"Aku pengen ngasih satu dunia buat kamu. Tapi karena aku tahu itu nggak mungkin, aku akan kasih hal yang paling penting dalam hidup aku, yaitu duniaku"
-Ilyfrom38000ft-
***
Mata Gisya terus mengikuti setiap gerakan yang diciptakan oleh laki-laki itu. Kakinya begitu gesit mengoper bola. Sesekali terdengar teriakan yang membuatnya tersenyum kecil.
Entah kenapa hal itu membuat moodnya membaik. Sudah lama sepertinya ia tak merasa sebaik ini.
Gisya terus mengamati lelaki itu hingga tak menyadari kehadiran seseorang. Setelah seseorang itu menepuk puncak kepalanya, barulah dirinya menoleh.
"Dit ?" Tanyanya sedikit terkejut.
Ditya, seseorang itu tersenyum. Lalu dirinya duduk disamping Gisya.
"Siang-siang duduk di pinggir lapangan senyum senyum sendiri liat cowok. Mau cari gebetan baru ya ?"
Gisya terkekeh. "Apaan deh ? Cemburu ?"
"Enggak tuh. Aku tau kamu udah nggak bisa berpaling lagi"
"GR banget"
Ditya mencubit hidung Gisya "Bukan GR, tapi udah yakin aja" ujarnya.
"Tumben kamu nggak ke kantin ?"
"Lagi kangen"
Wajah Gisya tersipu. "Makasih. Aku emang ngangenin"
Ditya menoyor Gisya. "Yeee GR. Siapa juga yang kangen sama lo. Orang gue kangen sama lapangan"
Seketika Gisya menggeplak lengan Ditya. Laki-laki itu benar-benar menyebalkan. "Yaudah sana peluk lapangannya. Cium deh tuh. Ajak jalan" kesal Gisya.
Ditya tertawa. Matanya yang menyipit ketika tertawa membuat level kegantengannya bertambah.
"Yang gini nih yang susah. Masak cemburu sama lapangan. Aya aya wae Ai' mah"
"Hish nyebelin !"
"Makasih aku emang ganteng"
"Ditya jelek !"
"Iya aku juga sayang kamu"
"Didit kuprit temennya pantat panci"
"Iya iya nanti kita jalan"
"Didiiiiiittt"
"Bocileeeeng"
Gisya hampir saja melayangkan pukulan lagi, namun Ditya buru-buru mengubah panggilannya.
"Enggak enggak. Iya Azelia cantik"
"BTW kamu dicariin mama tuh. Mentang-mentang deh. Sekarang anak kandungnya nggak dianggap"
"Kalau aku jadi tante Widya aku juga bakal nglakuin hal yang sama"
"Yee malah nyolotin. Ketekin nih" ancam Ditya seraya mengangkat satu tangannya.
"Dit jorok ih"
"Abisan". "Ke rumah ya Sya ?"
"Kapan ?"
"Sore ini ? Lo nggak ada jadwal ke rumah sakit kan ?"
Gisya nampak sedikit mengingat-ingat. Kemudian ia menggeleng. "Kayaknya nggak ada"
"Bagus. Aku jemput nanti jam empatan" ucap Ditya sambil beranjak berdiri. "Tunggu gue. See you Ai'" setelah itu Ditya setengah berlari menuju lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Batas Senja
Teen Fiction"Angin yang mengecup lembut tiap rambutmu adalah aku yang menjelma waktu, untuk bisa menjagamu diam-diam dari kejauhan" ..