(Maaf sebelumnya part ini di unpub)
"Karena hidup ini gak semanis dan seindah drama korea."
---------------
"Dan luka itu kembali hadir ketika aku tersadar, bahwa kau hanya sebatas ilusi yang tak akan pernah kudapatkan dalam kehidupan nyata."
-Hana-
---------------
Happy reading guys!!!!
Sedikit demi sedikit, rasa sakit di tangannya itu bertambah. Rasanya seperti tertusuk, tetapi tidak berdarah.
Samar-samar, mulai terdengar suara-suara yang masih belum bisa ditangkap jelas oleh pendengaran Hana.
Rasa berat yang menimpa kedua kelopak matanya seolah-olah tak mau memberi celah sedikit pun untuk memasukkan sesuatu yang nantinya akan menerobos masuk ke kedua bola matanya.
"Iya, akan kami usahakan..."
Ya, dan kini pelafalan suara dari seseorang sudah mulai masuk sempurna ke dalam gendang telinganya melalui udara.
"Tolong, jangan sampai anak saya kenapa-napa."
Kini suara itu mulai terdengar familiar.
"Bapak dan ibu tenang saja, kami akan melakukan yang terbaik untuk putri kalian."
"Sudah Mah, Hana akan baik-baik saja."
"Mamah tidak bisa tenang Gilang. Bagaimana jika sesuatu yang buruk akan menimpa putri ku setelah ini? Aku tak mau kejadian seperti dulu terulang kembali pada putri ku."
"Dok, apakah akan separah itu akibatnya?"
"Jika pasien terus-menerus mencoba mengingat dan memasang kembali puzzle-puzzle memori ingatannya yang dulu hilang, akan berdampak buruk dengan semua ingatannya. Cobalah untuk tidak membuat pasien mengingat dengan keras masa lalunya."
"Masa lalu siapa? Pasien? Siapa dia? Aku kah?" batin Hana.
Hana mencoba membuka matanya.
Kini, mulai terasa olehnya sepercik cahaya mulai menerobos masuk ke penglihatannya.
"Nghhh..."
"Hana?"
Sontak suara Gibran membuyarkan semua obrolan dan memberhentikan aktivitas perbincangan dari kedua orang tuanya bersama salah satu dokter yang sudah akrab dengan keluarganya.
"Na, lo udah sadar? Na, lo bisa liat gue kan?" tanya Gibran sambil menggenggam erat telapak tangan kanan Hana yang dingin.
"Ka..." ujar Hana pelan dengan pandangan yang masih terasa kabur di penglihatannya.
"Sayang, sayang kamu udah sadar Nak? Gimana? Ada yang sakit?"
"Mamah..."
Fatih menitikkan air mata ketika suara lirih Hana mulai memanggil dirinya dengan sebutan Mamah.
"Iya sayang, mamah di sini."
Hana tersenyum kecil menatap wanita cantik yang sangat ia cintai. Orang pertama yang paling ia cintai dan ia sayangi.
"Hana sekarang di rumah sakit ya?"
Fatih tersenyum kecil mendengar ucapan Hana, "iya sayang."
"Kok bisa?"
"Kamu terlalu kecapean Hana. Jadi tubuhmu terlalu lemas dan akhirnya kamu pingsan," jawab dokter yang akrab dipanggil Dokter Figo oleh Hana.
"Maafin Hana ya Mah, Pah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Fiksi Remaja"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...