Reuni

988 42 3
                                    

Dia Nadya !

Setelahnya Ditya melengos. Sebisa mungkin ia berusaha agar perempuan itu tak melihatnya. Sungguh dia sedang tak ingin berurusan dengan perempuan ribet itu. Melihatnya saja sudah membuatnya muak. Kelakuannya itu lho amit amit.

Ditya juga tidak tahu mengapa dirinya dulu bisa khilaf memacari cewek itu. Nadya memang cantik, kulitnya mulus, rambut panjangnya bak sutra, tapi tingkahnya. Hh tidak tega Ditya mengucapkannya.

Jika kalian bertanya apakah Ditya mencintainya ? Jawabannya TIDAK !

Terus ?

Tadi kan Ditya udah bilang, dia khilaf.

Dulu sewaktu dirinya masih di Bogor, ia satu sekolah dengan Nadya. Nadya sebenarnya satu tingkat dibawahnya, namun karena dulu ia masuk dalam program akselerasi pada saat SMP, jadilah ia seangkatan dengan Ditya pada saat SMA.

Singkat cerita, Nadya menyukai Ditya dan Ditya 'khilaf' memacari Nadya. Daripada jomblo katanya -,-

Dan mereka putus sehari sebelum Ditya pindah ke Jakarta. Dengan status Nadya yang masih 'ngebet' padanya.

Leo yang peka dengan keadaan, segera menepuk bahu Ditya.

"Nadya tuh"

"Udah tau. Gue juga nggak buta kali !"

"Sensi amat masbro ketemu mantan". Kali ini Arnav yang menggoda.

Teriakan 'cuit cuit' yang dihasilkan oleh Andre, Leo, dan Fauzan berdengung di telinga Ditya.

"Berisik!"

Setelah itu Ditya ngeloyor pergi kemanapun asal tidak bertemu cewek itu.

Bertepatan dengan itu, seorang gadis cantik berlesung pipit di sudut bibirnya juga baru saja menginjakkan kakinya di pintu gerbang Cakrawala. Seorang pria tampan yang berada disampingnya, membuat beberapa orang berkasak-kusuk. Sementara gadis itu tidak memperdulikan. Matanya hanya fokus meniti tempat ini.

Sudah lebih dari 5 tahun ia tidak mengunjungi tempat ini.

"Cha !"

Itulah yang pertama kali gadis itu dengar setelah memasuki area perhelatan reuni. Gadis itu langsung bisa menemukan orang yang meneriakkan namanya tadi. Bagaimana tidak ? Hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan 'Cha'.

Ya. Teman sebangkunya semasa ia berada di bangku sekolah dasar. Satu satunya orang yang menangis histeris saat ia pindah ke Bandung.

Gadis itu tersenyum lantas berlari memeluk sahabatnya, tidak peduli pria yang berada disampingnya tadi membulatkan matanya terkejut.

"Aaa gue kangen .. Banget banget banget"

"Sama, gue juga. Elo sih sibuk mele"

"Hehehe elo juga kalik"

Setelah itu kedua remaja itu melepaskan pelukannya.

"Baru Cha ?" Tanya Aster -nama sang sahabat- seraya melirik pria yang sedari tadi setia berada di samping gadis itu.

Gadis itu tertawa ringan. "Bukan lah. Dia abang gue"

"Eh masa ? Kok ganteng sih Cha ?"

"Iyalah. Abang siapa dulu" kata gadis itu bangga.

"Iya iya percaya". "Oh ya Cha gue tadi li-"

"Sya balik yuk. Om Fredy udah nelpon" gadis itu terlonjak saat sang kakak tiba-tiba saja memotong pembicaraan sahabatnya.

Gadis itu terlihat ragu. Ia menggigit bibirnya. Memang tadi ia sudah berjanji pada dokternya untuk pergi tidak lebih dari satu jam. Semua ini gara-gara kakaknya salah memilih jalan. Selain itu ia juga terlalu lama memilih dress tadi. Alhasil ia tidak bisa berlama-lama disini. Padahal ia masih belum menyapa temannya yang lain.

Di Batas SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang