"Bagai bintang di langit, kau tak akan pernah kuraih."
----------
Minggu, pukul 08:39
Hari ini, Sekolah SMAN Jaya 2 Kota Jakarta sedang mengadakan lomba basket antar sekolah.
Hana dengan semangatnya ikut serta menjadi penonton pertandingan bola basket di sekolahnya tersebut.
"Selanjutnya pertandingan babak final. Babak yang paling kita tunggu-tunggu. Ayo! Mana supporter dari SMAN Jaya 2 Kota Jakarta!" teriak salah satu host yang membawakan acara perlombaan basket pada hari ini.
"Uuuuu tim basket SMANJAT (SMAN Jaya Two) semangat!" teriakan heboh dari para supporter.
Priiiiiiiit...
Pertandingan pun dimulai.
"Han tangkep!" ujar Vano yang merupakan teman satu dari tim basket yang diketuai oleh Farhan.
Ya, Farhan Fabian.
Hana tak sedikitpun berpaling dari seseorang yang telah lama menempati hatinya, selalu memberi support walau dari kejauhan, dan memberi dukungan lewat do'a yang selalu ia panjatkan.
"Sepertinya pemain dengan nomor 25 sudah tampak mulai kelelahan, ayo dukungan untuk si Wakil Ketua OSIS kita mana suaranya?!" teriakan itu lagi-lagi berasal dari host.
"Whooooo semangat Ka Farhan!"
"Ka Farhaaan semangat Ka!!
"Ka Farhan kami mencintaimu! Semangat! Semangat!"
"Ka Farhaaan semangat ayo Ka!"
"Haaan semangat!""Fighting Farhan! Kamu pasti bisa!" batin Hana.
Tangannya reflek meremas-remas rok seragam sekolahnya dikarenakan dirinya yang semakin gemas dengan si pangeran pujaan hatinya tersebut.
Matanya yang tak pernah berpaling, terus-menerus menatap binar penuh harapan.
"Yaaak! Dan yap masuk! Wow! Tim basket SMANJAT menjadi juara!"
"Score akhir 35 dari SMAN Jaya 2 dan score 29 dari SMAN Mentari 05. Beri tepuk tangan yang meriah!"
Tepuk tangan dan teriakan mulai terdengar menggelegar di seluruh saentro sekolah.
Hana yang tak dapat lagi membendung kebahagiaannya, reflek melompat-lompat kecil sembari bertepuk tangan.
Tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan, Hana lekas berhenti dan kembali terdiam ketika diliriknya banyak pasang mata yang menatapnya aneh.
"Alhamdulillah," gumam Hana.
"Cieee ... Cieee Farhan cieee!"
Seketika pusat perhatian murid-murid di sekolahnya teralihkan.
Siulan demi siulan mulai terdengar nyaring, membuat Hana semakin bingung menatap ke arah lapangan yang kini tengah dikerumini murid-murid dari sekolahnya.
"Ada apaan sih?" batinnya.
Hana semakin memaksakan dirinya untuk menembus keramain tersebut. Meninggalkan dan membiarkan tatapan serta cibiran yang menatap tak suka padanya.
Namun sepertinya tindakan yang diambilnya sekarang adalah kesalahan terbesar.
Seketika matanya mulai memanas, dengan debaran jantungnya yang mulai tak terkendali.
Hawa sejuk dengan gumpalan awan yang mendukung hari ini seketika teras sangat panas menyengat.
Kebahagiaan yang baru saja menghampirinya seketika hanya tinggal angan-angan yang tertiup angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Teen Fiction"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...