Happy reading♥
----------
"Ka Gib, aku turun di tempat biasa aja," ujar Hana pelan.
Dan Gibran dengan cepat menepikan mobilnya, di dekat belokan jalan yang mengarah ke sekolahnya.
"Turun."
Dengan cepat Hana keluar dari mobil tersebut, "ma-makasih Ka!"
Gibran tak menanggapi ucapan Hana tersebut, sedangkan Hana dengan cepat kembali menutup pintu mobilnya kala melihat Gibran yang akan segera kembali menginjakkan pedal gasnya.
Seketika mobil berwarna merah itu melesat pergi meninggalkan dirinya, membuat Hana mulai melangkahkan kakinya menuju sekolahnya, mencoba berlari kecil agar tak ada yang melihatnya tadi turun dari mobil kakaknya tersebut.
Ia hanya tak mau orang lain tahu jika ia adalah adik dari Gibran.
Ia hanya tak bisa mendengar hujatan yang menghujani kakaknya jika mereka mengetahui jika Gibran mempunyai adik seperti dirinya.
Itu hanya akan membuat Gibran malu.
"Hana!"
Teriakan itu spontan membuat Hana membalikkan tubuhnya.
"Huuuh... dari tadi dipanggilin juga!" keluh Ghina.
"Maaf," jawab Hana pelan.
"Udah dong Na, jangan galau terus ih!"
"Aku gak galau Ghin."
"Mukanya cemberut aja dari kemarin."
Jleb!
Entah mengapa, mengingat lima hari yang lalu selalu saja menggoreskan hatinya.
Selalu saja mengingatkannya pada suatu hal.
Pada suatu hal yang enggan untuk diingat, namun masih saja terus membayangi dirinya.
Flashback on
"Hana! Kamu harus ceritain semuanya sama aku titik."
"I-iya Ghin. Nanti aku ceritain semuanya."
"Gak! Gak mau nanti. Maunya sekarang! Tadi pagi bilangnya nanti nanti nanti nanti mulu."
Hana pun mulai menduduki kursi kantin tersebut, diikuti dengan Ghina yang kini duduk di seberang mejanya.
"So, mau mulai cerita dari mana?"
Hana bingung. Akankah ia harus berterus terang pada Ghina soal seorang murid cowok yang menyerang Farhan untuk membela dirinya.
Bahkan satu sekolah dibuat geger oleh kejadian itu. Kejadian seorang anak murid cowok yang membela atau menolong anak nerdy sangat langka terjadi.
Apalagi jika anak murid tersebut adalah anak murid baru.
Gibran baru saja membuat gempar satu sekolah dengan kedatangannya.
Ditambah dirinya yang menyerang seorang Wakil Ketua OSIS hanya untuk membela seorang cewek nerdy.
"Jadi gini..." Hana mulai membuka suaranya untuk menceritakan semuanya pada Ghina.
"Ghina harus tahu semuanya," batin Hana.
"Ka Gib- eh maksud aku, Gibran itu..." Hana menggantungkan kata-katanya, membuat Ghina semakin dilanda penasaran.
Ghina bahkan tak sadar jika mulutnya sudah terbuka, menandakan jika ia menunggu kata-kata yang akan terlontarkan dari mulut Hana.
5 detik
.
.
.
.
.
10 detik
.
.
.
.
.
15 detik
.
.
.
.
.
20 detik
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Teen Fiction"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...