itu, gue juga masih bobok manis"

Sesaat Gisya mengernyit. Ia kini fokus pada Gilvran, meninggalkan lipglossnya. "Temen gue siapa kak ?"

"Cowok. Tinggi, putih, matanya agak sipit"

Gisya membulatkan matanya. Berdasarkan ciri-ciri yang dipaparkan oleh Gilvran, pasti orang itu adalah Ditya. Siapa lagi kalau bukan cowok nggak beres itu.

Di Batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang