"Andai engkau tahu, betapa ku mencinta. Selalu menjadikanmu, isi dalam doaku."
------------
"Ka Gibran," lirih Hana pelan sembari mengelus pelan pipi Gibran. "Bangun dong, Hana kangen."
Hana masih terus memandangi wajah pucat. Sudah 2 jam dari saat Gibran dipindahkan ke ruang inap, Gibran masih saja tertidur.
Suara decitan pintu terdengar pelan, tetapi Hana memilih tidak melepaskan pandangannya dari menatap wajah Gibran.
"Sayang. Ayo makan dulu, udah malam," ujar Fatih. "Dari tadi kamu belum makan."
Sontak Hana menggeleng. "Hana gak lapar, Mah."
"Kalau gitu temenin Farhan makan dulu, kasihan dari tadi dia masih nungguin dan pasti dia belum makan juga."
"Kenapa dia belum pulang?"
Fatih tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.
Hana menghela napas pelan, lalu dengan rasa terpaksa ia mulai melangkahkan kakinya ke luar dari kamar inap VVIP milik Gibran.
Hana dengan mata sayunya, melihat Farhan yang kini diam termenung.
"Farhan?"
Farhan sedikit tersentak, "ya?"
Hana dengan gugupnya mulai mendekat dan duduk di samping Farhan.
"Makasih banyak."
Farhan tersenyum. "Sama-sama."
Hana memberanikan dirinya untuk ikut tersenyum, membalas senyuman hangat dari Farhan.
"Maaf aku ngerepotin kamu banget hari ini. Makasih untuk semuanya," ujar Hana pelan sembari menundukkan kepalanya.
"Gak ngerepotin kok. Gue senang bisa bantu lo," jawab Farhan dengan masih dengan senyuman hangatnya.
Hana tersenyum, membuat Farhan yang melihatnya semakin mengembangkan senyumannya.
"Lo—lo jangan nangis-nangis lagi."
Hana mendongakkan kepalanya.
"Tuh lihat! Mata lo jadi sipit gitu."
Hana reflek melepaskan kacamatanya.
"Tuh-tuh-tuh lihat deh! Kantong mata lo juga ikut membesar. Ngembang banget kayak dipakein baking soda."
Hana dengan cepat menggerakkan tangannya untuk menyentuh pelan kantung matanya. "Benarkah?", batinnya panik.
"Hidung lo juga jadi jadi ngembang dan merah gitu."
Lagi-lagi Hana reflek memegang hidungnya dengan cepat—lantas mengusapnya dengan pelan.
"Hahahaha..."
Hana sontak menatap Farhan bingung, "kok ketawa?" batinnya.
"Lo gokil banget sih!" sahut Farhan yang juga masih terus tertawa—gemas dengan sikap Hana.
Hana menatap sengit Farhan. Oh ternyata ia dikerjai, pikirnya.
Hana reflek mengerucutkan bibirnya.
"Aduh maaf gue cuma bercanda!" ujar Farhan sembari meredakan tawanya ketika melihat Hana mulai membuang tatapannya dengan kesal.
"Na! Serius deh maaf," ujar Farhan mulai merasa bersalah, "jangan marah ya? Gue kan cuma bercanda. Ya ya ya?"
"Hmm..."
"Maaf ya Hana maafin gue dong!" ujar Farhan seperti anak kecil yang sedang meminta maaf dengan memasang muka melasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Teen Fiction"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...